#TOPIK TERHANGAT#TERPOPULER
30 September 2025
icon facebook detikcomicon facebook detikcom

Kampung Ikan Asap Sidoarjo, Ikon Kuliner Pesisir Legendaris

Kampung Ikan Asap Sidoarjo, Ikon Kuliner Pesisir Legendaris

irb2025/09/15 16:00:55 WIB
Ikan asap di Sidoarjo (Foto: Suparno/detikJatim)

Kabupaten Sidoarjo punya satu ikon kuliner khas pesisir yang sudah melegenda, yaitu ikan asap. Sejak puluhan tahun lalu, olahan ini bukan hanya penggugah selera, tapi juga penopang ekonomi warga Desa Penatarsewu.Dari bandeng, mujair, hingga udang, semua bisa diolah dengan cara tradisional yang sama, dengan diasap hingga matang sempurna. Penasaran rasanya?Baca juga: Pasar Ikan Asap Beji, Surga Pencinta Seafood Asli PasuruanSejarah Ikan Asap SidoarjoTradisi mengasapi ikan di Sidoarjo berawal dari cara sederhana nelayan untuk mengawetkan hasil tangkapan. Asap dari sabut kelapa atau kayu bakar mampu membuat ikan bertahan lebih lama, sekaligus memberi aroma khas yang menggugah selera.Seiring waktu, pengasapan bukan sekadar teknik pengawetan, melainkan bagian dari budaya kuliner turun-temurun. Menurut Kepala Desa Penatarsewu, Kholik tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1975."Sejak dulu Desa Penatarsewu dikenal sebagai kampung ikan asap," ungkapnya.Hingga kini, ada sekitar 95 warga desa yang menekuni usaha ini. Jenis ikan yang diasap pun semakin beragam. Selain bandeng yang sudah populer, ada juga mujair, lele, hingga udang. Dari semuanya, mujair asap justru paling banyak diminati karena rasanya gurih dan harganya terjangkau.Baca juga: Sedap! Ini Proses Pembuatan Ikan Asap di Sentra Ikan Bulak SurabayaDaerah Khas Penjualan Ikan Asap SidoarjoKampung ikan asap berada di Desa Penatarsewu, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, sebuah desa yang sudah dikenal luas sebagai sentra pengasapan ikan sejak tahun 1975. Lokasinya cukup strategis, hanya sekitar 5 kilometer dari Alun-alun Sidoarjo menuju arah Malang. Patokan mudahnya, dari pertigaan Pasar Tanggulangin pengunjung tinggal berbelok ke arah timur.Begitu memasuki kawasan desa, suasana khas kampung nelayan langsung terasa. Hampir di setiap rumah warga tampak cerobong asap menjulang. Jika asap pekat keluar dari cerobong itu, tandanya proses pengasapan ikan sedang berlangsung. Aktivitas ini tidak hanya menjadi rutinitas harian, tetapi juga bagian dari identitas budaya dan ekonomi masyarakat setempat.Setiap hari, kebutuhan bahan baku ikan di Desa Penatarsewu bisa mencapai 12 hingga 15 kuintal. Ikan-ikan segar tersebut didatangkan dari tambak sekitar Tanggulangin maupun daerah lain. Jenis ikan yang biasa diasap antara lain mujair, lele, bandeng, hingga udang. Dari sekian banyak pilihan, ikan mujair asap menjadi primadona karena paling diminati konsumen.Hasil olahan ikan asap ini tidak hanya dipasarkan di Sidoarjo, tetapi juga menjangkau kota-kota besar di Jawa Timur seperti Surabaya, Pasuruan, Mojokerto, dan Gresik. Bahkan, tak jarang pembeli dari luar kota datang langsung ke desa untuk membeli dalam jumlah besar. Keberadaan pasar tetap di sejumlah daerah membuat distribusi ikan asap dari Penatarsewu semakin lancar dan stabil.Bagi warga Penatarsewu, usaha ikan asap bukan hanya soal mencari nafkah, tetapi juga warisan budaya yang terus bertahan lintas generasi. Cerobong-cerobong asap di depan rumah mereka menjadi simbol kehidupan desa sekaligus bukti nyata bahwa olahan tradisional bisa menopang perekonomian modern.Cara Membuat Ikan Asap SidoarjoProses pengasapan ikan di Sidoarjo masih sangat tradisional, mengandalkan keterampilan turun-temurun dari orang tua ke anak.Persiapan Ikan SegarMujair, bandeng, atau jenis ikan lainnya dibeli langsung dari tambak. Harganya sekitar Rp 23-25 ribu per kilogram. Setelah sampai rumah, ikan dibersihkan manual, dibuang sisiknya, lalu dicuci dengan air mengalir.Pengasapan TradisionalIkan ditata di atas panggangan besi, kemudian dimasukkan ke dalam tungku yang dialasi sabut kelapa atau serbuk kayu. Proses ini berlangsung 2,5-3 jam. Api harus dijaga stabil agar ikan matang merata, tidak terlalu hitam, dan tetap terlihat menarik.Hasil AkhirSetelah matang, ikan berwarna cokelat keemasan dengan aroma asap yang khas. Berat ikan biasanya berkurang karena air di dalam daging menguap, tapi inilah yang membuat teksturnya kering, gurih, dan tahan lama.DistribusiPenjual biasanya memasarkan hasilnya ke pasar, mengirim ke pelanggan tetap, atau menjual berkeliling. Salah satunya, Masruroh (25), generasi muda penerus usaha ini, mengaku setiap hari menghabiskan hingga 3 kuintal mujair segar."Alhamdulillah permintaan selalu ada, hasilnya cukup untuk kebutuhan keluarga," tuturnya kepada detikJatim.Baca juga: Rekomendasi Warung Sambelan di Surabaya dengan Rasa JuaraWarisan Rasa Turun-TemurunIkan asap telah menjadi bagian dari identitas kuliner Sidoarjo. Tradisi ini tidak hanya tumbuh di satu desa, melainkan juga tersebar di sejumlah wilayah lain yang warganya menggantungkan hidup dari aktivitas pengasapan ikan. Dari kawasan Tanggulangin, Buduran, hingga Waru, aroma asap ikan kerap menjadi ciri khas yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari.Di berbagai sentra ini, pengasapan ikan dilakukan dengan cara yang relatif sama, yakni memilih ikan segar dari tambak, membersihkannya, lalu memanggangnya di atas tungku hingga menghasilkan cita rasa gurih dan tekstur khas. Ikan mujair, bandeng, lele, hingga udang menjadi komoditas utama yang diolah, lalu dipasarkan ke sejumlah kota di Jawa Timur seperti Surabaya, Mojokerto, Pasuruan, dan Gresik.Bahkan, tak jarang pembeli dari luar daerah sengaja datang langsung ke lokasi-lokasi pengasapan untuk mendapatkan produk yang masih segar.Tradisi kuliner ini bukan sekadar teknik memasak, melainkan warisan turun-temurun yang telah menopang perekonomian banyak keluarga selama puluhan tahun.Keuntungan harian yang diperoleh dari usaha ikan asap memungkinkan warga memenuhi kebutuhan rumah tangga hingga menyekolahkan anak-anak mereka. Di tengah semakin ketatnya persaingan dunia kuliner modern, cita rasa ikan asap tetap bertahan sebagai pilihan yang digemari masyarakat.Dengan resep sederhana, kesabaran proses, serta keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi, Ikan asap Sidoarjo pun disebut sebagai rasa turun-temurun yang tak tergantikan. Ikan asap Sidoarjo telah menjelma menjadi warisan rasa yang mengikat banyak kawasan di kabupaten ini. Bukan hanya Penatarswu, tetapi berbagai desa lain juga ikut menjaga tradisi ini agar tetap hidup dan relevan.Artikel ini ditulis Fadya Majida Az-Zahra, peserta magang PRIMA Kemenag di detikcom.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya