#TOPIK TERHANGAT#TERPOPULER
17 September 2025
icon facebook detikcomicon facebook detikcom

Adi Rahman Adiwoso, Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus

Adi Rahman Adiwoso, Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus

afr2025/09/14 07:05:27 WIB
Adi Rahman Adiwoso: Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

Di tengah gemerlap teknologi satelit global, ada sosok yang diam-diam mengukir sejarah di Indonesia. Sosok tersebut adalah Adi Rahman Adiwoso, CEO PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).Banyak orang yang menjulukinya sebagai 'Bapak Satelit Indonesia' karena perannya membangun konektivitas nasional melalui satelit, salah satunya Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) sekaligus Ketua Dewan Pembina Asosiasi Antariksa Indonesia (ARIKSA), RudiantaraNamun pria berusia 72 tahun ini santai saja dengan julukan tersebut. "Saya cuma menikmati hidup saya," ujarnya santai.Baca juga: Histeris dan Tangis Bahagia Sambut Satelit Nusantara Lima Terbang ke AngkasaPerjalanan Adi penuh keberanian melawan arus, dari menolak kewarganegaraan Amerika hingga mendirikan PSN di tengah ketiadaan regulasi. Ini kisahnya.Awal Karier di Negeri Paman SamAdi memulai petualangannya di Purdue University, Amerika Serikat, mengambil jurusan Aeronautics dan Astronautics. Ia lulus dalam waktu singkat, hanya 5 semester. Ia kemudian magang di Hughes Aircraft Company pada 1974, perusahaan di balik satelit Palapa yang legendaris."Waktu itu saya kedinginan di Amerika, tapi semangat belajar besar," kenangnya.Kesempatan emas datang saat ia mendapat Hughes Fellowship, beasiswa yang memungkinkannya melanjutkan S2 di California Institute of Technology (Caltech). Sambil kuliah, ia bekerja 20 jam seminggu untuk membiayai hidup."Saya suka kerja sampai jam 3 sore, bahkan lebih, karena bisa pakai komputer kantor sendirian. Zaman dulu kan nggak ada laptop," ceritanya dengan tawa.CEO PSN Adi Rahman Adiwoso Foto: Adi Fida Rahman/detikINETMembangun Palapa: Menyatukan NKRIPada 1975, Adi mendapat tugas memasang stasiun bumi Palapa di Indonesia. Ia berkeliling ke pelosok, dari Waingapu hingga Flores, di tengah minimnya infrastruktur."Belum ada hotel, ATM, bawa tas penuh duit cash," ujarnya.Pengalaman ini membuka matanya tentang betapa terbatasnya komunikasi di Indonesia saat itu."Kalau mau telepon gubernur, pakai radio HF. Kadang nyambung, kadang nggak," ungkapnya.Ketika satelit Palapa menyala, Adi menyaksikan momen bersejarah: seorang bupati di Waingapu terpukau melihat TVRI di layar 12 inch Sony Trinitron."Saya baru sadar setelah 20 tahun, Palapa itu bukan sekadar satelit. Itu alat mempersatukan NKRI," katanya.Saat itu, televisi dan radio nasional belum ada, dan kebijakan pusat bisa butuh berbulan-bulan sampai ke daerah.Baca juga: Signal Acquired! Satelit Nusantara Lima Berhasil Terhubung ke Bumi

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya