Gedung A.A. Maramis: Gedung 200 Tahun Peninggalan Era Daendels

Gedung A.A. Maramis: Gedung 200 Tahun Peninggalan Era Daendels

aqi2025/07/11 16:01:22 WIB
Gedung A. A. Maramis di Jakarta Pusat. Foto: via DJKN Kementerian Keuangan

Jakarta memiliki banyak sekali gedung-gedung bersejarah yang telah berdiri sejak sebelum Indonesia merdeka. Beberapa gedung tersebut bahkan hingga saat ini masih digunakan untuk keperluan komersial atau menjadi hak milik pribadi.Salah satu gedung bersejarah yang mungkin jarang terdengar tetapi memiliki sejarah panjang adalah Gedung A.A. Maramis yang berlokasi di Kompleks Kementerian Keuangan Indonesia, Jakarta Pusat, dekat dengan Lapangan Banteng.Dilansir laman Kementerian Keuangan, gedung ini merupakan Cagar Budaya yang dikelola oleh Kementerian Keuangan. Gedung peninggalan Pemerintah Kolonial Hindia-Belanda tersebut telah dibangun pada 7 Maret 1809 atas prakarsa Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels. Saat itu pemerintahan Hindia-Belanda hendak memindahkan istana Batavia yang mulai kumuh di muara Sungai Ciliwung ke wilayah pusat ibu kota baru Weltevreden.Gedung ini semula bakal berstatus sebagai pendamping istana Gubernur Jenderal di kota Bogor (Buitenzorg Paleis). Namun, rencana tersebut batal karena biaya pembangunan yang terbatas. Pada saat itu perancang bangunan tersebut adalah arsitek Ir. Letkol JC. Schultze.Baca juga: Villa Isola: Gedung Setengah Juta Gulden Warisan Raja Media Kelahiran JogjaAlih-alih menjadi istana pendamping, gedung A.A. Maramis dialihfungsikan sebagai kantor besar urusan keuangan Negara dan instansi pemerintah penting lainnya bernama Gedung Department van Financien atau dikenal pula dengan Gedung Daendels. Peresmiannya dilakukan oleh Komisaris Jenderal L.P.J Du Bus de Ghisignies.Selama Jepang berkuasa di Indonesia dari 1942-1945 Gedung Department van Financien dipegang oleh mereka dan berlanjut saat NICA berkuasa pada 1945-1949. Gedung ini baru bisa diambil alih oleh pemerintahan Indonesia pada 1950.Sejak dikelola pemerintah Indonesia, nama lama gedung tersebut masih dipertahankan. Baru pada 2008, nama Gedung Department van Financien diubah menjadi gedung A.A. Maramis. Nama tersebut diambil dari nama Menteri Keuangan pertama RI yaitu A.A. Maramis.Selama 200 tahun lebih berdiri, gedung ini pernah dipugar pada November 2019 karena kondisi bangunannya yang rusak berat. Proses renovasi dilakukan dengan hati-hati dan ketat agar tidak begitu mengubah arsitektur dan interiornya. Proses renovasi meliput penguatan struktur bangunan, konservasi arsitektur, interior, mechanical-electrical-plumbing (MEP), pencahayaan khusus, serta lanskap area Gedung A. A. Maramis.Baca juga: Mengulik Arsitektur dan Sejarah KBRI di Washington DC yang Didatangi Sri MulyaniRenovasi selesai pada Desember 2022. Setelah dipugar, Gedung A. A. Maramis dimanfaatkan sebagai sarana Museum dan Perpustakaan Keuangan Negara. Selain sebagai cagar budaya, Gedung A. A. Maramis juga akan difungsikan sebagai tempat jamuan kenegaraan, ruang pertemuan, sarana edukasi, dan sebagainya.Gedung A. A. Maramis juga akan diintegrasikan dengan kawasan Taman Lapangan Banteng. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan proyek penyatuan dua area ini untuk menambah ruang terbuka hijau yang lebih luas di Jakarta. Area yang akan terintegrasi nantinya adalah Lapangan Banteng dengan area depan Gedung AA Maramis.Sebagai bagian dari integrasi ini, jalan yang saat ini membelah antara Gedung AA Maramis dan Lapangan Banteng akan ditutup. Penataan juga akan menyentuh pengelolaan lalu lintas, kawasan kaki lima, hingga penataan wilayah di sekitar gedung dan taman."Kami berpikir ini akan menjadi satu kesatuan yang terbuka, karena memang ini adalah bagian dari lingkar empat yang sebetulnya dulu merupakan jantung pemerintahan," ujar Sri Mulyani seperti yang dikutip dari detikFinance, Jumat (11/7/2025).

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya