Malam 1 Suro bukan sekadar pergantian tahun baru Jawa, tapi diyakini sebagai malam sakral yang penuh energi spiritual. Di malam ini, masyarakat Jawa menjalani berbagai ritual tirakat dan doa, sekaligus menghindari sejumlah larangan yang diwariskan turun-temurun.Mulai dari pantangan menggelar hajatan hingga larangan keluar rumah sembarangan, semua dilakukan demi keselamatan dan ketentraman batin. Tak heran jika malam Suro sering disebut sebagai waktu "hening" dan penuh introspeksi.Bukan malam untuk hura-hura, melainkan untuk menyepi, membersihkan diri, dan mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Lantas, apa saja pantangan yang diyakini tak boleh dilakukan saat malam 1 Suro? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.Baca juga: 1 Suro 2025 Kapan? Ini Jadwal hingga MaknanyaMalam 1 SuroMalam 1 Suro adalah malam pergantian tahun baru dalam kalender Jawa. Malam 1 Suro seringkali dikira bertepatan dengan malam menjelang tahun baru Islam 1 Muharram dalam kalender Hijriah. Padahal, malam 1 Suro dan 1 Muharram merupakan dua hal berbeda, dan tanggalnya pun biasanya berbeda satu.Kalender Jawa yang dipadu dari penanggalan Saka, Islam, dan Masehi, resmi diberlakukan sejak zaman Sultan Agung Hanyakrakusumo untuk memperkuat kesatuan budaya dan agama di tanah Jawa. Penentuan kalender Jawa oleh Sultan Agung dimulai pada 8 Juli 1633 M (1 Suro 1555 Saka), bersamaan dengan 1 Muharram 1043 Hijriah. Hal inilah yang membuat masyarakat sering mengira 1 Suro sama dengan 1 Muharram.Penanggalan ini sendiri agar masyarakat Jawa (santri dan abangan) menyatu dalam budaya Islam, sekaligus menjaga nilai-nilai leluhur. "Malam Sakral", dipercaya waktu pintu dunia gaib terbuka untuk membersihkan diri, memohon keselamatan, dan introspeksi spiritual.Pantangan dan Larangan Malam 1 SuroDalam budaya Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai waktu keramat, sehingga ada berbagai pantangan yang sebaiknya dihindari. Berikut sejumlah pantangan dan larangan malam 1 Suro.1. Tidak Menggelar HajatanMenikah, khitanan, atau acara besar lain di malam Suro dianggap tabu. Dikhawatirkan akan mendatangkan nasib buruk, karena dianggap waktu untuk menyendiri dan menyucikan diri, bukan berpesta.2. Tidak Keluar Rumah SembaranganMasyarakat meyakini malam 1 Suro adalah saat dunia nyata dan dunia gaib sangat dekat. Banyak orang memilih berdiam diri di rumah atau melakukan aktivitas spiritual karena malam ini diyakini rawan gangguan gaib.3. Menghindari Konflik dan Ucapan KasarOrang tua zaman dulu mewanti-wanti anak-anak untuk tidak bertengkar atau berkata kasar, sebab malam ini dianggap membuka pintu energi halus dan bisa memicu hal-hal tidak diinginkan.4. Tidak Membangun atau Pindah RumahAktivitas besar seperti renovasi, memulai proyek bangunan, atau pindah rumah sebaiknya dihindari. Malam Suro dianggap bukan waktu baik untuk memulai sesuatu, melainkan saat mengistirahatkan diri dan membersihkan batin.Baca juga: 6 Tradisi Malam 1 Suro Unik di Jawa TimurTradisi Malam 1 SuroBerbagai tradisi khas dijalankan masyarakat Jawa saat malam 1 Suro, terutama di lingkungan keraton dan desa-desa adat, sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan waktu-waktu keramat. Mulai dari kirab pusaka yang hening tanpa suara, tirakatan semalam suntuk, hingga ritual jamasan dan sedekah gunungan, semua dilaksanakan dengan penuh khidmat.Tradisi ini bukan hanya warisan budaya, tapi juga bentuk perenungan diri dan penyucian batin dalam menyambut tahun baru Jawa. Berikut sejumlah tradisi yang dilaksanakan saat malam 1 Suro.1. Kirab PusakaKirab (arak-arakan) benda pusaka menjadi tradisi utama di keraton-keraton Jawa, seperti Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Benda-benda pusaka seperti keris, tombak, gamelan, hingga Kebo Bule (kerbau albino) diarak mengelilingi area keraton sebagai simbol pembersihan spiritual dan penghormatan leluhur.Di Solo, tradisi ini disebut Kirab Malam 1 Suro, berlangsung tanpa suara (Tapa Bisu Mubeng Beteng), diikuti para abdi dalem berjalan kaki mengelilingi benteng keraton sejauh ±5 km.2. Tapa BisuPeserta kirab menjalani Tapa Bisu, yaitu berjalan tanpa bicara, tanpa makan, dan tanpa minum, sebagai bentuk perenungan diri. Ini dipercaya membantu membersihkan hati, menjernihkan pikiran, dan membuka intuisi batin dalam menyambut tahun baru Jawa.3. Ritual Jamasan PusakaJamasan adalah upacara mencuci pusaka (keris, tombak, dan benda bertuah lainnya) dengan air kembang setaman. Ini dipercaya membersihkan energi negatif sekaligus bentuk rasa hormat pada warisan leluhur.4. Tirakatan dan Doa BersamaMasyarakat Jawa menggelar tirakatan-berdiam diri sambil merenung dan berdoa. Beberapa daerah menggelar tahlilan bersama, ziarah ke makam leluhur, atau semedi di tempat yang dianggap sakral seperti puncak gunung, sendang (mata air), atau petilasan.5. Sedekah GununganDi beberapa wilayah, seperti Yogyakarta dan Ponorogo, masyarakat mengarak dan membagikan Gunungan-tumpukan hasil bumi atau makanan-sebagai simbol syukur kepada Tuhan. Gunungan ini akan diperebutkan warga karena diyakini membawa berkah.