Guru Besar Bidang Antroplogi Universitas Gadjah Mada (UGM), Profesor Dr. Atik Triratnawati, meneliti soal gangguan kesehatan masuk angin yang merupakan fenomena budaya. Dia meneliti terdapat tiga jenis masuk angin.Atik menyampaikan, jenis pertama masuk angin ringan. Jenis pertama ini umum ditemui dengan gejala kembung, panas, dan pegal."Jadi masuk angin ringan itu gejalanya seperti kembung, panas, dan pegal-pegal," ujar Ati saat dihubungi detikJogja, Senin (16/6/2025).Baca juga: Penelitian Dosen UGM soal Masuk Angin: Bukan Penyakit Medis, Obatnya KerokanAdapun jenis kedua adalah masuk angin berat. Masuk angin ini biasanya gejala umum seperti masuk angin ringan, ditambah gejala-gejala lain seperti muntah dan mencret."Masuk angin berat ada tambahan dua gejala, mutah dan mencret," tuturnya.Untuk jenis ketiga adalah masuk angin kasep. Ini merupakan kelas paling tinggi dan harus mendapatkan penanganan medis."Kalau masuk angin kasep itu kelas yang paling tinggi. Itu gejalanya tidak dirasakan oleh penderita, tapi penderita tiba-tiba mengalami shock karena sesak napas," jelasnya."Kalau orang medis menyebut serangan jantung, itu kasep. Tidak pernah dirasakan, tidak pernah dikerok, tidak pernah diobati, tapi dipakai kerja terus. Akhirnya gejala itu akan datang tiba-tiba dalam bentuk serangan jantung. Biasanya tidak tertolong," ungkap Atik.Untuk penanganan dari tiga jenis masuk angin tersebut bermacam-macam. Ati menyebut terdapat beberapa penanganan sederhana hingga medis untuk mengobati masuk angin."Banyak pengobatan sederhana untuk menggantikan kerokan. Misalnya minum kopi panas, jahe panas, the panas, terus leren atau berhenti, istirahat. Bisa juga pijat, itu cara sederhana. Karena kalau kerokan itu dia nyeri. Begitu dipijat seluruh tubuh, suhu turun dan sembuh," tuturnya.Sementara untik masuk angin kasep harus dibawa ke ke tenaga medis. Sebab, jika tak ditangani bisa berujung mematikan bagi penderita.Baca juga: Pakar UGM Sebut Masuk Angin Bukan Penyakit Medis tapi Fenomena Budaya"Kalau kasep, bisa diselamatkan, tapi harus medis modern atau ke dokter. Tapi karena orang awam, biasanya kaget, pasien dibiarkan ya bablas. Umumnya meninggal nggak ada yang terselamatkan," jelas Atik."Tapi kalau orang pemahaman cukup, paham medis tradisional dan modern. Waktu serangan itu atau sesak napas, langsung dilarikan ke rumah sakit. Di IGD itu ada pertolongan pertama untuk serangan jantung. 15 menit pertama itu menentukan sembuh tidaknya pasien," pungkasnya.