Masyarakat Jawa akan segera menyambut datangnya 1 Suro 1959 Jawa, yang menandai pergantian tahun dalam kalender tradisional. Berdasarkan penanggalan Jawa dan kalender Hijriah, 1 Suro 2025 jatuh tanggal berapa?Meski sering dianggap berbarengan dengan 1 Muharram dalam kalender Islam, nyatanya 1 Suro dan 1 Muharram tidak selalu jatuh pada hari yang sama. Keduanya memang sama-sama menandai awal tahun baru, namun berasal dari sistem kalender yang berbeda.Baca juga: 5 Mitos Malam 1 Suro yang Masih Banyak DipercayaKapan 1 Suro 2025?Tahun Baru Jawa 1 Suro 1959 akan diperingati pada Sabtu Legi 28 Juni 2025, menurut penanggalan Jawa. Dalam tradisi Jawa, malam dianggap sebagai bagian dari hari berikutnya, sehingga malam 1 Suro sudah dimulai sejak matahari terbenam pada Jumat 27 Juni 2025, yang bertepatan dengan Jumat Kliwon dalam siklus pasaran Jawa.Penanggalan Jawa sendiri tidak hanya mengikuti sistem Masehi, tetapi merupakan hasil sinkretisme antara kalender Hijriah Islam dan tradisi budaya lokal. Kalender ini menggunakan perhitungan bulan (lunar calendar), serupa dengan kalender Hijriah.Dalam kepercayaan masyarakat Jawa, malam 1 Suro merupakan waktu yang sakral dan penuh makna spiritual. Banyak tradisi dan ritual digelar, seperti tirakatan, tapa bisu, dan ziarah ke makam leluhur. Hal ini dilakukan sebagai bentuk introspeksi diri, serta penyucian lahir dan batin untuk menyambut datangnya tahun yang baru.Dengan demikian, meskipun malam 1 Suro dimulai pada Jumat malam, secara resmi 1 Suro 1959 Jawa dihitung mulai Sabtu 28 Juni 2025. Banyak orang beranggapan bahwa Tahun Baru Hijriah 1 Muharram dan Tahun Baru Jawa 1 Suro selalu bertepatan, padahal kenyataannya sering kali berbeda, bahkan bisa selisih satu hari atau lebih.Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025, 1 Muharram 1447 Hijriah atau Tahun Baru Islam jatuh pada Jumat 27 Juni 2025, yang dalam kalender Jawa bertepatan Jumat Kliwon.1 Suro dan 1 MuharramMeski sama-sama dianggap sebagai penanda tahun baru, 1 Muharram dan 1 Suro sebenarnya berasal dari sistem kalender yang berbeda, sehingga tak selalu jatuh pada hari yang sama. Perbedaan pertama terletak pada sistem kalender yang digunakan.1 Muharram adalah bagian dari kalender Hijriah yang berbasis bulan (qamariyah). Kalender ini digunakan dalam tradisi Islam, dan perubahan harinya dimulai setelah magrib. Penetapan tanggalnya mengacu pada otoritas resmi seperti Kementerian Agama RI atau organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah.Sementara itu, 1 Suro dari kalender Jawa, yang merupakan hasil sinkretisme atau perpaduan kalender Saka (Hindu), Hijriah (Islam), dan Masehi (Gregorian). Penamaan bulan, perhitungan tahun, dan sistem penanggalannya mengikuti tradisi Jawa, yang memiliki siklus pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon) dan sistem windu (siklus delapan tahun).Selain itu, perbedaan juga muncul dari cara menentukan awal hari. Dalam tradisi Jawa, hari baru dimulai saat matahari terbenam. Maka, malam sebelum 1 Suro sudah dianggap sebagai bagian dari 1 Suro, dan dikenal sebagai malam 1 Suro.Sedangkan dalam kalender Hijriah, walaupun hari juga berganti setelah magrib, penetapan tanggal 1 Muharram dilakukan secara resmi lembaga otoritatif, bukan hanya berdasarkan hitungan tradisional atau budaya lokal.Karena perbedaan-perbedaan inilah, 1 Muharram dan 1 Suro bisa jatuh pada hari yang berbeda, bahkan sering kali selisih satu hari, tergantung hasil rukyatul hilal dan sistem penanggalan yang digunakan masing-masing pihak.Baca juga: Malam 1 Suro Jatuh pada Tanggal Berapa? Ini Jadwal dan MaknanyaMakna 1 Suro dalam Tradisi JawaMalam 1 Suro dalam tradisi Jawa dipandang sebagai momen sakral yang penuh makna spiritual, bukan sekadar pergantian tahun baru. Berikut ini makna 1 Suro dalam tradisi Jawa yang dipercaya hingga saat ini.1. Momen Sakral dan Refleksi DiriMalam 1 Suro dipandang sebagai saat penuh kesakralan, ketika alam gaib diyakini 'terbuka' dan roh leluhur mendekat. Masyarakat Jawa memanfaatkan momentum ini untuk merenung, membersihkan batin, dan memperkuat hubungan spiritual dengan Tuhan serta leluhur.2. Penyucian Spiritual dan TirakatInti perayaan malam 1Suro adalah tirakatan, tapa bisu, serta doa dan ziarah ke makam leluhur. Ritual ini bertujuan menyucikan diri, mengendalikan hawa nafsu, serta memohon keselamatan dan keberkahan di tahun baru Jawa.3. Awal Tahun Baru FilosofisSatu Suro adalah awal tahun Jawa-yang direpresentasikan sebagai momentum untuk introspeksi, pengendalian diri, dan harapan hidup yang lebih baik. Kalender Jawa sendiri merupakan hasil sinkretisme budaya antara sistem penanggalan Islam (Muharram), Saka (Hindu), dan Masehi, diprakarsai Sultan Agung Mataram pada 1633-maksudnya untuk menyatukan rakyat dalam satu identitas budaya-politik4. Pantangan dan Suasana KhidmatSebagai malam yang sangat dihormati, terdapat larangan kuat seperti tidak melakukan pesta, membangun rumah, perjalanan jauh, atau berbicara kasar. Suasana malam ini dirayakan dalam keadaan tenang, bukan meriah, dengan tujuan menjaga khidmat dan kesakralan malam 1Suro