Keduanya memiliki ukuran tubuh yang kecil dan kebiasaan hidup di pepohonan. Jadi tak heran masih banyak yang menganggap tupai adalah bajing atau sebaliknya.Faktanya kedua hewan tersebut berasal dari ordo yang berbeda dan memiliki perbedaan signifikan baik secara fisik maupun perilaku. Tupai atau treeshrew dengan nama ilmiah Tupaia, termasuk dalam ordo Scandentia. Hewan ini merupakan mamalia kecil yang dikenal sebagai omnivora.Pola makannya tidak hanya mencakup buah dan biji-bijian, tetapi juga mencakup serangga, kutu, dan hewan kecil lainnya. Ini membedakannya dari bajing yang umumnya lebih cenderung herbivora.Penjelasan ini diungkapkan oleh Dr Maryati Surya, Koordinator Laboratorium Mikrobiologi dan Imunologi sekaligus Peneliti di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB University.Baca juga: Pakar Meteorologi IPB Sebut Sunspot Jadi Pemicu Kemarau Basah, Apa Itu?Sebaran tupai cukup luas, terutama di wilayah tropis Asia, mulai dari India hingga Filipina. Di Indonesia, tupai ditemukan di berbagai pulau seperti Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan.Hewan ini mampu beradaptasi baik di lingkungan pepohonan (arboreal) maupun di daratan (terestrial), dan cenderung memilih habitat alami seperti hutan tropis dan lahan perkebunan."Secara taksonomi, Tupaia berbeda jauh dari bajing. Tupai berasal dari ordo Scandentia yang terdiri dari dua famili, yaitu Tupaiidae yang aktif di siang hari (diurnal) dan Ptilocercidae yang aktif di malam hari (nokturnal)," ujar Maryati dalam keterangannya yang dikutip detikEdu, Jumat (12/6/2025).Baca juga: Misteri Alien di Mata Pakar Fisika Teori IPB UniversitySecara fisik, tupai memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, dengan berat berkisar antara 45 hingga 350 gram dan panjang tubuh antara 12 hingga 21 sentimeter. "Tupai memiliki moncong yang lebih menonjol dan wajah yang lebih tirus dibanding bajing, mirip celurut," kata Dr Maryati.Karakteristik perilakunya pun khas, hidup soliter, monogami, dan cenderung menghindari interaksi dengan manusia. Hal ini menjadikannya cukup sulit ditemui di lingkungan permukiman.Berbeda dengan tupai, bajing termasuk dalam ordo Rodentia dan berasal dari famili Sciuridae, kelompok hewan pengerat yang mencakup spesies kecil hingga sedang. "Bajing lebih mudah ditemukan di lingkungan yang dekat dengan manusia dan sering dianggap sebagai hama karena makanannya," ujar Dr Maryati.Dari segi pola makan, bajing murni bersifat herbivora, mengonsumsi berbagai jenis kacang-kacangan, buah, dan biji-bijian. Berbeda pula dari tupai yang bersifat omnivora, bajing tidak memangsa serangga atau hewan kecil.Ciri khas fisik bajing cukup mudah dikenali, terutama dari ekornya yang panjang, lebat, dan melengkung ke atas. Bentuk kepala bajing juga cenderung bulat, dengan pipi besar dan mata menonjol yang merupakan ciri khas hewan pengerat yang aktif.Secara perilaku, bajing tergolong hewan sosial. Mereka hidup dalam kelompok dan kerap terlihat berinteraksi satu sama lain, kontras dengan tupai yang lebih menyukai kehidupan menyendiri.Ukuran tubuh bajing pun sangat beragam. Spesies terkecil memiliki panjang sekitar 10 hingga 14 sentimeter, sementara jenis terbesar seperti marmot dapat mencapai bobot lebih dari 8 kilogram.