"Jangan suka marah-marah, nanti cepat tua!" Mungkin banyak dari kamu yang pernah atau bahkan sering mendengar kalimat itu. Nyatanya, perkataan tersebut bukan sekadar mitos.Sering marah dan tidak bisa meregulasi emosi bisa memicu stres yang dampaknya akan terlihat pada kondisi kulit. Berdasarkan sejumlah studi, stres yang berkepanjangan tidak hanya mengacaukan pikiran tapi juga mengikis kilau dari kulit.Kortisol, hormon yang diproduksi tubuh ketika stres atau marah, adalah penyebab utamanya. Seperti dikutip dari AP Smile Care, saat stres, tubuh memproduksi lebih banyak kortisol, yang mengalir bebas ke seluruh tubuh.Hal ini dapat membuat pembuluh darah lebih rapuh dan akibatnya sel-sel kulit tidak terbentuk dengan cepat, terkadang melambat hingga 50%. Pada dasarnya, stres dan kortisol bisa dibilang jadi 'biang kerok' atas terjadinya penuaan dini pada kulit, selain dari faktor luar seperti paparan sinar matahari dan polusi.Baca juga: Vitamin C Jadi Bahan Skincare Terpopuler di Indonesia, Ini ManfaatnyaPaparan kortisol dalam jangka panjang terbukti merusak fungsi pelindung kulit, mengurangi produksi lipid, memperlambat pergantian sel, dan memicu peradangan. Semuanya dapat bermanifestasi dalam bentuk jerawat, eksim, rosacea, kulit kusam, atau penuaan dini."Saat kita stres, tubuh memperlambat produksi lipid utama di kulit. Itulah sebabnya stres dapat memicu kambuhnya penyakit," jelas dokter kulit Dr. Hope Mitchell, seperti dikutip dari LA Times.Tanda-tanda Penuaan Kulit Akibat StresSebenarnya penuaan kulit karena stres tidak selalu disertai tanda-tanda yang pasti. Terkadang, muncul dengan penampakan kulit yang kusam, atau jerawat yang terus-menerus muncul, bahkan terjadi hipersensitivitas terhadap produk skincare yang telah kamu gunakan selama bertahun-tahun."Burnout (kelelahan mental dan emosional karena stres berkepanjangan) lebih dari sekadar fase yang berlalu. Ini adalah krisis gaya hidup," terang konselor klinis Lindsey Tomayko, MA, LPCC.Stres kronis ini kemudian mengubah cara tubuh memprioritaskan, dan terkadang, salah memprioritaskan, energi. Lindsey menjelaskan bahwa tubuh jadi kehilangan jejak tentang apa yang mendesak versus apa yang tidak. Akhirnya mulai menafsirkan segalanya sebagai ancaman.Baca juga: 5 Tips Memakai Skincare untuk Memperbaiki Skin BarrierKondisi yang ada di dalam tubuh tersebut kemudian muncul ke permukaan lewat kulit. Sebagai peradangan, lebih sensitif, atau lapisan pelindung kulit yang rusak.Penelitian dari National Institutes of Health menegaskan bahwa stres kronis dapat mengganggu siklus pergantian sel kulit (yang biasanya terjadi dalam periode 28-30 hari) sehingga menunda regenerasi kulit. Akibatnya kulit jadi terlihat lebih kusam, mudah berjerawat dan iritasi.Membebaskan Pikiran dan Kulit dari StresAda banyak cara untuk mengurangi stres dan mencegah kamu marah-marah setiap hari. Jika kamu maupun dokter kulit menemukan bahwa stres adalah penyebab utama terjadinya penuaan dini, lakukanlah perubahan gaya hidup dengan aktivitas berikut ini:- Olahraga teratur sepanjang minggu, bisa dengan jalan cepat, jogging, senam atau pilates.- Pertimbangkan untuk mencoba praktik kesadaran seperti meditasi, yoga, dan pernapasan dalam.- Tidur cukup setiap malam, sedikitnya 7-9 jam.- Cari cara untuk menikmati lebih banyak waktu pribadi, seperti rekreasi, spa atau mengerjakan hobi.- Buat dan disiplin melakukan perawatan diri yang optimal dan menenangkan dengan skincare maupun bodycare.- Banyak minum air putih, minimal delapan gelas sehari.Jika berbicara tentang menenangkan kulit saat stres, hidrasi adalah hal yang tidak bisa ditawar. Tingkat kelembapan yang memadai membantu memperkuat mikrobioma kulit, mengurangi sensitivitas, dan memperlambat tanda-tanda penuaan secara alami.Selain memperbanyak minum air putih, kamu bisa menggunakan produk skincare yang berfungsi melembapkan atau menghidrasi. Piloh serum atau pelembap yang mengandung niacinamide, azelaic acid, peptide atau ceramide.