Gowok: Kamasutra Jawa Bukan Cuma Panduan Gaya

Gowok: Kamasutra Jawa Bukan Cuma Panduan Gaya

nu22025/06/11 18:07:33 WIB
Foto: Dok Gowok Kamasutra Jawa MVP Pictures

Kamu pasti pernah dengar kata Kamasutra, kan? Biasanya langsung kebayang posisi-posisi ajaib di ranjang, terus dikaitin sama hal-hal yang 'panas'. Tapi sebenarnya, Kamasutra itu bukan cuma soal urusan kasur, lo.Kamasutra aslinya adalah teks filsafat dari India yang ditulis sekitar abad ke-3 sampai ke-5 Masehi, karya seorang filsuf bernama Vatsyayana. Di dalamnya juga ngomongin soal cinta, pernikahan, etika hidup, sampai spiritualitas. Jadi sebenarnya, ini tuh buku serius, bukan cuma 'panduan gaya'.Nah, ternyata Indonesia juga punya versi lokalnya. Dari budaya Jawa, ada yang namanya gowok, yang kisahnya diangkat jadi film oleh sutradara Hanung Bramantyo, judulnya Gowok: Kamasutra Jawa.Gowok bukan sekadar profesi, tapi bagian dari tradisi. Di masa lalu, khususnya sekitar awal 1900-an, di kalangan bangsawan dan orang kaya Jawa, gowok adalah perempuan dewasa yang ditugaskan mendidik para pemuda, calon pengantin pria, tentang kehidupan rumah tangga, terutama soal hubungan suami istri.Baca juga: Ballerina-Gowok, 5 Rekomendasi Film Bioskop Minggu IniBayangin, sebelum malam pertama, si cowok ini 'disekolahkan' dulu secara privat. Gowok bakal ngajarin bukan cuma teknik, tapi juga bagaimana memahami perasaan perempuan. Intinya, bukan ngajarin nakal, tapi ngajarin bijak.Terdengar tabu, ya? Tapi zaman dulu profesi ini dihormati. Gowok dianggap sebagai guru kehidupan, bukan sekadar penghibur.Inspirasi cerita film ini diambil dari Serat Centhini, kitab sastra Jawa yang ditulis antara 1814-1823. Ini semacam ensiklopedia kehidupan orang Jawa yang isinya lengkap, mulai dari filsafat, spiritualitas, seksualitas, sampai kuliner. Disusun atas perintah Pangeran Adipati Anom dari Keraton Surakarta, dan dipimpin oleh pujangga istana, Kyai Yasadipura II, begitu kayak ditulis di situs Mendikbud.Dalam Serat Centhini, seks dibahas sebagai bagian dari perjalanan hidup dan spiritualitas. Gak vulgar, malah puitis dan filosofis. Tapi karena nama Centhini belum tentu dikenal luas, Hanung memilih judul yang lebih menggoda rasa ingin tahu: Kamasutra Jawa."Kalau saya bilang Centhini, yang tahu mungkin cuma orang Jawa. Tapi kalau saya bilang Kamasutra Jawa, langsung banyak yang penasaran," kata Hanung waktu diwawancara di lokasi syuting di Gamplong, Yogyakarta.Gowok Kamasutra Jawa Foto: Dok Gowok Kamasutra Jawa MVP PicturesFilm ini dibintangi nama-nama besar kayak Raihaanun sebagai Nyai Ratri, Reza Rahadian sebagai Kamanjaya, dan juga Lola Amaria, Devano Danendra, Alika Jantinia, Donny Damara, sampai Slamet Rahardjo.Ceritanya juga kuat dengan drama dan dendam. Ratri, si tokoh utama, adalah anak dari seorang pelacur bernama Djenar. Dia dibesarkan oleh Nyai Santi, gowok yang disegani. Ratri tumbuh jadi perempuan cantik dan pintar, dididik untuk jadi pewaris ilmu gowok.Sampai suatu saat, dia jatuh cinta sama Kamanjaya pemuda dari keluarga terpandang. Mereka berhubungan dan Kamanjaya berjanji mau menikahi Ratri, tapi kemudian mengingkari.Dua puluh tahun berlalu. Kamanjaya kembali, membawa putranya, Bagas, untuk belajar pada Nyai Santi. Tapi ternyata, Bagas malah jatuh cinta sama Ratri, tanpa tahu masa lalu orang tuanya. Dari situlah cerita balas dendam Ratri dimulai.Film ini udah tayang lebih dulu di International Film Festival Rotterdam (IFFR) 2025, dan mulai 5 Juni 2025 resmi rilis di bioskop Indonesia. Tapi catatan penting, ini film dewasa, ya. MVP Pictures bahkan bikin dua versi rating: 17+ dan 21+.Lewat Gowok: Kamasutra Jawa, Hanung pengen bilang, pendidikan seksual itu bukan hal asing buat budaya kita. Leluhur Nusantara udah punya cara yang sopan, spiritual, dan penuh empati buat ngajarin cinta dan tubuh.Tapi, setelah era kolonial, mulai masuk juga moral Barat yang konservatif, yang bikin banyak budaya lokal, termasuk gowok dianggap nyeleneh. Apalagi pasca 1965, banyak hal yang dianggap 'menyimpang' langsung ditekan dan dihapuskan.Gowok Kamasutra Jawa Foto: Dok Gowok Kamasutra Jawa MVP PicturesBaca juga: Gowok Kamasutra Jawa Tayang di Rotterdam, Lola Amaria: Universal, Unik dan SeksiPadahal kalau dipikir-pikir, pendekatan leluhur kita itu udah bijak banget. Mereka gak canggung bicara soal seks, tapi bukan dengan cara vulgar. Justru dengan pendekatan sastra.Di era digital kayak sekarang, di mana banyak orang belajar seks dari sumber gak jelas, film kayak Gowok ini bisa jadi pengingat, seksualitas bukan cuma soal teknik, tapi juga tentang tanggung jawab.Di balik judulnya yang menggoda, Gowok: Kamasutra Jawa, adalah kisah tentang manusia. Tentang cinta, dendam, tubuh, dan nilai-nilai lama yang ternyata masih relevan sampai sekarang.

[Gambas:Youtube]

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya