Kisah Haru di Balik Pemasangan Lantai Marmer Masjid Nabawi dan Masjidil Haram

Kisah Haru di Balik Pemasangan Lantai Marmer Masjid Nabawi dan Masjidil Haram

dhw2025/06/07 07:01:47 WIB
masid nabawi. Foto: Getty Images/Mawaddah Fauziah

Masjid Nabawi dan Masjidil Haram memiliki lantai marmer yang terasa sejuk meski cuaca panas. Sosok penting di balik lantai itu adalah seorang arsitek mualaf asal Mesir, Muhammad Kamal Ismail.Dilansir dari Nigerian Tracker, Kamal Ismail mendesain teknik perencanaan dan mengawasi proyek pemugaran Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Selama terlibat dalam proyek pemasangan marmer, Kamal Ismail menolak dibayar.Raja Fahad dan Perusahaan Bin Laden telah menawarkan upah yang besar, namun Kamal Ismail menolaknya. Ia bertekad mengabdi dan berkontribusi dalam pembangunan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tanpa menginginkan upah."Mengapa saya harus menerima uang (untuk pekerjaan saya) di dua masjid suci? Bagaimana saya menghadap Allah (di hari kiamat?)," kata Kamal Ismail dikutip dari Nigerian Tracker, Jumat (6/6/2025).Berdasarkan Arab News, proyek pemugaran besar-besaran Masjidil Haram pertama kali dilakukan pada 1926. Pada masa ini, lantai masjid diganti menjadi marmer.Masih mengutip dari Nigerian Tracker, setelah 15 tahun berlalu, pemerintah Arab Saudi menginginkan Masjid Nabawi juga dipasang lantai marmer. Kamal Ismail pun ditunjuk untuk menjalankan proyek tersebut.Dulu mendapatkan lantai marmer tidak semudah saat ini. Kamal Ismail membeli marmer dari perusahaan di Yunani yang berlokasi di dekat sebuah gunung.Kamal Ismail kembali ke produsen yang sama untuk mendapatkan kualitas yang serupa. Sayangnya, marmer yang pernah dibeli 15 tahun lalu untuk Masjidil Haram sudah habis terjual.Namun, ketika Kamal Ismail meninggalkan kantor tersebut, dia tidak sengaja bertemu dengan sekretaris kantor penjual marmer. Lalu, dia menanyakan keberadaan pembeli sisa marmer 15 tahun lalu.Sekretaris mengatakan sulit untuk mencari data pembeli tersebut karena sudah lebih dari satu dekade berlalu. Akan tetapi, sekretaris itu bersedia untuk mencarikannya.Baca juga: Fitur Canggih Masjid Nabawi: Kubah Bergeser-Payung Raksasa OtomatisKamal Ismail memberikan alamat dan nomor hotelnya. Ia berjanji untuk kembali menemui sekretaris tersebut keesokan harinya.Dalam perjalanan menuju hotel, Kamal Ismail meragukan keputusannya untuk mencari tahu pembeli yang menghabiskan stok marmer putih.Keesokan harinya, sekretaris tersebut memberikan kabar bahwa ia menemukan alamat pembeli marmer. Kamal Ismail pun bergegas menemui sekretaris itu. Ternyata pembeli marmer adalah perusahaan asal Arab Saudi.Pada hari yang sama, Kamal Ismail kembali ke Arab Saudi dan langsung mengunjungi perusahaan yang membeli marmer. Ia bertemu dengan direktur admin dan menanyakan keberadaan marmer yang dibeli 15 tahun lalu digunakan untuk apa.Direktur tersebut awalnya mengaku tidak ingat keberadaan marmer yang ditanyakan Kamal Ismail. Setelah menghubungi staf ruang stok perusahaan, ternyata marmer tersebut tidak digunakan untuk apa pun. Marmer itu tersimpan rapi di gudang perusahaan dengan jumlah yang diperlukan oleh Kamar Ismail untuk Masjid Nabawi.Seketika Kamal Ismail menangis dan menceritakan tujuannya mencari marmer tersebut hingga bisa bertemu dengan direktur perusahaan. Ia pun menyodorkan cek kosong untuk diisi harga jual marmer tersebut.Akan tetapi, direktur perusahaan itu menolak untuk mengisi cek tersebut setelah tahu marmer akan digunakan untuk Masjid Nabawi. Direktur perusahaan memberikan semua marmer tersebut secara sukarela kepada Kamal Ismail.Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya