COVID-19 Ngegas di Thailand, Sekolah Online Lagi

COVID-19 Ngegas di Thailand, Sekolah Online Lagi

apu2025/06/03 16:33:42 WIB
Ilustrasi COVID-19 di Thailand. Foto: Getty Images/iStockphoto/Enes Evren

Kasus COVID-19 di Thailand mengalami perkembangan yang mengkhawatirkan. Bahkan, sekolah setempat kembali melaksanakan pembelajaran daring (online) untuk mencegah penularan.Dilansir detikHealth Rabu (3/6/2025), kematian akibat penyakit dengan nama resmi SARS-CoV2 di Negeri Gajah Putih bisa dikatakan cukup tinggi dibandingkan negara lain.Dalam sebuah unggahan di Facebook, seperti dikutip The Nation, seorang dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Chulalongkorn, Assoc Prof Dr Thira Woratanarat mengungkapkan dalam sebulan terakhir, sekitar 170 ribu orang dirawat di rumah sakit akibat COVID-19.Baca juga: Fakta-fakta Lonjakan COVID-19 di Thailand, Kematian Tinggi-Sekolah Online LagiBahkan, lanjut dr Thira, ada sekitar 37 kematian akibat infeksi penyakit pernapasan itu. Sebagai perbandingan, hanya satu kasus pasien meninggal akibat influenza selama periode yang sama.Pada periode 18 hingga 24 Mei, COVID-19 terus menyebabkan jumlah penyakit dan kematian tertinggi di antara warga Thailand. Jumlah kasus COVID-19 lima kali lebih banyak daripada kasus diare, sepuluh kali lebih banyak daripada kasus influenza, dan 30 kali lebih banyak daripada kasus keracunan makanan.Sekolah Kembali Gelar Belajar OnlineKasus COVID-19 yang ngegas di Thailand, hingga 18.000 pasien per hari, membuat sekolah menerapkan aturan khusus terkait proses belajar mengajar.Salah satunya adalah sekolah Bangkaew di bawah Pemerintah Kota Bangkaew, Distrik Bang Phli, Provinsi Samut Prakan yang menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar mulai tanggal 4 hingga 6 Juni 2025.Selama masa penutupan ini, siswa diimbau untuk menyelesaikan tugas dari rumah. Kegiatan belajar mengajar akan kembali normal pada 9 Juni 2025. Pihak sekolah juga meminta para staf, guru, dan siswa untuk menjaga kesehatan dan menghindari kerumunan.Selain itu, pemerintah Thailand mendesak para orang tua tidak membawa bayi mereka yang berusia di bawah satu tahun ke kerumunan. Pasalnya, kekebalan mereka yang masih berkembang menyebabkan bayi rentan terpapar COVID-19 dan menderita gejala berat lainnya.OVID-19 Jangan Dianggap RemehThira dari FK Universitas Chulalongkorn melanjutkan, dirinya meminta publik tidak menganggap remeh COVID-19 meski statusnya sudah dianggap endemik. Sebab, infeksi virus ini tidak sama dengan flu biasa, di mana pasien yang terpapar bisa menderita gejala lebih berat.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kini disebut memantau SARS-CoV2 varian LP.8.1 dan NB.1.8.1.Varian LP.8.1 kini menyumbang sekitar 39 persen infeksi di 51 negara. Sementara itu, varian NB.1.8.1 terus meningkat, dengan tingkat infeksi 10,7 persen di 22 negara.Baca juga: Ngegas! COVID-19 di Thailand Tembus 65 Ribu Kasus dalam SepekanWHO telah mengklasifikasikan NB.1.8.1 sebagai variant under monitoring (VUM) karena lebih cepat menyebar atau menular dibandingkan LP.8.1, serta mampu menghindari kekebalan tubuh 1,5 hingga 1,6 kali lebih besar terhadap perlindungan dari vaksin atau infeksi sebelumnya.Total atau kumulatif kasus sepanjang 2025 di Thailand menjadi 240.606 kasus. Sementara jumlah kematian mencapai 53 orang.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya