Ini 9 Perumus Pancasila, 3 Tokoh Berasal dari Jawa Timur

Ini 9 Perumus Pancasila, 3 Tokoh Berasal dari Jawa Timur

hil2025/06/01 02:00:12 WIB
Sidang pertama Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei-1 Juni 1945 di Gedung Chou Shangi In. Foto: ANRI, BUPK 2

Kemerdekaan Indonesia yang kini kita nikmati bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba. Ini merupakan hasil dari serangkaian proses panjang, perdebatan ideologis, pertukaran gagasan, hingga kompromi yang dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa dari berbagai latar belakang.Salah satu momen penting dalam proses tersebut adalah perumusan Pancasila sebagai dasar negara. Perumusan ini dimulai sejak pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 April 1945.BPUPKI mengadakan sejumlah sidang penting guna menyusun dasar negara Indonesia yang baru akan merdeka. Untuk menyempurnakan rumusan Pancasila, BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang bertugas menghimpun dan merumuskan usulan dari para anggota. Hasilnya akan dibahas dalam sidang pada 10-17 Juli 1945.Siapa Saja Anggota Panitia Sembilan?Panitia Sembilan terdiri atas sembilan tokoh penting yang mewakili dua kelompok besar: nasionalis kebangsaan dan nasionalis Islam. Mereka adalah sebagai berikutIr. Soekarno (Ketua)Drs. Mohammad Hatta (Wakil Ketua)Mohammad YaminAchmad SoebardjoA.A. MaramisKH. Abdul Kahar MuzakirKH. A. Wahid HasyimH. Agus SalimAbikusno TjokrosujosoProfil Tokoh Perumus Pancasila, 3 Asal JatimUniknya, Jawa Timur menjadi salah satu daerah yang melahirkan beberapa tokoh penting yang terlibat langsung dalam proses perumusan Pancasila. Berikut ini profil lengkap para tokoh perumus Pancasila, termasuk tiga tokoh yang berasal dari atau memiliki keterkaitan kuat dengan Jawa Timur.1. Ir. SoekarnoIr. Soekarno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dengan nama asli Kusno Sosrodihardjo. Karena sering sakit semasa kecil, namanya diubah menjadi Soekarno.Ia menempuh pendidikan awal di Eerste Inlandse School, lalu melanjutkan ke Hogere Burger School (HBS), dan akhirnya kuliah di Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang ITB).Pada 1 Juni 1945, Soekarno menyampaikan pidato bersejarah yang mengusulkan lima dasar negara. Gagasan ini kemudian dikenal sebagai lima sila Pancasila. Ia bahkan menawarkan penyederhanaan konsep menjadi Trisila dan Ekasila, yang bermuara pada nilai gotong royong.2. KH. A. Wahid HasyimKH. Abdul Wahid Hasyim lahir di Jombang pada 1 Juni 1914 dan dikenal sebagai tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Ia adalah anggota termuda dalam BPUPKI, mewakili kalangan pesantren dan umat Islam bersama KH. Masykur dan KH. Abdul Fatah Yasin.Kontribusinya terlihat pada rumusan sila pertama Pancasila, "Ketuhanan Yang Maha Esa", yang mencerminkan nilai tauhid Islam dan toleransi antarumat beragama. Ia membuktikan bahwa pesantren dan ulama turut menjadi fondasi penting dalam berdirinya negara Indonesia.3. Abikusno TjokrosujosoAbikusno Tjokrosujoso lahir di Dolopo, Madiun, pada 15 Juni 1897. Ia merupakan pemimpin pertama Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan keturunan Hamengkubuwono I. Ia menempuh pendidikan di Koningin Emma School Surabaya, lalu melanjutkan ke Architects Examen Jakarta.Abikusno termasuk anggota Panitia Sembilan yang menyusun dan menandatangani Piagam Jakarta. Ia juga berperan dalam perumusan Pembukaan UUD 1945 dan menjabat sebagai Menteri Perhubungan pascakemerdekaan.4. Mohammad YaminMohammad Yamin lahir pada 23 Agustus 1903 di Sawahlunto, Sumatera Barat. Ia adalah salah satu tokoh utama di BPUPKI dan Panitia Sembilan.Pada 29 Mei 1945, ia menyampaikan pemikiran tentang lima dasar negara, yaitu Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 1973 oleh Presiden Soeharto lewat Keppres No. 088/TK/1973.5. Mr. Achmad SoebardjoAchmad Soebardjo lahir di Karawang pada 23 Maret 1896. Meski bukan putra daerah Jatim, ia memiliki ikatan historis karena pernah ditahan di Ponorogo saat gejolak politik pasca-kemerdekaan.Di BPUPKI, Soebardjo menegaskan agar dasar negara tidak hanya meniru ideologi asing. Pandangannya inilah yang memperkuat peran dan keberlanjutannya sebagai anggota Panitia Sembilan dalam merumuskan pembukaan UUD 1945.6. Mr. A.A. MaramisAlexander Andries Maramis lahir di Manado, Sulawesi Utara, pada 20 Juni 1887. Ia merupakan tokoh penting yang menandatangani Piagam Jakarta bersama anggota Panitia Sembilan lainnya.Maramis dikenal sebagai figur yang menjembatani suara-suara minoritas, terutama dalam menjaga nilai inklusivitas dalam perumusan ideologi bangsa.7. Abdul Kahar MuzakirAbdul Kahar Muzakir atau Pak Kahar lahir di Yogyakarta pada 16 September 1907. Ia merupakan tokoh Muhammadiyah yang aktif sebagai akademisi dan pemikir Islam modernis.Sebagai anggota BPUPKI, kontribusi intelektualnya membantu merumuskan dasar negara dari perspektif keislaman yang rasional dan kontekstual terhadap kemajemukan Indonesia.8. H. Agus SalimH. Agus Salim lahir di Agam, Sumatera Barat, pada 8 Oktober 1884. Dikenal sebagai The Grand Old Man, ia menguasai tujuh bahasa asing dan dikenal sebagai diplomat ulung.Sebagai anggota Panitia Sembilan, ia memainkan peran penting dalam menengahi perdebatan antara kelompok nasionalis dan Islam, menjadikan Pancasila sebagai fondasi yang inklusif dan menyatukan.9. Drs. Mohammad HattaMohammad Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat, merupakan Wakil Ketua Panitia Sembilan dan Wakil Presiden pertama RI. Ia dikenal sebagai pemikir rasional dan negarawan sejati.Hatta berperan dalam mengubah sila pertama Piagam Jakarta dari "Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya" menjadi "Ketuhanan Yang Maha Esa", sebagai bentuk penghormatan terhadap keberagaman Indonesia.Tokoh-tokoh besar dari Jawa Timur seperti Ir. Soekarno, KH. A. Wahid Hasyim, dan Abikusno Tjokrosujoso telah memainkan peran penting dalam perumusan Pancasila. Keberadaan mereka menunjukkan bahwa Jawa Timur bukan hanya saksi sejarah, tetapi juga penentu arah ideologis bangsa Indonesia.Perjalanan panjang menuju kemerdekaan dan lahirnya Pancasila adalah bukti bahwa kekuatan bangsa ini lahir dari dialog, toleransi, dan kerja sama lintas golongan. Kini, tugas generasi penerus adalah menjaga dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya