Ilmuwan Saling Debat Soal Temuan Tanda-tanda Kehidupan di Planet K2-18b

Ilmuwan Saling Debat Soal Temuan Tanda-tanda Kehidupan di Planet K2-18b

vmp2025/05/26 07:47:11 WIB
Illustration: NASA, CSA, ESA, J. Olmsted (STScI), Science: N. Madhusudhan (Foto: Cambridge University)

Belum lama ini, ilmuwan dari Cambridge University melaporkan bahwa mereka menemukan tanda kehidupan alien di exoplanet K2-18b menggunakan teleskop luar angkasa James Webb (JWST). Namun, studi terbaru meragukan temuan tersebut.Laporan tentang tanda kehidupan di planet alien itu didasari oleh deteksi dimetil sulfida (DMS), molekul yang diproduksi di Bumi hanya oleh kehidupan laut, dan kerabat kimia dekatnya DMDS, yang juga merupakan tanda biologis potensial.Temuan ini, dan kemungkinan bahwa K2-18b merupakan 'planet Hycean' dengan laut yang berisi air, memicu ketertarikan signifikan dari publik tentang potensinya menopang kehidupan.Baca juga: Heboh Ilmuwan Deteksi Tanda-tanda Kehidupan di Planet AsingDi sisi lain, temuan ini juga memicu debat di antara pakar astronomi. Banyak ilmuwan yang meragukan temuan ini, dan mempertanyakan reliabilitas tanda DMS yang dideteksi serta apakah DMS sendiri merupakan tanda kehidupan yang dapat diandalkan.Salah satu ilmuwan yang mempertanyakan temuan tersebut adalah Rafael Luque, peneliti pascadoktoral di University of Chicago. Bersama koleganya Caroline Piaulet-Ghorayeb dan Michael Zhang, Luque menerbitkan laporan terbarunya setelah meneliti ulang temuan asli.Tim Luque menhanalisis K2-18b menggunakan data dari tiga instrumen JWST yaitu Near Infrared Imager and Slitless Spectrograph (NIRISS), Near Infrared Spectrograph (NIRSpec), dan Mid-Infrared Instrument (MIRI)."Kami menganalisis ulang data JWST yang sama yang digunakan dalam studi yang dipublikasikan awal tahun ini, tapi dikombinasikan dengan pengamatan JWST lainnya terhadap planet yang sama yang dirilis dua tahun yang lalu," kata Piaulet-Ghorayeb, seperti dikutip dari Space.com, Minggu (25/5/2025)."Kami menemukan sinyal yang lebih kuat yang diklaim di pengamatan tahun 2025 jauh lebih lemah ketika semua data dikombinasikan," sambungnya.Molekul di atmosfer exoplanet baisanya dianalisis menggunakan analisis spektral yang mengidentifikasi 'sidik jari kimia' berdasarkan bagaimana atmosfer menyerap gelombang cahaya bintang tertentu saat lewat di depan bintang induknya. Penyerapan ini meninggalkan pola unik di spektrum cahaya yang mengungkap kehadiran jenis-jenis molekul.Masing-masing molekul memiliki tanda yang unik, tapi ada juga yang memiliki kemiripan karena kedekatan strukturnya. Piaulet-Ghorayeb mencontohkan perbedaan antara DMS dan etana - molekul yang umum ditemukan di atmosfer exoplanet - hanya satu atom sulfur.Baca juga: Bakteri Tak Dikenal Ditemukan di Stasiun Luar Angkasa China, Alien?Teleskop canggih seperti JWST memiliki sensitivitas tinggi, tapi juga keterbatasan. Jarak ke exoplanet, sinyal yang lemah, dan kondisi atmosfer yang kompleks berarti membedakan molekul yang bedanya hanya satu atom sangatlah sulit."Sampai kita dapat memisahkan sinyal-sinyal ini dengan lebih jelas, kita harus sangat berhati-hati agar tidak salah menafsirkannya sebagai tanda-tanda kehidupan," ujar Piaulet-Ghorayeb.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya