Icip-icip Soto Bokoran Legendaris di Kota Semarang, Eksis Sejak 1949

Icip-icip Soto Bokoran Legendaris di Kota Semarang, Eksis Sejak 1949

rih2025/05/25 23:30:15 WIB
Suasana Soto Bokoran di Jalan Plampitan nomor 55, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Jumat (23/5/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJateng

Bagi pencinta soto, nama Soto Bokoran di Semarang, bukanlah sekadar kuliner pinggir jalan. Soto legendaris ini kerap jadi jujugan wisatawan untuk menjajal soto khas Semarang yang gurih.Berdiri sejak 1949, warung yang berlokasi di Jalan Plampitan nomor 55, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, ini telah melewati tiga generasi dan tetap mempertahankan cita rasa khasnya yang gurih, ringan, dan kaya kaldu ayam kampung.Suasana Soto Bokoran di Jalan Plampitan nomor 55, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Jumat (23/5/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJatengBau kaldu ayam kampung menguar kuat di warung seluas 5x15 meter ini. Suasana pada Jumat (23/5/2025) pagi itu, tampak sibuk. Para karyawan yang sudah lanjut usia tampak mondar-mandir melayani pembeli yang datang dan pergi sejak pukul 06.00 WIB tadi."Mau yang apa? Soto satu porsi atau setengah porsi? Pakai telur pindang nggak?" kata salah satu pekerja kepada pembeli, sambil menunjuk telur bacem yang tersedia di lapak.Suasana Soto Bokoran di Jalan Plampitan nomor 55, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Jumat (23/5/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJatengSoto kemudian dihidangkan di atas meja lengkap dengan tempe goreng, aneka sate, serta jeruk nipis. Pembeli bisa langsung menyantapnya sesuai selera masing-masing."Soto Bokoran awalnya berasal dari Kampung Bokoran, banyak yang penasaran kenapa namanya Bokoran, itu nama kampung," kata salah satu pekerja, Arifianto (45) kepada detikJateng di Soto Bokoran."Soto ini sudah dari tahun 1949, dulu yang punya 'Mbahe' H Ngatiman. Menjajakan sotonya dengan pikulan," lanjutnya.Baca juga: Nikmatnya Lontong Tuyuhan di Rembang, Gurih dengan Kuah Santan KentalTampak pikulan legendaris yang jadi pengingat asal-usul mereka itu kini diletakkan di dalam warung, tempat soto-soto lezat itu bertengger. Sang pekerja tampak tengah membumbui bawang putih goreng di atas semangkuk soto yang masih panas.Meski kini berada di lokasi permanen yang tak terlalu besar itu, suasana tempo dulu tetap terasa. Para pembeli harus rela mengantre untuk bergantian dengan pembeli lain jika kursi dalam lapak sudah penuh."Yang membuat Soto Bokoran berbeda itu kaldu ayam kampungnya, yang kita buat sendiri, nggak dikasih apa-apa (penyedap). Cita rasanya masih terus dijaga supaya sama seperti dulu," tuturnya.Ia mengungkapkan, dalam sehari ada sekitar 500-1.000 porsi yang bisa disajikan sekitar 15 pekerja di warung. Soto Bokoran juga melayani pesanan di hotel maupun event-event di Semarang."Harganya satu porsi kalau makan di sini Rp 14 ribu, kalau bawa pulang Rp 15 ribu. Harganya ini naik menurut harga pasar. Kalau sayur naik, harganya naik sedikit, nanti turun lagi," tuturnya.Suasana Soto Bokoran di Jalan Plampitan nomor 55, Kelurahan Bangunharjo, Kecamatan Semarang Tengah, Jumat (23/5/2025). Foto: Arina Zulfa Ul Haq/detikJatengSoto Bokoran kini tak hanya bertahan, tapi juga berkembang dengan tetap setia pada cita rasa. Pelanggannya pun lintas generasi."Banyak yang dari kecil makan di sini, sampai sekarang sudah tua tetap langganan. Ada yang sudah tua itu kalau pagi pasti ke sini," kata Arifianto.Proses memasak, kata Arifianto, dimulai sejak dini hari sekitar pukul 02.00 WIB pagi. Semua masih dilakukan dengan cara tradisional, dengan menerapkan resep yang tak pernah dituliskan.Perlu diketahui, Soto Bokoran sementara tak bisa menerima pembayaran melalui transfer maupun QRIS. Pembeli harus menyiapkan uang tunai untuk menjajal soto legendaris itu.Baca juga: Mencicip Gulai Kepala Kambing Utuh Hot Plate di PurwokertoCiri khas lain yang bisa dirasakan Soto Bokoran yakni tambahan telur pindang dan bawang putih goreng yang wangi semerbak. Hal itu diungkapkan salah satu pengunjung asal Boyolali, Hera (32), yang baru mencicipi satu porsi soto."Saya asli Boyolali, kalau di sana sotonya manis. Di sini beda, ada telur pindangnya. Bawang putih gorengnya juga khas banget," kata Hera kepada detikJateng.Karyawan swasta itu mengaku mendapat rekomendasi Soto Bokoran dari temannya asal Kota Semarang."Saya tahu dari temen saya, katanya legendaris, soalnya teman saya dari kota lain kalau ke Semarang katanya pasti harus ke sini," jelasnya.Ia pun akan merekomendasikan tempat tersebut kepada teman-temannya. Jika bisa kembali berkesempatan menjajal soto itu, Hera memastikan ia akan mencoba lagi."Karena nagih banget rasanya, di sini nggak terlalu manis. Saya kira di Semarang sotonya juga manis, ternyata gurih," tuturnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya