Media sosial TikTok memang kerap kali memunculkan tren yang bisa diikuti semua orang dari seluruh dunia. Salah satu tren yang muncul adalah teknik mouth taping.Mouth taping adalah teknik menutup mulut dengan selotip kain atau bahan yang aman untuk kulit. Praktik ini dilakukan saat tidur di malam hari.Tujuannya agar tubuh bawah sadar kita bernapas secara normal melalui hidung bukan mulut. Salah satu sosok yang mempopulerkan ini adalah pemain film Hollywood Gwyneth Paltrow.Pada April 2025 lalu, Paltrow mengaku detak jantung dan kualitas tidurnya lebih baik setelah melakukan mouth taping. Tetapi adakah bukti ilmiah yang membenarkan hal tersebut? Berikut penjelasannya dikutip dari Mental Floss.Baca juga: Kenapa Cuaca Hujan Bikin Mengantuk?Baca juga: Semakin Banyak Orang Terbangun Jam 3 Pagi, Pakar Ungkap PenyebabnyaAsal-usul Teknik Mouth TapingMelalui studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal PLOS One, tren TikTok tersebut ternyata bisa berbahaya bagi manusia. Teknik ini konon sudah ada sejak tahun 1940-an.Sosok yang ada di balik teknik ini adalah ahli fisiologi Soviet, Konstantin Buteyko. Mouth taping menjadi alat terapi bagi penderita asma dan gangguan pernapasan lainnya.Tujuannya mirip dengan yang dikatakan Paltrow, seperti meningkatkan kualitas tidur, mencegah dengkuran, mengurangi bau mulut, hingga mengatasi alergi.Meski begitu, ahli otolaringologi di London Health Science Centre di Ontario Kanada, Brian Rotenberg yang juga penulis studi mengatakan para ahli medis tidak begitu yakin dengan manfaat mouth taping."Kami merasa khawatir bahwa para selebritis dan influencer mendukung penggunaan plester mulut tanpa bukti ilmiah," katanya.Teknik Mouth Taping Bisa BerbahayaRotenberg dan rekan-rekannya kemudian melakukan tinjauan sistematis terhadap studi-studi yang meneliti efek dari menutup mulut saat tidur. Dari 10 studi, hanya 2 yang ditemukan memplester mulut memiliki sedikit efek positif di antara orang-orang dengan gangguan tidur.Sedangkan 8 makalah lainnya, menyimpulkan bahwa menutup mulut dengan selotip tidak memiliki efek atau berdampak negatif pada kesehatan tidur seseorang. Alih-alih baik, menutup mulut dengan selotip sebenarnya dapat memperburuk kondisi medis terkait tidur menurut peneliti.Contohnya bisa terjadi sleep apnea. NHI menjelaskan sleep apnea adalah kondisi di mana pernapasan seseorang berhenti dan mulai lagi berkali-kali saat tidur.Sleep apnea bisa terjadi karena saluran aliran udara terhalangi yang berkaitan dengan memberikan tekanan besar pada sistem pernapasan. Bila terjadi, seseorang bisa sesak napas karena jalur aliran udara ditutup."Berdasarkan data yang disajikan oleh 10 studi berbeda ini, tampaknya ada risiko berbahaya yang berpotensi serius bagi individu yang mempraktikkan tren ini tanpa pandang bulu (tanpa mengetahui informasi yang benar)," tulis para peneliti.Hasil studi yang dilakukan Rotenberg juga sejalan dengan penelitian lain yang diterbitkan pada American Journal of Otolaryngology di Januari 2025. Ditemukan bahwa manfaat teknik mouth tape tidak didukung oleh bukti ilmiah, dan perlu penelitian lebih lanjut."Informasi yang salah dapat mudah menyebar luas di media sosial. Informasi kesehatan harus berdasarkan bukti ilmiah yang kuat. Kami berharap orang-orang berhenti menutup mulut mereka saat tidur dan menyadari bahwa hal itu berbahaya," tandas rekan Rotenberg, Jess Rhee.