Ada yang berbeda dari pemandangan Museum MACAN pertengahan tahun ini. Museum MACAN mempersembahkan pameran tunggal perupa asal Jepang Kei Imazu yang dibuka pada 24 Mei hingga 5 Oktober 2025 di Museum MACAN, kawasan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.Dari pintu gerbang, karya seni Kei Imazu yang berskala besar terlihat dari luar. Mengusung tema The Sea is Barely Wrinkled (Laut Nyaris Tak Beriak), terinspirasi dari novel karya penulis Italia, Italo Calvino.Layaknya sebuah lautan, suasana ruang pamer terasa dengan nuansa warna biru. Bermula dari permukaan yang tenang dan ada simbol Nyi Roro Kidul, artistik Kei Imazu terkesan berlapis dan bergelombang.Baca juga: Museum MACAN Umumkan 3 Pameran Seni Terbesar Sepanjang 2025Sepanjang area, detikers bakal dibuat terpukau dengan detail dan teknik yang dipakai oleh Kei Imazu. Tengoklah ke atas, ada kain voil berwarna biru dan menghiasi area pamer hingga ke belakang.Direktur Museum MACAN Venus Lau cerita Kei Imazu adalah salah satu seniman besar dari Jepang. "Pameran ini adalah kunci pencarian Kei Imazu ke Sunda Kelapa dimulai saat datang ke Indonesia pada 2018, kami mencoba cari perspektif yang lebih segar," katanya saat jumpa pers di Museum MACAN, Kamis (22/5/2025).Pameran Tunggal Kei Imazu di Museum MACAN pada 24 Mei-5 Oktober 2025. Foto: Courtesy of Museum MACAN/ Liandro SiringoringoThe Sea is Barely Wrinkled berakar pada riset Imazu yang berkelanjutan terhadap kawasan Sunda Kelapa di Jakarta Utara, yang dahulu merupakan pelabuhan penting dari masa ke masa.Mulai dari pusat perdagangan maritim pada masa pra-kolonial hingga masa kekuasaan Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC). Pameran ini menyoroti peristiwa tenggelamnya kapal Batavia pada 1629 di lepas pantai Australia Barat, sebuah insiden sejarah yang melambangkan runtuhnya ambisi kolonial di hadapan kekuatan alam yang tak tergoyahkan.Baca juga: Lukisan Seniman Indonesia Christine Ay Tjoe Jadi Sorotan, Laku Rp 34,7 MKei Imazu menjukstaposisikan gema dari ambisi ini dengan kerentanan kondisi ekologis kawasan pesisir Jakarta masa kini, di antaranya banjir musiman, turunnya permukaan tanah, dan tantangan lingkungan lainnya yang terus membentuk masa depan kota ini."Saya membuat peta waktu jadi kerangka visual yang ngelepasin diri dari garis waktu linear yang nunjukkin masa lalu, masa kini, dan masa depan," tukasnya.Profil Kei ImazuKei Imazu adalah seorang perupa asal Jepang yang berbasis di Bandung, yang memadukan teknik artistik tradisional dengan teknologi digital dalam praktik berkeseniannya. Pada pusat praktiknya, ia menghadirkan dinamika interaksi antara garis waktu yang bertumpang tindih dalam budaya manusia dan non-manusia, yang direkontekstualisasi untuk menantang batas-batas antara sejarah, mitologi, dan fiksi.Baru-baru ini, Imazu menggelar pameran tunggalnya, Tanah Air, di Tokyo Opera City Art Gallery, Jepang (2025). Pameran penting lainnya meliputi Bangkok Art Biennale: Nurture Gaia, Bangkok, Thailand (2024); documenta fifteen, Kassel, Jerman (2022); dan Mapping the Land/Body/Stories of its Past di ANOMALY, Tokyo, Jepang (2021). Pada tahun 2025, Imazu akan berpartisipasi dalam dua pameran kelompok mendatang: Bukhara Biennial: Recipes for Broken Hearts, Bukhara, Uzbekistan, serta Singapore Biennale: pure intention, Singapura. Pada tahun 2020, Imazu terpilih sebagai finalis Prix Jean-François Prat.