Aksi Sang Putri Nelayan dengan Busana Hijau dan Kereta Kencana

Aksi Sang Putri Nelayan dengan Busana Hijau dan Kereta Kencana

sya2025/05/21 13:00:51 WIB
Perayaan hari nelayan di Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)

Rinai hujan tak menyurutkan antusiasme warga yang memadati ruas Jalan Siliwangi hingga Alun-alun Gadobangkong, Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Selasa (21/5/2025).Mereka menyaksikan prosesi Hari Nelayan ke-65 yang ditandai dengan arak-arakan Putri Nelayan menaiki kereta kencana, simbol kecantikan laut dan harapan akan kesejahteraan para nelayan.Baca juga: Menanti Pemekaran Jampang SukabumiPutri Nelayan tahun ini adalah Djemima Shireen, pelajar SMAN 1 Cisolok sekaligus warga Desa Cikahuripan, Kecamatan Cisolok. Ia tampil anggun dalam balutan busana adat bernuansa hijau-emas, lengkap dengan mahkota berhias permata.Ditemani figur simbolik "sang raja", Djemima menyapa masyarakat dari atas kereta kencana yang melaju perlahan menuju pusat perayaan di Alun-alun Gadobangkong.Kereta kencana itu dihiasi ornamen warna-warni berbentuk sayap dan dedaunan, ditarik seekor kuda cokelat, dan dikawal pemandu berkostum tradisional hijau. Di belakangnya, rombongan pengiring mengenakan pakaian adat dan membawa properti kesenian daerah, seperti replika tombak dan hiasan kepala.Dari pantauan detikJabar, prosesi berlangsung meriah meski cuaca basah. Warga dari berbagai usia memenuhi sisi kiri dan kanan jalan, sebagian mengabadikan momen dengan kamera ponsel, sementara beberapa orang tua tampak menggendong anak-anak mereka agar dapat melihat dari tengah kerumunan.Perayaan hari nelayan di Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabarDi sisi kanan jalan, deretan tenda kuliner dan UMKM menambah semarak suasana. Latar belakangnya dipenuhi baliho promosi rokok dan papan petunjuk arah menuju kawasan Gadobangkong.Usai kirab budaya, rangkaian acara dilanjutkan dengan ritual labuh saji pelarungan aneka sesaji ke laut lepas dari Dermaga II Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPNP).Tradisi ini merupakan bentuk syukur para nelayan atas rezeki laut yang menjadi sumber utama penghidupan mereka."Labuh saji itu bagian penting dari syukuran kami. Laut sudah banyak kasih rezeki, ini cara kami menghormatinya," ungkap Ujang (51), nelayan asal Palabuhanratu.Hari Nelayan Palabuhanratu bukan sekadar perayaan tahunan. Ia menjadi momen pengingat jati diri masyarakat pesisir, warisan budaya yang menyatu dengan kehidupan maritim.Selama 65 tahun terakhir, Hari Nelayan menjadi ruang untuk mengenang perjuangan para leluhur dan menumbuhkan semangat generasi muda dalam menjaga tradisi serta sumber daya pesisir.Baca juga: Kisah Mereka yang Hidup di Balik Bayangan Kelam TeluhWarga yang hadir larut dalam kemeriahan budaya dari tarian tradisional hingga atraksi kesenian khas pesisir. Meskipun sempat diguyur gerimis, sukacita tetap membuncah."Meski hujan, kami tetap datang karena ini momen yang ditunggu-tunggu tiap tahun. Rasanya bangga sekali melihat budaya nelayan tetap dilestarikan," ujar Rina (35), warga Citepus yang datang bersama anak-anaknya."Saya dari kecil selalu ikut nonton Hari Nelayan. Dulu saya yang diajak orang tua, sekarang saya ajak cucu. Tradisi ini harus terus dijaga," sambungnya.Hari Nelayan Palabuhanratu terus menjadi magnet bagi wisatawan sekaligus simbol penting solidaritas dan harapan masyarakat pesisir Sukabumi.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya