Seorang anak perempuan berusia 13 tahun di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar) menjadi korban perundungan dan kekerasan. Korban yang awalnya sempat muntah-muntah kini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.Ayah korban, R (46), mengatakan saat ini anaknya masih dirawat di rumah sakit dan tengah menunggu hasil pemeriksaan radiologi berupa rontgen untuk memastikan kondisi internal tubuhnya."Dari hasil rontgennya, ada pembengkakan dan tumpukan darah di kepala di bagian tepi di bawah kulit, bukan di bagian dalam. Saat ini kami sedang menunggu surat rujukan untuk CT-scan di Rumah Sakit Pemangkat," kata R kepada wartawan, Kamis (15/5/2025).R berkisah awal mula mengetahui anaknya menjadi korban kekerasan. Awalnya, R mendapati anaknya terbaring lemas di atas tempat tidur dan berselimut. Kondisi ini, menurut R tidak biasa."Saya lihat anak saya terbaring lemah di tempat tidur, wajahnya pucat dan seperti menggigil. Ketika saya tanya, dia bilang sempat muntah-muntah. Anak saya sekarang masih pucat dan belum mau banyak bicara," jelasnya.R dan istrinya kemudian membawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan medis lebih lanjut. Dari penanganan awal inilah diketahui korban mendapat perbuatan kasar.Baca juga: Viral Remaja Putri di Sambas Dibully Usai Tanding Futsal, Ortu Lapor PolisiR pun mencoba mencari tahu dan mendapati anaknya menjadi korban perundungan. R kemudian mau menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. Namun, upaya itu diurungkan karena R geram melihat perbuatan pelaku dari video yang tersebar ke media sosial. Video yang viral itu menunjukkan korban dalam posisi tertekan di lantai dan mengalami perlakuan kasar.Sebagai orang tua, R memutuskan untuk melaporkan peristiwa ini ke kepolisian agar dapat diselesaikan dengan hukum yang berlaku."Saya sempat mencoba menyelesaikan secara kekeluargaan dengan pihak pelaku. Tapi setelah saya menerima video lanjutan yang lebih jelas, saya memutuskan untuk menempuh jalur hukum," ujarnya.Ia menyatakan bahwa laporan telah dilayangkan ke pihak kepolisian, disertai barang bukti berupa pakaian korban, video kejadian, serta dokumen pendukung lainnya."Kami minta pelaku diproses sesuai hukum. Ini sudah masuk kategori kriminal, bukan lagi perilaku anak-anak," tegasnya.Baca juga: Remaja Putri Dibully Usai Futsal, Polres Sambas Ungkap Hasil PemeriksaanKronologis PerundunganR bercerita, dugaan perundungan ini bermula dari pertandingan futsal antartim remaja perempuan. Pertandingan itu sempat diwarnai perdebatan saat salah satu tim yang tidak menerima hasil skor akhir."Tim anak saya menang 4-3. Tapi saat waktu pertandingan selesai, tim lawan memasukkan bola dan menuntut agar gol itu dihitung. Itulah awal mula perdebatan di lapangan," ceritanya.Perselisihan tersebut kemudian berlanjut di media sosial dan grup pesan singkat WhatsApp. Komentar pro kontra dari netizen tak bisa dibendung, akhirnya menimbulkan ketegangan antarkelompok."Pelaku sebenarnya tidak bermain dalam pertandingan. Tapi setelah mendengar berbagai komentar yang dianggap menyinggung, dia menjadi emosi dan terjadi pertemuan di lapangan futsal," jelasnya.R mengungkapkan, anaknya kemudian dipanggil oleh teman-temannya ke lapangan futsal setelah pulang kerja kelompok tugas sekolahnya. Sesampai di lokasi, korban diduga langsung mengalami kekerasan fisik."Belum sampai lima menit setelah menyimpan motornya, anak saya langsung dipukul oleh pelaku," kesal R.