Tidak lama lagi, Hari Raya Waisak 2025 akan tiba. Tahun ini, umat Buddha secara terkhusus memperingati Hari Raya Waisak 2569 BE. Sebenarnya, 2569 BE artinya apa? Berikut penjelasannya.Hari Raya Waisak memperingati tiga peristiwa penting bagi umat Buddha. Ketiganya adalah kelahiran sang Buddha (Siddharta Gautama), pencerahan sempurna yang diperoleh Siddharta Gautama di bawah pohon Bodhi, dan parinibbana Gautama di Kusinara.Menurut keterangan dalam situs resmi Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha (STIAB) Smaratungga, tiga peristiwa penting itu dipercaya terjadi pada hari purnama bulan Waisak. Tanggal tepatnya untuk 2025 adalah 12 Mei mendatang.Apabila detikers perhatikan, baik di spanduk maupun banner-banner perayaan, di belakang tulisan Hari Raya Waisak tertulis 2569 BE. Bagi detikers yang penasaran, berikut keterangan ringkas tentangnya.Baca juga: 7 Contoh Pengumuman Libur Waisak 2025 Singkat, Padat, dan JelasArti 2569 BE dan Kalender BuddhaDikutip dari detikNews, BE adalah singkatan dari Buddhist Era. Sederhananya, BE adalah sistem kalender Buddha atau kalender Buddhist. Dalam kalender Hijriah, BE diumpamakan seperti tulisan H di belakang tahun, atau huruf M dalam kalender Masehi.Lebih lanjut, menurut penjelasan dari skripsi bertajuk Kalender Buddhis Berbasis Android oleh Cynthia Dewi Tandoyo dari Universitas Lampung, kalender Buddha adalah salah satu penanggalan kuno di dunia. Sayangnya, tidak ada yang tahu kapan kalender ini mulai dipakai.Para ahli sendiri menyimpulkan bahwa kalender Buddha menginduk sistem penanggalan Surya Siddhanta. Metode penanggalan Surya Siddhanta tersebut dipakai hingga abad ke-3 Masehi. Kelak, sistem penanggalan ini dipergunakan oleh kalender Buddha maupun Hindu.Angka 2569 sendiri menandai jumlah tahun dalam kalender Buddha.Kalender Buddha Itu Lunar atau Solar?Sebagaimana kita ketahui, kalender Masehi memakai pergerakan Matahari dalam menentukan tanggal-tanggalnya. Dengan demikian, kalender Masehi disebut kalender solar. Satu tahun kalender solar berlangsung selama 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik.Selain kalender solar, ada pula kalender lunar. Salah satu contoh sistem penanggalan yang memakai hubungan antara Bumi dengan Bulan (lunar) adalah kalender Hijriah. Berlainan dengan kalender solar, 12 bulan lunar berlangsung selama 354 hari.Bagaimana dengan kalender Buddha? Apakah kalender Buddha mengikuti pergerakan Matahari? Atau justru Bulan? Faktanya, kalender Buddha justru menerapkan sistem lunisolar, artinya baik pergerakan Bulan maupun Matahari sama-sama memegang peranan penting.Secara garis besar, penanggalan kalender Buddha dibedakan menjadi dua. Pertama, kalender Buddha yang didasarkan atas Surya Siddhanta. Kalender Buddha ini dipakai oleh umat Buddha aliran Theravada.Kedua, kalender Buddha aliran Mahayana. Umumnya, kalender Buddha Mahayana akan menyesuaikan sesuai dengan tanggalan di suatu daerah. Misalnya saja di China, tanggal hari raya umat Buddha berbeda dengan kalender Buddha lain.Biarpun terdapat beberapa perbedaan, kalender Buddha Theravada maupun Mahayana punya beberapa hal yang sama. Contohnya, penghitungan tanggal harus sesuai dengan sejarah kehidupan Sang Buddha. Oleh karena itu, keduanya berpatokan dengan tahun wafatnya Buddha dalam usia 80 tahun, yakni pada 543 Sebelum Masehi (SM).Nama-nama Bulan Kalender BuddhaSama seperti kalender Hijriah maupun Masehi, kalender Buddha memiliki total 12 bulan. Diambil dari buku Terminologi Bulan dari Berbagai Peradaban dan Negara oleh Arwin Juli Rakhmadi Butar dkk, nama beserta jumlah harinya adalah:Chaitra/Citta: 29 hariVaisakha/Visakha: 30 hariJyaistha/Jettha: 29/30 hariAsadha/Asalha: 30 hariSravrana/Savana: 29 hariBhadrapada/Potthapada: 30 hariVina/Assayuja: 29 hariKarttika/Kattika: 30 hariMargasirsa/Magasira: 29 hariPausa/Phussa: 30 hariMagha: 29 hariPhalguna/Phagguna: 30 hariBaca juga: Makna Bunga Teratai Pada Perayaan Hari Raya WaisakDemikian pembahasan ringkas mengenai 2569 BE dan sekilas tentang kalender Buddha. Semoga bisa menjawab rasa ingin tahu detikers, ya!