Pada tanggal 7 Mei terdapat sebuah peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia, yaitu penandatanganan Perjanjian Roem Royen. Namun, mungkin tidak sedikit masyarakat yang bertanya-tanya tentang apa sebenarnya isi Perjanjian Roem Royen ini? Berikut akan diuraikan isi, sejarah, dan profil singkat tokoh penting di balik peristiwa tersebut.Untuk diketahui, Perjanjian Roem Royen merupakan sebuah perjanjian yang disepakati antara Indonesia dan Belanda. Dikutip dalam unggahan Instagram resmi @arsipnasionalri, dapat diketahui bahwa sebelumnya diadakan sebuah perundingan antara pemerintah Indonesia dan Belanda yang bertujuan menyelesaikan sejumlah masalah tentang kemerdekaan.Sementara itu, tanggal 7 Mei 1949 sendiri menandai berakhirnya perundingan tersebut. Hasil dari perundingan inilah yang disebut sebagai Perjanjian Roem Royen. Oleh sebab itulah, tanggal 7 Mei setiap tahunnya diperingati sebagai momentum bersejarah bagi bangsa Indonesia.Nah, bagi detikers yang penasaran dengan peristiwa tersebut, artikel ini akan merangkum informasi menarik seputar Perjanjian Roem Royen. Simak baik-baik penjelasannya berikut ini, ya.Baca juga: Cara Mengirim Yasin untuk Orang yang Sudah Meninggal Beserta Bacaan DoanyaSejarah Perjanjian Roem Royen 7 Mei 1949Sebelumnya, mari mengenal terlebih dahulu sejarah di balik Perjanjian Roem Royen. Dikutip dari buku 'Sejarah 3' oleh Drs Sadirman AM, MPd, dikatakan bahwa latar belakang Perjanjian Roem Royen bermula saat pihak Belanda tidak segera melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB pada tanggal 28 Januari 1949. Oleh sebab itu, terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949 dilancarkan oleh pejuang Indonesia.Mengetahui tidak adanya jalan keluar atas permasalahan tersebut, membuat Amerika Serikat bertindak tegas dengan mendesak Indonesia dan Belanda segera melakukan perundingan. Pada saat itulah, pihak Komisi PBB melakukan inisiatif untuk mendorong Belanda dan Indonesia ke meja perundingan yang dimulai pada tanggal 14 April 1949.Perundingan tersebut dilakukan di Jakarta dengan melibatkan sejumlah delegasi. Delegasi Indonesia sendiri dipimpin oleh Mohammad Roem, sedangkan Belanda diwakili Dr JH Van Royen. Pada saat melakukan perundingan inilah, baik pihak Indonesia maupun Belanda memiliki argumentasi masing-masing.Pada satu sisi Indonesia ingin pemerintahan RI dikembalikan ke Jogja, tapi di sisi lain pihak Belanda justru menginginkan persetujuan perintah untuk menghentikan perang gerilya. Tidak hanya itu saja, ada beberapa pernyataan lainnya yang turut dibahas pada perundingan tersebutLebih lanjut, menurut buku 'Bahan Pembelajaran Sejarah Nasional Indonesia VI' oleh Syarifuddin, dijelaskan bahwa perundingan antara Belanda dan Indonesia kali ini dilakukan dengan diawasi oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) yang diinisiasi oleh PBB. Namun demikian, perundingan tersebut dinilai berjalan sangat lambat.Untuk itu, Drs Hatta didatangkan dari Bangka agar dapat terlibat dalam perundingan bersama dengan delegasi Belanda, yaitu Dr JH Van Royen. Barulah dicapai persetujuan yang dikenal sebagai Perjanjian Roem-Royen dengan menyepakati berbagai hal, baik itu yang berasal dari pihak Indonesia maupun Belanda.Isi Perjanjian Roem Royen 7 Mei 1949Lantas, apa hasil dari perundingan antara pihak Belanda dan Indonesia? Merujuk dari buku 'IPS 5' oleh Amir Kusnandar, bahwa terdapat beberapa poin yang disetujui di dalam perundingan antara Belanda dan Indonesia yang lebih dikenal sebagai Perjanjian Roem Royen.Kesepakatan ini terjadi pada tanggal 7 Mei 1949 yang menjadi cikal-bakal diperingatinya 7 Mei sebagai Hari Perjanjian Roem Royen setiap tahunnya hingga saat ini. Adapun beberapa hasil Perjanjian Roem Royen ini menyepakati:Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta.Menghentikan gerakan-gerakan militer dan pembebasan seluruh tahanan politik.Persetujuan Belanda akan adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.Setelah pemerintah Republik Indonesia kembali ke Yogyakarta, maka Belanda dan Indonesia akan menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.Sementara itu, Drs Anwar Kurniawan dan Drs H Moh Suryana dalam bukunya 'Sejarah' memberikan informasi mengenai isi pokok Perjanjian Roem Royen yang telah disepakati oleh masing-masing pihak, baik itu Indonesia maupun Belanda. Berikut isi Perjanjian Roem Royen:1. Kesepakatan Delegasi IndonesiaMengeluarkan perintah kepada TNI untuk menghentikan perang gerilya.Menyetujui kerja sama untuk mengembalikan perdamaian, keamanan, dan ketertiban.Turut serta dalam penyelenggaraan Konferensi Meja Bundar di Den Haag guna mempercepat penyerahan kekuasaan dan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat, baik itu secara lengkap sekaligus tanpa syarat.3. Kesepakatan Delegasi BelandaMenyetujui kembalinya pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta.Menjamin penghentian gerakan militer dan membebaskan seluruh tahanan politik.Menjamin tidak adanya pendirian negara-negara pada wilayah yang telah dikuasai oleh Republik Indonesia.Menjamin tidak akan memperluas negara atau daerah yang bisa merugikan pihak Republik Indonesia.Menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.Menyatakan bersungguh-sungguh dalam menyelenggarakan Konferensi Meja Bundar.Profil Tokoh Perjanjian Roem RoyenSeperti yang telah disinggung sebelumnya, dapat dipahami bahwa istilah Perjanjian Roem Royen diambil dari nama tokoh penting di balik peristiwa bersejarah tersebut. Tokoh penting yang dimaksud adalah delegasi Indonesia yaitu Mohammad Roem dan delegasi asal Belanda bernama Dr HJ Van Royen.Terkait dengan biografi Dr HJ Van Royen tidak begitu banyak dibahas di berbagai sumber, termasuk buku. Sosoknya hanya digambarkan sebagai delegasi asal Belanda yang turut serta menjadi tokoh penting di balik Perjanjian Roem Royen.Meskipun begitu, di dalam buku 'Buku Pintar Indonesia Abad XX' karya Eddy Soetrisno, bahwa Dr JH van Royen lahir di Belanda. Selain dikenal sebagai delegasi asal Belanda yang berperan dalam disepakatinya Perjanjian Roem Royen, Dr JH van Royen juga merupakan seorang diplomat yang berperan penting bagi Indonesia.Tercatat Dr JH van Royen pernah bekerja di Kedutaan Belanda di Washington. Kemudian di tahun 1949 dirinya pernah menjadi menteri dalam Kabinet Schermerhorn.Berbeda halnya dengan delegasi asal Indonesia yaitu Mohammad Roem yang cukup banyak diketahui informasinya. Di dalam buku 'Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara' karya Gamal Komandoko, Mohammad Roem merupakan seorang diplomat ulung yang berperan penting bagi bangsa Indonesia. Mohammad Roem lahir di Parakan, Temanggung, Jawa Tengah pada 16 Mei 1908 silam.Sebagai sosok yang bercita-cita sebagai dokter, Mohammad Roem sempat mengenyam pendidikan di STOVIA pada tahun 1930. Namun demikian, pendidikannya tidak bisa diselesaikan. Sebaliknya, Mohammad Roem justru beralih bidang yang dipelajari dengan masuk ke Sekolah Tinggi Ilmu Hukum.Keputusan Mohammad Roem menekuni bidang hukum inilah yang membuatnya mengenal dunia politik. Salah satu kemampuan yang dikenal secara luas di dunia politik Indonesia saat itu adalah kemampuannya dalam berdiplomasi. Kemampuan itulah yang membawa Mohammad Roem ditunjuk sebagai anggota diplomasi Indonesia untuk terlibat dalam berbagai perundingan dengan pihak Belanda.Tidak hanya mewakili Indonesia dalam peristiwa Perjanjian Roem Royen, Mohammad Roem juga turut serta dalam perundingan yang menghasilkan Perjanjian Linggarjati, Perjanjian Renville, hingga Konferensi Meja Bundar atau KMB. Bahkan Mohammad Roem juga sempat menduduki berbagai jabatan penting di Indonesia.Sebut saja sebagai Menteri Dalam Negeri hingga Wakil Perdana Menteri. Meskipun begitu, ternyata Mohammad Roem pernah dibuang ke Bangka bersama dengan Soekarno dan juga Hatta. Dirinya juga pernah dipenjara selama bertahun-tahun karena dianggap menentang pemerintahan.Dijelaskan dalam buku 'Ajaran-ajaran Founding Father dan Orang-orang di Sekitarnya' oleh Johan Prasetya, Mohammad Roem mengakhiri karier politiknya setelah gagal maju sebagai ketua dari Partai Muslimin Indonesia di tahun 1969. Alasannya karena pada saat itu, Presiden Soeharto tidak menyetujuinya karena alasan tertentu.Semenjak itu, Mohammad Roem memutuskan untuk pensiun dari dunia politik. Sebaliknya, Mohammad Roem lebih banyak terlibat dalam kegiatan Islam secara internasional. Sebut saja Konferensi Menteri-menteri Luar Negeri Islam di Tripoli hingga Member of Board Asian Conference of Religion for Peace di Singapura. Kedua kegiatan tersebut berlangsung pada tahun 1977. Sosok Mohammad Roem sendiri diketahui telah meninggal dunia pada 24 September 1983.Baca juga: Bacaan Sholat Shubuh Rakaat 1 dan 2 Lengkap Qunut dan Surat Pendek Al-QuranItulah tadi rangkuman mengenai sejarah Perjanjian Roem Royen lengkap dengan isi dan profil Mohammad Roem sebagai sosok penting di balik peristiwa tersebut. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan baru bagi detikers, ya.