Biografi Ki Hajar Dewantara, Tokoh Penting di Balik Sejarah Hardiknas

Biografi Ki Hajar Dewantara, Tokoh Penting di Balik Sejarah Hardiknas

par2025/05/02 08:32:40 WIB
Ilustrasi Ki Hajar Dewantara. Foto: Fuad Hasim/detikcom

Sebagai tokoh yang dijuluki Bapak Pendidikan Nasional, peran Ki Hajar Dewantara begitu berharga bagi bangsa Indonesia. Untuk memaknai Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas, mari mengenal biografi Ki Hajar Dewantara singkat yang akan diuraikan berikut.Mengutip dari buku 'Ki Hajar Dewantara: Pemikiran dan Perjuangannya' oleh Museum Kebangkitan Nasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dapat diketahui bahwa Ki Hajar Dewantara merupakan sosok Pahlawan Nasional. Diberikannya gelar Pahlawan Nasional oleh pemerintah Indonesia kepada Ki Hajar Dewantara terjadi pada tanggal 28 November 1959.Tak hanya itu saja, di tahun yang sama tempatnya pada 16 Desember 1959 melalui Keputusan Presiden Nomor 316/1959, hari lahir Ki Hajar Dewantara yaitu di tanggal 2 Mei juga turut ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.Pemberian gelar Pahlawan Nasional dan penetapan hari lahir Ki Hajar Dewantara sebagai Hari Pendidikan Nasional bukanlah tanpa alasan. Hal tersebut terjadi dilatarbelakangi oleh perannya yang begitu besar bagi kelangsungan pendidikan bangsa Indonesia.Lantas, seperti apa sosok Ki Hajar Dewantara yang dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional? Simak biografinya berikut ini, ya.Baca juga: 75 Kata-kata Hari Pendidikan Nasional 2025 yang Singkat hingga BijakBiografi Ki Hajar Dewantara SingkatMeskipun dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara, ternyata sosoknya memiliki nama asli yang berbeda. Seperti diungkap dalam buku 'Mengenal Pahlawan Nasional: Ki Hajar Dewantara dan WR Soepratman' oleh Nurweni Saptawuryandari, bahwa nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi atau dijuluki juga sebagai Soewardi Soerjaningrat.Sosoknya lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman, Jogja. Sebagai seorang putra dari GPH Soerjaningrat, Ki Hajar Dewantara besar di lingkungan Keraton Pakualaman. Bahkan sosoknya adalah cucu dari Pakualam ke-3. Hal ini menandakan Ki Hajar Dewantara adalah keturunan Keraton Pakualaman.Perubahan nama dari Soewardi menjadi Ki Hajar Dewantara terjadi di tahun 1922. Kala itu, teman-temannya memanggilnya dengan Ki Hajar Dewantara. Meskipun lahir di tengah-tengah keluarga bangsawan, kehidupan Ki Hajar Dewantara justru dipenuhi dengan kesederhanaan. Bahkan kedua orang tuanya mendidik Ki Hajar Dewantara dengan adat dan budaya Jawa yang kental.Maka tak heran, Ki Hajar Dewantara tumbuh menjadi sosok yang bersikap, berperilaku, dan berkata-kata dengan sangat baik. Bahkan sosoknya berteman dengan siapa saja. Terkadang teman-teman Ki Hajar Dewantara diajak bermain atau sekadar membaca buku di halaman pendopo keraton.Pendidikan Ki Hajar DewantaraBerhasil menyandang gelar sebagai Bapak Pendidikan Indonesia, tentu tidak sedikit orang yang dibuat penasaran dengan pendidikan yang pernah ditekuni oleh Ki Hajar Dewantara. Ilham Aziz dalam bukunya 'Ensiklopedia Pahlawan Nasional: Jawa Seri I' memberikan informasi mengenai latar belakang pendidikan Ki Hajar Dewantara.Dijelaskan bahwa sebagai seorang bangsawan, Ki Hajar Dewantara bisa dibilang mendapatkan akses pendidikan yang layak dari keluarganya. Tercatat sosok dengan nama asli Soewardi Soerjaningrat tersebut pernah bersekolah di Europeesche Lagere School atau ELS, yaitu sekolah tingkat dasar untuk anak-anak Eropa.Setelah itu, Ki Hajar Dewantara kembali mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan di Kweek School atau sekolah guru di Jogja. Kemudian pendidikannya berlanjut di School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen (STOVIA) atau dikenal juga sebagai Sekolah Dokter Jawa. Meskipun begitu, karena alasan kesehatan Ki Hajar Dewantara justru belum bisa menamatkan pendidikannya tersebut.Latar pendidikan Ki Hajar Dewantara yang terbilang cukup baik inilah yang membuatnya mendapatkan kesempatan untuk menjajal sejumlah profesi di bidang tertentu. Misalnya saja di dunia jurnalisme, Ki Hajar Dewantara pernah menjadi jurnalis yang mengkritik soal sosial dan politik kaum bumiputera terhadap penjajah. Pada saat itu dirinya bekerja untuk surat kabar dan majalah bernama Sedyotomo, Oetoesan Hindia, Tjahaja Timoer, Poesara, de Express, Midden Java, hingga Kaoem Moeda.Tulisan yang dihasilkan oleh Ki Hajar Dewantara sempat populer karena berhasil membangkitkan semangat antikolonial pada siapa saja yang membacanya. Terlebih lagi Ki Hajar Dewantara juga aktif di sejumlah organisasi sosial dan politik yang membuatnya memiliki celah untuk dapat membangkitkan kesadaran masyarakat Indonesia tentang makna berbangsa dan bernegara.Peran Ki Hajar Dewantara bagi Pendidikan IndonesiaLantas, mengapa Ki Hajar Dewantara dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional? Gelar tersebut ternyata berhasil didapatkan olehnya berkat sumbangsih terhadap bangsa Indonesia. Di dalam buku '27 Karakter Tauladan Tokoh Indonesia' karya Rahmat Putra Yudha, bahwa Ki Hajar Dewantara tertarik dengan isu-isu sosial dan politik. Hal inilah yang membuatnya memutuskan bergabung dalam organisasi Budi Utomo.Melalui organisasi tersebut, Ki Hajar Dewantara turut menekankan pentingnya semangat persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia. Kemudian Ki Hajar Dewantara bersama dengan Douwes Dekker memutuskan untuk mendirikan sebuah organisasi bernama Indische Partij.Ketertarikan Ki Hajar Dewantara di bidang pendidikan ditunjukkan saat dirinya menjalani pengasingan di Belanda. Pada saat itu, ia memperoleh ijazah pendidikan bernama Europeesche Akta yang memungkinkannya untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia.Tahun 1919 menjadi salah satu titik balik Ki Hajar Dewantara di dunia pendidikan. Pada tahun tersebut dirinya mendapatkan kesempatan untuk menjadi guru di sekolah yang telah didirikan oleh saudaranya. Pengalamannya inilah yang membuatnya membuat gagasan terkait dengan sebuah konsep pembelajaran.Hal tersebut membuat Ki Hajar Dewantara memutuskan mendirikan sekolahnya sendiri. Tepatnya pada tanggal 3 Juli 1922 yang diberi nama National Onderwijs Instituut Tamansiswa atau yang kini lebih dikenal sebagai Taman Siswa.Lebih lanjut, Andi Muhammad Taufik Ali, SPi, MPd, dkk., dalam buku 'Dasar-dasar Pendidikan' memberikan penjelasan bahwa melalui sekolah yang didirikannya, Ki Hajar Dewantara memperkenalkan sebuah konsep pendidikan yang disebut sebagai 'Patrap Guru'. Melalui konsep tersebut menekankan tingkah laku seorang guru atau pendidik yang akan menjadi panutan bagi murid-murid sekaligus masyarakat sekitar.Konsep pendidikan yang diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantara berfokus pada perilaku guru yang akan menjadi modal utama dan pegangan dalam mendidik murid-muridnya. Hal tersebut sekaligus menjadi asal-usul adanya sebuah semboyan Ki Hajar Dewantara yang sangat populer, yaitu 'Ing ngarsa sung tulada, madya mangun karsa. Tut wuri handayani'.Apabila diartikan secara satu per satu, 'ing ngarsa sung tulada' berarti di muka memberikan contoh. Kemudian 'ing madya mangun karsa' yang memiliki makna di tengah membangun cita-cita. Lalu 'tut wuri handayani' yang dapat diartikan sebagai mengikuti dan mendukung dari belakang.Peran Ki Hajar Dewantara di bidang pendidikan bukan hanya membuatnya mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional dan tanggal lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional semata, dikutip dari buku yang sama, dikatakan bahwa Ki Hajar Dewantara sempat diangkat sebagai salah satu menteri di era pemerintahan Presiden Soekarno.Pada saat itu, Ki Hajar Dewantara bertindak sebagai Menteri Pengajaran Indonesia atau yang juga dikenal sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ki Hajar Dewantara wafat pada 26 April 1959 di Jogja dan jasadnya dimakamkan di Taman Wijaya Brata, Jogja.Baca juga: 5 Biografi Tokoh Pendidikan Nasional dan PemikirannyaItulah tadi biografi Ki Hajar Dewantara sebagai Bapak Pendidikan Indonesia yang merupakan tokoh penting di balik penetapan Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas. Semoga informasi tadi menambah wawasan baru bagi detikers, ya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya