Tak Terbatas Tubuh, Menengok Geliat Seniman Tulungagung Membumikan Tari

Tak Terbatas Tubuh, Menengok Geliat Seniman Tulungagung Membumikan Tari

dpe2025/04/29 18:59:03 WIB
Perhelatan tari untuk memperingati Hari Tari Sedunia di Tulungagung. (Foto: Istimewa)

Selain bahasa lisan, tarian adalah salah satu bentuk ekspresi dan komunikasi awal manusia yang terus berkembang sejak zaman prasejarah. Bahasa tari yang dominan gerakan tubuh adalah bahasa universal yang perlu dilestarikan.Lukisan "penyihir penari" di Gua Trois Frères, Prancis, gambar penari di makam Mesir 3300 sebelum Masehi, juga lukisan di Shelter Rock of Bhimbetka, India yang berusia lebih dari 30.000 tahun adalah bukti keberadaan tari jauh melampaui era saat ini.Tari yang mulanya menjadi bagian dari berbagai ritual dengan tujuan bervariasi berkembang menjadi berbagai gaya seperti balet di Eropa sejak abad ke-16 dan tari kontemporer sejak abad ke-20. Di Indonesia, seni tari juga telah ada sejak lama, melebur dalam upacara adat dan ritual keagamaan.Hari Tari Sedunia setiap 29 April adalah perayaan global dalam mengakui bahasa tari yang universal dan melampaui batas budaya serta bahasa lisan maupun tulisan. Tari dianggap penting karena mampu menyatukan banyak orang dan mendorong kreativitas manusia.Tak ada tema khusus setiap kali Hari Tari Sedunia diperingati. Tapi di berbagai belahan dunia, nilai-nilai universal yang diangkat dalam peringatan hari ini adalah seputar inklusivitas, persatuan melalui tari, dan kekuatan gerakan.Ekspresi Seniman Tulungagung pada Hari Tari SeduniaSalah satu daerah di Jawa Timur di mana minat akan seni tari masih subur adalah Tulungagung. Peringatan Hari Tari Sedunia di Taman Kartini kawasan Alun-alun Tulungagung pada Minggu (27/4) diramaikan 200 penari dari 15 sanggar dan komunitas tari.Sejak pagi hingga malam masyarakat Tulungagung memadati Taman Kartini untuk menikmati beragam gerakan tari yang ditampilkan para seniman diiringi gamelan maupun iringan musik modern.Baca juga: Sambut World Dance Day, Ratusan Penari Tampil di Tugu Kartini TulungagungAda 4 penari di antara mereka yang menari selama 4 jam nonstop sejak pukul 06.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB menampilkan tari kreasi masing-masing yang tidak dibatasi genre gerakan tari tertentu, baik tradisional maupun modern.Selanjutnya, secara bergiliran ratusan seniman tari di Tulungagung menampilkan pertunjukan tari tradisional seperti Merak Sutra, Gambyong Mari Kangen, Tari Terompet juga berbagai tarian tradisional dan modern lainnya.Hingga malam menjelang, sejumlah seniman dari beberapa sanggar dan komunitas tari juga menampilkan karya eksperimental. Masyarakat penonton diajak terlibat dalam pertunjukan yang sarat nilai filosofis.Tari eksperimental yang ditampilkan dalam peringatan Hari Tari Sedunia di Tulungagung. Foto: Istimewa)Salah satu sanggar tari yang menampilkan tari kontemporer ini adalah Sanggar Tari Saraswati. Firman Akbar selaku pendiri sanggar itu menampilkan karya eksperimental yang dia tajuk 'Titah'. Tari ini menampilkan gerakan yang tak teratur tapi ritmis dan sarat filosofi.Penari yang sejak awal telah dibalut kain putih seperti mumi memulai gerakan berputar yang lambat tapi teatrikal hingga terbebas dari kain yang membelenggu. Kain putih itu adalah simbol kematian, sebuah analogi mengenai manusia yang terbatas jeratan inderawi, ilusi pikiran, dan penjara hati."Setelah manusia berhasil terlepas dari belenggu itu, ia akan berjumpa maut: gerbang kebebasan geraknya. Ia akan menjadi sebuah tubuh yang tertitah, bergerak merdeka seluas naungan langit dan pangkuan pertiwi," demikian kata Akbar kepada detikJatim, Selasa (29/4/2025).Seluruh gerakan penari dalam karya eksperimental itu dibebaskan mengikuti apa yang disebut memori tubuh. Penari menggerakkan setiap bagian tubuhnya secara spontan dan naluriah mengikuti ritme musik alam dan tepukan tangan dari penonton.Baca juga: Pemprov Jatim Gelar Seni Pertunjukan Topeng Panji 'Rara Tangis Rara Jiwa'Gerakan Tak Terbatas TubuhTema yang diangkat dalam peringatan Hari Tari Sedunia ini adalah 'Gerakan Tak Terbatas oleh Tubuh'. Tema ini ingin mengangkat bahwa tari bukan sekadar seni, tapi juga bentuk komunikasi untuk menyampaikan pesan dan nilai kehidupan."Tema ini kami angkat untuk mengenalkan tari eksperimental dengan kreativitas tak terbatas. Melalui gerakan tari eksperimental ini kami harap banyak nilai yang bisa diambil oleh semua generasi," kata Koordinator Hari Tari Sedunia di Tulungagung, Clairine Faiza, Selasa (29/4/2025).Pemilik Mardhogta Management yang menjadi penyelenggara utama peringatan Hari Tani Sedunia itu juga menyampaikan tujuan utama penyelenggaraan acara ini. Yakni untuk menjaga eksistensi seni tari di Tulungagung agar tetap lestari.Melalui perhelatan ini, perempuan yang akrab disapa Ine itu juga menangkap adanya nuansa kurang sehat dalam dunia seni tari di Tulungagung. Yakni tentang kentalnya sikap egosentris pada setiap sanggar dan komunitas tari yang ada di Tulungagung.Dia tidak menampik perkembangan seni tari di Tulungagung sangat pesat. Itu terlihat dari banyaknya sanggar dan komunitas tari di sana, juga beragamnya peminat tari mulai dari anak-anak hingga dewasa."Artinya, seni tari memang sangat dekat dengan masyarakat dan menjadi potensi besar untuk terus dikembangkan. Tapi kami masih melihat ada nuansa kompetitif antarsanggar tari di Tulungagung. Kami ingin ini dikurangi, agar setiap sanggar tari bisa saling rukun dan saling menguatkan," ujarnya.Peringatan Hari Tari Sedunia di Taman Kartini Tulungagung itu pun ditutup dengan flash mob, mengajak serta masyarakat menari bersama tarian khas Tulungagung seperti tari Beksan Langen Tayub dan Jaranan."Harapan kami, semua seniman, khususnya insan seni tari terus merayakan hari besar ini dan bersama-sama memajukan nama Tulungagung di bidang seni budaya bersama masyarakat," katanya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya