Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025, Apakah Termasuk Hari Libur?

Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2025, Apakah Termasuk Hari Libur?

hil2025/04/29 17:35:17 WIB
Logo Hari Pendidikan Nasional 2025. Foto: Dok. Kemendikdasmen RI

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap tanggal 2 Mei. Namun, apakah tanggal tersebut termasuk hari libur nasional? Banyak masyarakat yang penasaran, terutama para pelajar dan pekerja, apakah Hardiknas termasuk hari libur.Peringatan Hardiknas merupakan bentuk penghormatan terhadap tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara. Sebagai pelopor pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara memiliki jasa besar dalam membangun sistem pendidikan yang lebih inklusif dan merata di Indonesia.Baca juga: Tema dan Logo Hardiknas 2025, Begini Filosofi di BaliknyaMelalui Taman Siswa yang ia dirikan, Ki Hajar Dewantara memperjuangkan pendidikan untuk semua kalangan, tanpa memandang status sosial maupun latar belakang. Semboyannya yang terkenal, "Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani".Semboyan ini mengingatkan tentang pentingnya memberikan teladan, semangat dan dorongan dalam proses pendidikan. Peringatan Hardiknas mengajak untuk merenungkan kembali nilai-nilai pendidikan yang diperjuangkan Ki Hadjar Dewantara, dan terus berkomitmen untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik di masa depan.Hari Pendidikan Nasional Libur atau Tidak?Mengacu pada SKB 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025, tanggal 2 Mei tidak termasuk dalam daftar hari libur nasional maupun cuti bersama. Artinya, kegiatan belajar mengajar, perkantoran, dan aktivitas lainnya tetap berjalan seperti biasa.Meskipun bukan hari libur, Hardiknas tetap diperingati secara khusus oleh lembaga pendidikan di seluruh Indonesia. Biasanya, sekolah dan instansi pendidikan menyelenggarakan upacara bendera, seminar, atau kegiatan lain yang bertujuan menumbuhkan semangat belajar dan menghargai jasa para pahlawan pendidikan.Sejarah Hari Pendidikan NasionalDilansir dari Dinas Pendidikan Pekanbaru, Hardiknas diperingati setiap tanggal 2 Mei oleh seluruh masyarakat Indonesia, khususnya para insan pendidikan. Peringatan ini menjadi momen refleksi atas pentingnya pendidikan dalam membangun peradaban bangsa.Namun, tak sedikit masyarakat yang belum memahami asal-usul dan sejarah penetapan Hari Pendidikan Nasional. Penetapan Hardiknas secara resmi dilakukan Pemerintah Republik Indonesia pada 16 Desember 1959 melalui Keputusan Presiden (Keppres) No. 316 Tahun 1959.Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya pendidikan sebagai fondasi kemajuan bangsa. Tanggal 2 Mei dipilih sebagai Hari Pendidikan Nasional karena bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara, sosok yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional.Ki Hajar Dewantara merupakan tokoh penting dalam perjuangan mencerdaskan anak bangsa, khususnya kaum pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dengan nama asli Raden Mas Suwardi Suryaningrat.Meski berasal dari kalangan bangsawan dan sempat mengenyam pendidikan di STOVIA, ia tidak dapat menyelesaikannya karena masalah kesehatan. Ia kemudian menekuni dunia jurnalistik dan aktif menulis kritik terhadap kebijakan kolonial, terutama yang menyangkut akses pendidikan yang timpang.Karena tulisan-tulisannya yang tajam, Ki Hajar Dewantara bersama dua rekannya Ernest Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke Belanda. Ketiganya dikenal sebagai Tiga Serangkai, tokoh penting dalam gerakan Kebangkitan Nasional.Usai kembali dari pengasingan, Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa pada 3 Juli 1922. Melalui lembaga pendidikan ini, ia membuka akses belajar bagi semua anak-anak Indonesia, tanpa memandang status sosial dan ekonomi.Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pendidikan yang pertama. Ia meninggalkan warisan penting dalam dunia pendidikan melalui tiga semboyannya yang hingga kini masih digunakanYaitu Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan memberi teladan), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah membangun semangat), dan Tut Wuri Handayani (di belakang memberi dorongan). Ketiga semboyan tersebut menjadi filosofi pendidikan nasional dan menjadi pengingat peran penting seorang pendidik dalam proses belajar.Peringatan Hardiknas setiap 2 Mei bukan sekadar seremonial. Lebih dari itu, ini adalah ajakan untuk terus memperjuangkan akses pendidikan yang merata, berkualitas, serta berakar pada nilai-nilai karakter bangsa.Baca juga: Sejarah Hari Pendidikan Nasional, Ini MaknanyaMakna Hari Pendidikan NasionalHari Pendidikan Nasional bukan hanya ajang memperingati sejarah, tetapi juga momentum untuk menggali dan menanamkan nilai-nilai penting dalam dunia pendidikan. Nilai-nilai seperti semangat belajar, rasa hormat kepada guru, kebebasan berpikir, serta gotong royong dalam membangun pendidikan menjadi inti dari peringatan ini.Perayaan Hardiknas mengingatkan bahwa pendidikan adalah hak setiap warga negara dan menjadi fondasi utama dalam menciptakan generasi unggul dan berkarakter. Dari masa ke masa, peringatan ini menjadi titik tolak refleksi terhadap perjalanan sistem pendidikan nasional.Apakah sistem yang ada sudah sesuai dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara? Apakah pendidikan sudah menjangkau seluruh anak bangsa? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang diangkat setiap tahun untuk memperbaiki dan mengembangkan pendidikan Indonesia.Profil Singkat Ki Hajar DewantaraKi Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat pada 2 Mei 1889. Ia adalah tokoh pendidikan, jurnalis, dan pejuang kemerdekaan. Ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922 sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem pendidikan kolonial yang diskriminatif.Ki Hajar Dewantara tidak hanya mendirikan sekolah, tetapi juga menciptakan landasan filosofis pendidikan nasional. Ia menerapkan konsep Among, yang menekankan pada kebebasan, kasih sayang, dan pengawasan yang bijak dalam proses mendidik.Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus membuat manusia menjadi pribadi yang merdeka, bukan sekadar mesin penghafal informasi. Filosofi ini relevan hingga kini, menjadi dasar dalam pengembangan kurikulum merdeka belajar.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya