Dosen ITB Jadi Lulusan Tercepat dan Termuda S3 UGM, Ini Kisah Dewi Agustiningsih

Dosen ITB Jadi Lulusan Tercepat dan Termuda S3 UGM, Ini Kisah Dewi Agustiningsih

det2025/04/26 11:00:00 WIB
Kisah Dewi Agustiningsih, lulusan termuda dan tercepat S3 UGM. Foto: dok. Universitas Gadjah Mada

Menyelesaikan rangkaian pendidikan hingga jenjang doktoral menjadi impian banyak orang. Hal ini berhasil diwujudkan oleh Dewi Agustiningsih.Dewi panggilan akrabnya menjadi salah satu dari 1.445 mahasiswa pascasarjana yang baru saja diwisuda pada Rabu (23/4/2025) lalu. Bukan wisudawan biasa, ia meraih predikat lulusan tercepat dan termuda. Wow!Prestasi ini sangatlah menginspirasi, mengingat Dewi mencapainya penuh tantangan. Bagaimana tidak, ia menyelesaikan studi S3 di Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM sembari bekerja sebagai dosen di prodi Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB).Kenalan dengan Dewi lebih lanjut yuk!Baca juga: Lulus S2 UGM di Usia 22 Tahun, Bagaimana Fadila Meraih Itu? Ini TipsnyaBaca juga: Cerita Hayya Lulus S1 Usia 20 Tahun & Jadi Wisudawan Termuda UGM, Apa Rahasianya?Lulusan Tercepat dan Termuda dengan Beasiswa PMDSUPredikat lulusan tercepat didapatkannya usai berhasil menyelesaikan studi S3 dengan jangka waktu 2 tahun 6 bulan 13 hari. Padahal rerata masa studi program doktor adalah 4 tahun 7 bulan.Selanjutnya, predikat kedua yang disandangnya diperoleh lantaran Dewi menyelesaikan studi di usia 26 tahun 6 bulan. Sementara rerata usia lulusan program doktor di wisuda tersebut adalah 42 tahun 6 bulan 16 hari.Kehidupan dan kesibukan Dewi selama 5 tahun terakhir tak lepas dari belajar dan berkuliah. Meski kini mengajar di ITB, ia adalah alumnus UGM sejati.Ia berhasil lulus jenjang sarjana di prodi Kimia UGM pada 2020. Setelahnya, Dewi menyelesaikan studi magister dan doktoral di kampus yang sama pada 2022-2025.Tantangan terbesarnya dalam menempuh pendidikan tinggi adalah keterbatasan ekonomi. Menurut cerita Dewi, uang saku selama kuliah S1 nya adalah Rp 600 ribu/bulan.Uang ini harus diatur dengan baik agar cukup untuk biaya kos, makan, dan kebutuhan perkuliahan. Perjuangan ini mengajarkannya tentang kemandirian hingga bisa bertahan sampai jenjang S3."Motivasi saya sederhana, saya hanya ingin membuktikan bahwa latar belakang ekonomi tidak membatasi impian seseorang," katanya dikutip dari laman UGM, Jumat (25/4/2025).Perkuliahan Dewi dibantu penuh oleh beasiswa. Jenjang S1 ia mendapat bantuan beasiswa Bidikmisi yang kini bernama Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.Setelah lulus sarjana, ia kembali menerima beasiswa Program Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU). Program ini memungkinkan mahasiswa menempuh pendidikan S2 dan S3 sekaligus."Awalnya, saya tidak menyangka bisa sampai di jenjang doktoral. Tapi setelah menyelesaikan S1, saya mendapatkan kesempatan mengikuti seleksi program PMDSU, dan bersyukur diterima," imbuhnya.Studi S3 Dewi ditutup dengan disertasi yang membahas mengenai sintesis dan pengembangan material katalis berbasis material anorganik. Ia memodifikasi material berbasis silika dan titania dengan senyawa organosilan dan logam transisi."Tujuannya adalah menghasilkan material yang bisa digunakan untuk sintesis senyawa-senyawa penting, namun dengan metode yang lebih ramah lingkungan dan efisien," jelas Dewi.Jadi Dosen yang Bisa Terus Mengembangkan RisetKini perjalanan studinya telah lengkap yang disempurnakan dengan karier menjadi dosen Kimia di ITB. Sebagai seorang dosen, Dewi mengaku akan tetap melanjutkan penelitian, terutama di bidang ahlinya.Meski begitu, Dewi tidak menutup kolaborasi lintas disiplin. Misalnya antar kimia material dengan teknik lingkungan atau farmasi, untuk aplikasi yang lebih luas.Dewi berharap perjuangannya untuk menempuh pendidikan bisa menjadi inspirasi. Khususnya bagi mereka yang berasal dari latar belakang sederhana sepertinya."Bahwa mimpi setinggi apapun bisa dicapai asal kita punya tekad dan semangat belajar yang kuat," tandas Dewi.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya