Mendikdasmen Ungkap 4 Faktor Pelajar SMP di Bali Tak Bisa Baca

Mendikdasmen Ungkap 4 Faktor Pelajar SMP di Bali Tak Bisa Baca

idn2025/04/24 15:49:31 WIB
Mendikdasmen Abdul Mu'ti. (Dwiky Maulana Vellayati/detikcom)

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti mengungkap faktor-faktor temuan penyebab sejumlah siswa SMP di Bali belum lancar membaca. Dia menyebut salah satu faktor adalah rendahnya motivasi yang didapat oleh para siswa."Memang mereka yang rendah motivasi," kata Mu'ti kepada wartawan di Gedung Pusat Edukasi Antikorupsi, Jakarta Selatan, Kamis (24/4/2025).Baca juga: Komisi X DPR Bakal Tanya Mendikdasmen soal Siswa SMP di Bali Tak Bisa BacaSelain itu, Mu'ti menjelaskan faktor lain yang mempengaruhi, yakni para pelajar tersebut memiliki latar belakang berbeda-beda. Seperti para murid itu juga mengalami disleksia, berkebutuhan khusus, hingga berasal dari keluarga yang tidak baik-baik saja."Dan sebagian mereka adalah murid-murid yang memang dalam masa pandemi COVID-19 itu tidak mendapatkan layanan pendidikan yang sebaik-baiknya," jelas Mu'ti.Dia menjelaskan sudah berkomunikasi dengan Dinas Pendidikan setempat dan mulai dilakukan langkah-langkah untuk perbaikan. Dia mengatakan ada sekitar 400 murid SMP yang belum mampu membaca atau kemampuan membacanya sangat rendah."Pertama, mereka yang memiliki kemampuan yang rendah itu mendapatkan layanan pendidikan khusus. Jadi mereka diberikan semacam remedial atau layanan pendidikan tambahan agar mereka dapat membaca. Kemudian yang kedua adalah bagaimana agar mereka memiliki motivasi yang lebih tinggi dengan bimbingan konseling dari para guru di masing-masing sekolah," ungkap Mu'ti.Informasi ratusan siswa SMP belum bisa membaca dengan lancar sebelumnya diungkapkan oleh Ketua Dewan Pendidikan Kabupaten Buleleng I Made Sedana. Berdasarkan data yang dihimpun dari Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Buleleng, terdapat sekitar 400-an siswa SMP yang kesulitan membaca.Sedana mengatakan, faktor utama persoalan ini bisa terjadi karena kebijakan naik kelas otomatis atau program tuntas tanpa mengukur penguasaan kompetensi dasar siswa.Baca juga: Skor Indeks Integritas Pendidikan Turun, KPK Beri 3 Rekomendasi

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya