Jatma Aswaja Berkomitmen Jaga Harmoni Antarumat dan Merawat Keberagaman

Jatma Aswaja Berkomitmen Jaga Harmoni Antarumat dan Merawat Keberagaman

apl2025/04/19 12:28:44 WIB
Jamiyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabaroh Ahlussunnah Wal Jamaah (Jatma Aswaja). Foto: Dok Sekjen Jatma Aswaja Helmy Faishal Zaini.

Sekjen Jamiyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabaroh Ahlussunnah Wal Jamaah (Jatma Aswaja), Helmy Faishal Zaini, menyebutkan komitmen merawat keberagaman dan menjaga harmoni antarumat. Jatma Aswaja dibentuk sebagai rumah bagi para pengamal thariqah mu'tabarah."Berdiri pada 17 Ramadhan 1446 H, Jatma Aswaja hadir sebagai rumah besar bagi para pengamal thariqah mu'tabarah berbasis Ahlussunnah wal Jama'ah. Organisasi ini dipimpin oleh guru dan tokoh bangsa Maulana Habib Luthfi bin Yahya sebagai Ketua Umum dan Rois Aam dan DR Ir. H. A. Helmy Faishal Zaini sebagai Sekretaris Jenderal Jatma Aswaja," kata Helmy dalam keterangannya, yang diterima detikJateng, Sabtu (19/4/2025).Ia menjelaskan, Jatma Aswaja meyakini spiritualitas bukanlah kemewahan eksklusif para elite rohani, melainkan kebutuhan pokok masyarakat modern yang terjebak dalam kelelahan eksistensial. Maka menurut Helmy,misi Jatma Aswaja bukan sekadar menjaga tradisi, tapi juga memasyarakatkan transendentalisme dalam kehidupan sehari-hari."Jatma Aswaja dibangun di atas dua pilar utama pertama membangun transendentalisme, kedua pemberdayaan ekonomi ummatan," jelasnya.Baca juga: Mayat Pria Misterius Mengapung di Bengawan Solo Sragen, Ada Sejumlah LukaDalam membangun transendentalisme, Helmy menjelaskan, soal menjadikan thariqah sebagai jalan penguatan hubungan antara hamba dan Allah. Menurutnya dalam dunia yang penuh distraksi, manusia membutuhkan ruang sunyi, dan thariqah menyediakan ruang itu secara sistematis."Zikir, suluk, dan adab kepada mursyid bukanlah praktik yang asing dari kehidupan sosial, tetapi justru menjadi fondasi kesalehan publik. Jatma Aswaja mengajak umat Islam Indonesia untuk kembali pada tradisi zikir berjamaah, pengajian thariqah, dan penguatan sanad keilmuan serta ruhaniyah," tegasnya.Sedangkan dalam pemberdayaan ekonomi ummatan, dia menjelaskan spirit thariqah tidak anti-dunia. Sebaliknya, ia mendorong umat untuk memakmurkan bumi. Helmy juga mengutip QS. Al-Qashash: 77 agar tidak anti-dunia."Maka, Jatma Aswaja berkomitmen menjalankan dakwah integral yaitu menyucikan jiwa dan memandirikan ekonomi. Melalui jaringan koperasi, pemberdayaan UMKM, hingga gerakan filantropi berbasis pesantren dan zawiyah, Jatma Aswaja ingin memastikan bahwa para pengamal thariqah tidak hanya kuat secara rohani, tetapi juga tangguh secara ekonomi dan sosial," jelas Helmy.Lebih lanjut, Helmy menegaskan Jatma Aswaja menolak ekstrimisme. Dia juga mengutip QS. Al-Baqarah: 143 untuk mengusung prinsip-prinsip tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), tasamuh (toleran), dan i'tidal (adil) yang menjadi nilai yang tak terpisahkan dari praktik thariqah sejak dulu."Para mursyid Thariqoh mengajarkan bahwa beragama jangan sampai kehilangan kontak dengan realitas. Karena esensi beragama adalah mengajarkan tentang generosity, yakni sikap kedermawanan, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya membantu yang miskin. Ini menjadi penting untuk konteks global dan domestik sekarang ini, yang relevan dengan kondisi bangsa," katanya.Baca juga: Kisah Warga Pekalongan Cuan Rp 30 Juta dari Sehelai Kaus UsangMenjaga harmoni antarumat dan keberagaman menurut Helmy diajarkan oleh para mursyid thariqah. Di Indonesia sendiri sejak zaman Wali Songo juga sudah mengajarkan keindahan Islam yang lembut dan merangkul."Para mursyid thariqah, sejak zaman Wali Songo hingga hari ini, telah menjadi penjaga keindahan Islam melalui pendekatan yang lembut, santun, dan merangkul. Jatma Aswaja berkomitmen untuk meneruskan warisan itu yaitu menjaga harmoni antarumat, merawat keberagaman dalam bingkai ukhuwah insaniyah, dan meneguhkan kembali akhlakul karimah sebagai ruh peradaban," jelas Helmy."Melalui Jatma Aswaja, kita berharap akan lahir generasi baru pengamal thariqah yang tidak hanya fasih dalam wirid dan dzikir, tapi juga bijak dalam memimpin umat, adil dalam bermuamalah, dan kokoh dalam menjaga bangsa dari polarisasi dan perpecahan," tutupnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya