Sebuah inisiatif unik bertajuk Layar Terapung Tarakan Misbar (Gerimis Bubar) akan segera mewarnai pesisir Kota Tarakan. Diprakarsai Ketua Sinema Bona Fortuna, Rohil Firdiawan, program pemutaran film alternatif ini dijadwalkan berlangsung pada Mei hingga Juli 2025, yang menghadirkan pengalaman menonton tak biasa di enam titik pesisir kota.Dengan konsep layar tancap di atas perahu, penonton akan menikmati film sembari merasakan ombak laut dan angin pesisir. Program ini mengusung semangat 'gerimis bubar', mengacu pada tradisi layar tancap era 70-an yang bubar saat hujan turun.Namun, lebih dari sekadar hiburan, Layar Terapung Tarakan Misbar bertujuan menyatukan sinema dengan masyarakat pesisir. Khususnya anak-anak, yang selama ini jarang tersentuh oleh medium film."Sinema sering dianggap eksklusif, padahal semua bisa menikmati, menonton, dan berdiskusi tentang wacana di film," ujar Rohil.Mengapa Pesisir dan Anak-Anak?Pemilihan tema pesisir dan anak bukan tanpa alasan. Mayoritas masyarakat Kalimantan Utara hidup bergantung pada laut dan kehidupan pesisir.Sementara itu, anak-anak di wilayah ini menghadapi tantangan serius, seperti tingginya angka putus sekolah dan ancaman narkoba. "Melihat isu itu, aku punya 'mainan baru' untuk terhubung melalui hiburan dan edukasi. Siar lewat sinema jadi pilihan alternatif," kata Rohil.Menurutnya, film memiliki kekuatan untuk membuka perspektif baru. Dengan menonton film yang tepat, anak-anak dan masyarakat pesisir dapat terinspirasi melalui pendekatan sederhana."Kami bukan agen perubahan, tapi ingin menghubungkan masyarakat dengan hiburan rakyat seperti layar tancap zaman dulu," ujarnya sambil tertawa.Baca juga: Sinopsis dan Jadwal Tayang Film Jumbo, Pabrik Gula, Komang di BanjarmasinPemutaran Film di Atas Perahu: Yang Pertama di PesisirMeski konsep pemutaran film alternatif bukan hal baru di Indonesia, Layar Terapung Tarakan Misbar mengklaim keunikan tersendiri."Di Kaltim ada yang memutar film di danau, tapi di pesisir, ini pertama kalinya. Penonton akan menonton di atas perahu, merasakan sensasi ombak dengan layar besar," jelas Rohil.Selain itu, UMKM lokal akan dilibatkan untuk menyajikan makanan khas Tarakan, memperkaya pengalaman acara. Setiap titik pemutaran akan menampilkan tiga film pendek terkurasi, dengan salah satu film bertema anak dan tema bahari atau pesisir.Acara itu juga diramaikan dengan diskusi kebudayaan, pertunjukan seni tradisional dari sanggar lokal, serta workshop kebudayaan oleh Datu Norbek dan workshop signal oleh Usman Najrid. Kolaborasi dengan seniman lokal seperti Arif Maulana (artwork) dan Hendi A.K.A Steleng (merchandise) turut memperkuat identitas acara.Baca juga: Serial Bidaah 'Walid' Terinspirasi Kisah Nyata, Ini Pesan yang TersiratTantangan dan OptimismeMenghadirkan sinema di pesisir bukan perkara mudah. Persiapan intensif dilakukan, mulai dari pemilihan lokasi pinggir laut hingga pengadaan peralatan yang tahan terhadap kondisi laut."Lokasi kali ini berbeda, sangat dekat dengan air laut, jadi persiapannya ekstra," ungkap Rohil.Meski begitu, ia optimistis. Dukungan dari komunitas literasi dan pergerakan budaya yang kian masif menjadi modal besar."Secara kolektif, ini bukan hal mudah untuk mengubah sesuatu, tapi dengan cara menonton, kami bisa terhubung secara sederhana," tambahnya.Rohil juga berharap pemerintah daerah dapat terhubung dengan program budaya seperti ini, melihat potensinya sebagai wadah edukasi dan hiburan."Semoga cuaca bersahabat, dan hiburan rakyat ini berdampak, memberi perspektif baru bagi masyarakat pesisir," harapnya.Rangkaian Acara dan PublikasiRangkaian acara meliputi pemutaran film, diskusi kebudayaan, dan pertunjukan seni tradisional. Diskusi film diharapkan menjadi pemantik wacana baru, melibatkan akademisi, dosen, mahasiswa, komunitas, dan masyarakat sipil.Tanggal pasti belum diumumkan, tetapi acara direncanakan digelar pertengahan atau akhir Mei 2025."Jadwalnya akan kami sampaikan lagi," kata Rohil.Dalam beberapa minggu ke depan, Sinema Bona Fortuna akan gencar mempublikasikan acara ini untuk menggaet antusiasme masyarakat."Kami ingin hiburan rakyat ini bertemu langsung dengan masyarakat di sekitar titik pemutaran," ujarnya.Semangat Literasi SinemaLayar Terapung Tarakan Misbar bukan sekadar pemutaran film, tetapi juga gerakan literasi sinema yang menggugah. Dengan semangat mandiri, Rohil dan timnya berharap acara ini menjadi langkah awal untuk menghidupkan kembali hiburan rakyat yang inklusif."Dari literasi sinema, kami ingin masyarakat pesisir punya sudut pandang baru," tutupnya.