Muncul Usulan Kremasi Murdaya Poo Dilakukan di Bukit Dagi Borobudur

Muncul Usulan Kremasi Murdaya Poo Dilakukan di Bukit Dagi Borobudur

afn2025/04/17 10:05:40 WIB
Karangan bunga ucapan duka dari sejumlah tokoh nasional untuk pengusaha Murdaya Poo di Vihara Griya Vipasana Avalokitesvara (GVA) Mendut, Kabupaten Magelang, Senin (14/4/2025). Foto: Eko Susanto/detikJateng

Rencana kremasi mendiang pemilik Pondok Indah Mall, Murdaya Widyamimarta Poo alias Murdaya Poo di lahan persawahan Dusun Ngaran, Desa Borobudur, Magelang mendapat penolakan warga setempat. Di tengah penolakan itu, muncul usulan kremasi dilakukan di Bukit Dagi Borobudur.Usulan itu dikemukakan dalam pertemuan antara warga dan panitia penyelenggara kremasi dalam mediasi yang dilakukan Pemkab di Ruang Bina Karya Kompleks Setda Kabupaten Magelang, Rabu (16/4/2025).Ketua DPD Walubi Jawa Tengah Tanto Soegito Harsono mengatakan rencana kremasi Almarhum Murdaya Poo akan dilakukan di lahan persawahan Ngaran pada 7 Mei mendatang. Kremasi dilakukan di lahan terbuka menggunakan kayu karena Murdaya Poo merupakan seorang tokoh.Tanto menyebut Murdaya Poo merupakan Ketua Pengawas DPP Walubi dan suami dari Ibu Hartati Murdaya sebagai Ketua Umum DPP Walubi."Kalau umat biasa meninggal, kremasinya secara alami pakai mesin. Karena memang ritual kremasi pakai kayu itu tidak semua orang bisa menjalani. Itu ada tata cara sehingga nanti seandainya Pak Poo dikremasi di sini pun nanti yang mengatur adalah bante maupun lamma (tokoh umat Buddha) yang sudah berpengalaman," ujarnya di pertemuan tersebut.Dia menjelaskan bahwa pihaknya berencana menggelar upacara kremasi akan dilakukan di lahan milik Ibu Hartati Murdaya. Dia menegaskan tak ada rencana untuk membangun krematorium.Baca juga: Warga Ngaran Borobudur Tolak Rencana Kremasi Murdaya Poo, Pemkab Gelar Mediasi"Kita waktu itu dapat kabarnya. Kalau akan dikremasi mungkin satu, dua hari setelah itu. Perlu (kami) jelaskan rencana kremasi itu adalah di Dusun Ngaran 2 di lahan milik Ibu (Hartati Murdaya). Itu di belakang Vihara, di sawah-sawah. Dan kita tidak pernah berencana untuk membangun krematorium. Kita hanya melaksanakan kremasi," tambah Tanto."Kremasi itu pun sama seperti yang di YouTube yang pernah dijalankan oleh almarhum Bante Win di Bukit Dagi Borobudur, mungkin 10 tahun yang lalu. Ataupun Bante Jinadhammo yang meninggal di Medan dan dikremasikan di halaman Vihara di Kota Medan. Bahkan itu diliput secara internasional," kata Tanto.Warga MenolakDalam pertemuan yang sama, Kepala Dusun Ngaran 1 dan Ngaran 2, Maryoto, membenarkan bahwa warganya melakukan penolakan terhadap rencana upacara kremasi di wilayahnya. Dia juga menyebut sebelum ini telah ada pertemuan dengan pihak panitia. Namun, warga tetap bersepakat menolak."Intinya bahwa tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda dan seluruh masyarakat yang hadir malam itu menyepakati bahwa tidak ada ngaben versi umat Buddha dan kremasi. Malam itu, disepakati membuat surat yang diketahui (ditandatangani seluruh) Ketua RT, mengetahui Kepala Desa dan Bapak Camat. Intinya, kita menolak wacana tempat ngaben (upacara kremasi) versi umat Buddha dan kremasi," katanya di lokasi.Maryoto tak menjelaskan detail alasan warganya menolak rencana upacara kremasi tersebut. Namun, dia khawatir akan timbul isu SARA mengingat wilayah tersebut dihuni oleh mayoritas umat muslim.Baca juga: Profil Murdaya Poo Pemilik Pondok Indah Mall yang Disemayamkan di Magelang"Alasan menolak, satu kalau kita toleransi kan umatnya banyak. Kalau Walubi, kita menghormati mereka, tapi ini kan niatannya personal, orang, pribadi. Bukan umat banyak. Kenapa sih kok harus mengorbankan orang yang banyak," ujarnya kepada awak media usai pertemuan."(Alasan lain) Intinya kan adat budayanya. Bahwa (permukiman) Muslim semua, nanti takutnya timbul unsur SARA-nya. Kita hindari itu, jangan sampai menjadi hal itu," ujarnya.Diusulkan di Bukit DagiDi tengah pertemuan yang membahas penolakan itu, muncul usulan kremasi dilakukan di Bukit Dagi Borobudur. Usulan itu muncul dari salah satu peserta dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)Maryoto juga mengatakan mendukung usulan tersebut. "Monggo silakan (di Bukit Dagi). Dan warga akan tetap mendukung. Nggak masalah," kata Maryoto.Sementara itu Camat Borobudur, Subiyanto, mengatakan akan ada pertemuan lanjutan untuk membahas masalah ini. Termasuk soal adanya usulan di Bukit Dagi Borobudur."Itu, salah satu usulan dari Pak Abbed yang merupakan tokoh FKUB juga. Dan itu, salah satu solusi. Solusi ketika plan satu tidak tercapai, bisa plan dua. Nuwun sewu, mudah-mudahan itu diamini semuanya," kata Subiyanto."Kalau yang kita lihat yang diperlukan keluarga itu mandala Borobudur. Dan mandala Borobudur itu kan ada di sekeliling (candi) Borobudur. Itu (Bukit Dagi), lebih dekat daripada yang ada di lokasi pertama (Ngaran). Di puncak ketinggian di dekat Candi Borobudur dan ada yurisprudensi yang sudah pelaksana. Dulu ada Bante Win yang dikremasi di situ," pungkasnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya