3 Fakta Adat Nikah Bugis Makassar, Sarat Akan Nilai Budaya

3 Fakta Adat Nikah Bugis Makassar, Sarat Akan Nilai Budaya

khq2025/04/11 11:15:36 WIB
Ilustrasi pakaian adat suku Bugis - Makassar, yang biasa dikenakan saat pesta pernikahan. Foto: Hadie Suhendra/Wikimedia Commons

Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi atau adat istiadat tersendiri dalam hal acara pernikahan. Tak terkecuali di daerah Sulawesi Selatan, adat nikah Bugis Makassar misalnya.Masyarakat Bugis Makassar memiliki tradisi pernikahan yang kaya akan nilai-nilai budaya dan filosofi. Simak penjelasannya di bawah ini.Fakta Menarik seputar Adat Nikah Bugis MakassarKetahui fakta-fakta menarik seputar adat nikah Makassar, yang mencerminkan keberagaman budaya Indonesia yang masih ada hingga saat ini:1. Filosofi Uang Panai yang Jadi Lambang Status SosialUang panai adalah uang nikah adat Bugis Makassar yang jadi syarat pernikahan. Dalam bahasa Makassar, uang panai disebut doi panai, sedangkan dalam bahasa Bugis disebut doi menre.Dalam tradisi ini, keluarga pihak laki-laki harus menyediakan uang panai ke keluarga pihak perempuan untuk membiayai pesta pernikahan.Mulanya, uang panai akan disesuaikan dengan strata sosial dari wanita. Tapi kini, tidak sedikit masyarakat suku Bugis-Makassar latah dalam menetapkan standar uang panai dengan nilai yang tinggi.Pakar Budaya dari Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Darman Manda, mengungkapkan bahwa ada asumsi yang berkembang di masyarakat, uang panai jadi lambang status sosial."Semakin banyak uang pana maka semakin diasumsikan status sosialnya lebih tinggi. Karena itulah jadi motivasi bagi beberapa keluarga untuk memasang target atau bernegosiasi agar uang panai-nya tinggi. Meskipun itu hal yang susah bagi mereka," kata Prof Darman Manda kepada detikSulsel, Jumat (3/5/2022) lalu.Kedudukan uang panai beda dengan mahar. Prof Darman menjelaskan bahwa uang panai jadi syarat pernikahan yang berada dalam konteks adat. Sementara, uang mahar berkaitan dalam konteks agama, khususnya Islam.2. Memiliki Rangkaian PernikahanPernikahan dalam adat Bugis Makassar sarat akan nilai budaya, mulai dari prosesi lamaran hingga pesta adat. Setiap tahapnya punya makna tersendiri.Mengutip jurnal tahun 2020 betajuk Transisi Sosial Budaya Adat Pernikahan Suku Bugis Di Makassar 1960 oleh A. Fadhilah Utami Ilmi R. dari Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada (UGM), Berikut adalah tahapan dalam prosesi pernikahan adat Bugis Makassar:Mammanu'manu': Ini jadi tahap langkah awal yang dilakukan oleh orang tua laki-laki yang bermaksud mencarikan jodoh bagi anaknya. Sesudah menemukan seorang gadis untuk dijadikan istri bagi anaknya, langkah selanjutnya mereka menyelidiki keadaan gadis calon mempelai (mappese 'pese ).Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga dekat gadis tersebut untuk mengetahui tingkah laku, kesehatan, dan sebagainya.Tahap Mappese'pese'

Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga dekat gadis untuk melihat keadaan gadis tersebut. Setelah memenuhi persyaratan yang diinginkan pihak pria, maka dibuatlah kesepakatan untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya yang disebut meminang (massuro).Massuro: Ini adalah tahap di mana pihak laki-laki mengutus orang yang dianggap disegani untuk mabbaja laleng (merintis jalan). Apabila pihak perempuan belum merasa puas dengan acara peminangan, mereka akan menelusuri lebih jauh tentang asal usul laki-laki (mattutung lampe). Jika lamaran pihak laki-laki telah diterima pihak orang tua perempuan, maka ditentukanlah acara mappettu ada (memutuskan segala keperluan pernikahan).Mappettu Ada: Rangkaian ini dilakukan untuk tanra esso (penentuan hari pernikahan), doi menre (uang belanja), dan sompa (mahar).Mappaere Botting: Tahap ini adalah acara prosesi puncak perkawinan. Di mana mempelai laki-laki diantar ke rumah mempelai perempuan.Mapparola: Di tahap ini pihak mempelai perempuan diantar oleh keluarga ke rumah keluarga laki-laki. Mapparola dilakukan setelah akad nikah atau keesokan harinya dengan pakaian seperti pakaian pada hari pernikahan. Pihak keluarga laki-laki akan memberikan hadiah ke mempelai perempuan sebagai tanda syukur (mappaota).3. Busana Pernikahan Adat Mewah dan BerwarnaDalam pernikahan, pakaian pengantin Bugis Makassar terkenal akan indah dan mewah. Biasanya, pengantin wanita mengenakan baju bodo berwarna cerah dengan perhiasan emas yang mencolok. Pengantin pria biasanya akan mengenakan busana adat lengkap dengan songkok dan sarung tenun.Dikutip dari buku The Amazing of Indonesia: 71 Keajaiban Indonesia yang Wajib Diketahui karya Sugeng HR, Sulawesi Selatan. Suku Bugis menyebut baju bodo dengan Waju Tokko.Dalam bahasa Makassar, "bodo" artinya pendek, sesuai dengan bajunya yang bentuknya segi empat dan berlengan pendek. Masyarakat Sulawesi Selatan telah mengenal baju ini sejak pertengahan abad IX.Masuknya bangsa asing ke wilayah Sulsel juga ikut membawa perubahan pada bentuk baju bodo. Sampai akhirnya menjadi bentuk baju yang sekarang kita lihat.Menurut adat Suku Bugis, setiap warna baju bodo itu menunjukkan usia/status pemakainya.Tidak hanya dalam acara pernikahan, sekarang ini baju bodo juga dipakai untuk acara-acara resmi dan perayaan.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya