Selama 7 hari berturut-turut pada bulan Syawal, penari Seblang olehsari kesurupan dalam ritual adat bersih desa di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah Banyuwangi.Hari ini, dalam puncak ritual yang dihadiri ratusan warga, penari seblang muda dengan mahkota omprok yang dihiasi uraian rambut berwarna hijau serupa pupus daun pisang diarak keliling desa.Dengan diiringi gamelan khas Banyuwangi, bertali talu di setiap sudut desa. Sambutan meriah dan riang gembira, terlihat dari setiap warga yang hadir untuk menikmati ritual sekaligus pertunjukan seni setahun sekali itu.Bukan penari sembarangan, penari seblang adalah orang terpilih. Gadis muda yang masih suci dan secara spiritual mampu mengemban tugas para leluhur untuk menjaga adat istiadat yang dipegang erat oleh warga Olehsari.Tahun ini, Seblang olehsari mengawali ritual pada 4 April 2025, tepat hari ke 5 di bulan Syawal. Penari terpilih yang juga dipilih berdasarkan garis keturunan seblang sebelumnya itu telah kesurupan selama 7 hari dan menari dengan gerakan tak beraturan, seakan mengikuti suasana hati sang penari serta alunan gamelan yang dimainkan.Baca juga: Seblang, Ritual Tolak Bala Masyarakat Osing BanyuwangiDwi Putri Ramadani (21 tahun) dalam beberapa tahun terakhir, terpilih sebagai penari Seblang."Tahun ini saya kembali ditunjuk menjadi penari Seblang karena ini merupakan petunjuk dari leluhur saya," ungkap Putri usai pertunjukan, Kamis (10/4/2025).Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengungkapkan, pemerintah kabupaten Banyuwangi akan menjaga kelestarian seni, adat dan budaya warisan leluhur sebagai bagian dari kekayaan."Banyuwangi sangat kaya akan tradisi adat dan budayanya yang bagi kami warga Banyuwangi ini memperkaya khazanah seni budaya Banyuwangi. Kami akan tetap berupaya melestarikan tradisi ini sebagai warisan leluhur dengan cara terus mendukung pelaksanaan ritual- ritual adat semacam ini," kata Ipuk.Setiap hari, ratusan warga memadati desa Olehsari, tempat di mana ritual seblang digelar. Sejumlah wisatawan baik domestik maupun mancanegara turut menikmati.Salah satu wisatawan asal Mesir Ahmed mengaku mengaku sangat terkesan dengan tradisi ritual Seblang yang baru pertama kali ia saksikan.Baca juga: Seblang Olehsari Ditutup, Bupati Ipuk Ajak Promosi Budaya Banyuwangi"Ini pertama kalinya, saya sangat menikmati dan respect dengan budaya dan tradisi masyarakat disini," kata Ahmed.Ahmed menceritakan, kekagumannya itu ia tunjukkan dengan mencoba ikut menari Seblang disisi sang penari. Namun, ia mendapat penolakan.Dalam tradisi Seblang, ada ritual "Tundik" atau menari bersama penari Seblang. Tundik dilakukan saat penari Seblang membawa sampur atau selendang untuk mengajak penonton menari bersama.Selendang itu kemudian dilempar ke arah penonton, yang mendapatkan selendang itu kemudian wajib naik ke atas panggung untuk menari bersama Seblang."Saya tidak dapat selendang itu, tapi saya ingin merasakan pengalaman yang baru menari bersama Seblang, makanya saya langsung naik tapi ternyata tidak boleh. Saya minta maaf karena tidak tahu aturannya, sepertinya tahun depan saya akan kembali lagi," ujar Ahmed.Sementara itu Muhammad Aqil Al Munawwar, seorang pengunjung asal Kendari, Sulawesi Tenggara, mengungkapkan kekagumannya terhadap ritual ini."Saat pertama kali melihat Seblang memasuki lokasi, saya langsung merinding. Ketika tariannya dimulai, saya merasa ini sangat sakral. Saya harap tradisi ini terus dilestarikan," kata Aqil.Disisi lain, Kepala Desa Olehsari Joko Mukhlis mengungkapkan rasa syukur atas kelancaran pelaksanaan ritual Seblang tahun ini yang menjadi ritual tolak bala."Saya sangat bersyukur ritual adat Seblang Olehsari tahun ini berlangsung lancar tanpa kendala. Ritual sakral ini dapat disaksikan oleh masyarakat luas, baik dari warga lokal maupun luar daerah. Kami berharap generasi muda di Olehsari terus menjaga dan melestarikan warisan leluhur ini," tutup Joko.