Selesai menutup sebuah pertunjukan di sebuah kota di Sulawesi pada tengah malam awal Juli 1976, seorang pekerja seks komersial (PSK) menemui Titiek Puspa di kamar hotelnya. Ia menangis karena menyesali pilihan hidupnya. Si PSK mengaku terpaksa menggadaikan tubuhnya untuk membesarkan anaknya setelah disia-siakan suami. Ia ingin memperbaiki hidupnya dan minta dukungan agar kuat berjalan."Selama proses percakapan berlangsung, empati saya diaduk-aduk," kata Titiek Puspa seperti tertuang dalam biografi bertajuk A Legendary Diva karya Alberthiene Endah, terbitan Gramedia, 2008. Rasa simpati dan iba yang muncul dalam waktu cepat itu menggerakkan imajinasinya untuk menciptakan lagu. Lalu lahirlah lagu Kupu-kupu Malam.Baca juga: Selamat Jalan Titiek Puspa, Sang Bunga Abadi Dunia Musik IndonesiaKini hidup wanita si kupu-kupu malam / Bekerja bertaruh seluruh jiwa raga / Bibir senyum kata halus merayu memanja / Kepada setiap mereka yang datang...Pada 2006, Ariel Cs dengan grupnya yang masih bernama Peterpan mengaransemen ulang lagu tersebut dengan kemasan yang lebih modern. Hasilnya, lagu ini jadi salah satu anthem wajib para penggemarnya.Titiek belajar mencipta lagu dari musisi jaz Mus Mualim, yang kemudian menjadi suami ketiganya. Bersama Mus kepercayaan diri Titiek tumbuh dan ketularan hasrat mencipta lagu. Dari Mus, ia punya kesadaran bahwa seorang pencipta lagu tak perlu repot-repot mencari ilham. Sebab yang dibutuhkan adalah kepekaan terhadap rasa, berusaha mengenali masalah hidup dan bukannya berlari, serta kreativitas menata melodi."Mencipta lagu tidak perlu tempat khusus, kapan saja, dimana saja, asalkan saya masih melek," katanya. Titiek membuktikan hal itu. Ia pernah membuat beberapa lagu saat di atas becak. Juga di pesawat, bahkan di dalam toilet. "Dari WC mama kadang berteriak - minta pulpen dan kertas," cetus putri sulungnya, Petty Tunjungsari dalam Tempo terbitan 12 November 1977.Baca juga: Lika-liku Hidup Titiek Puspa: Tak Direstui Keluarga, Tetap Pilih Jadi SenimanTitiek tak kesulitan mendapatkan inspirasi mencipta lagu. Ia hanya mengerahkan kepekaan, untuk memotret segala suasana dan kejadian yang dilihatnya. Melihat anak kecil menangis, istri marah-marah, orang tua kesepian, semua bisa ilham. "Dalam sehari bisa lima lagu yang berhasil saya ciptakan," kata Titiek.Ketika menjumpai seorang wanita yang tengah hamil berlinang air mata mengantarkan suaminya yang seorang tentara pergi bertugas ke Irian Barat pada 1964, detik itu juga Titiek merasakan serbuan melodi bergumul di kepalanya. Terciptalah lagu Pantang Mundur. "Itu bikinnya di atas becak," kata Titiek dalam program Alvin in Love di Youtube, 18 November 2022.Suatu sore ketika mengantarkan penyanyi cilik Lilis Suryani dari Raden Saleh pulang ke rumahnya di sebuah gang yang padat penghuni di kawasan Pasar Baru, pada 1963, ia melihat begitu banyak anak kecil berlarian. Berisik sekali. Melihat situasi itu, dengan cepat, melodi dan syair berkejaran di benaknya.Kepada detikHot, 20 Desember 2022, Titiek mengaku kemudian menuliskan lagu Gang Kelinci di atas becak yang mengantarnya kembali ke Raden Saleh. Lagu bernada riang dan kocak itu ia persembahkan untuk Lilis Suryani. Adik Asuh nya itu berpulang pada 7 Oktober 2007, setelah bertahun-tahun mengidap kanker Rahim.Selama karirnya di dunia musik, Titiek Puspa menciptakan lebih dari 300 judul lagu. Ada lagu yang ia lantunkan sendiri, selebihnya diminta penyanyi lain untuk mereka nyanyikan. Beberapa yang pernah hits di antaranya Minah Gadis Dusun, Bimbi, Adinda, Satu Dia, Si Hitam, Bing, Pantang Mundur, Kupu Kupu Malam, Gang Kelinci, Jatuh Cinta, Dansa yo Dansa, Romo Ono Maling, dan lainnya.Saat mencipta lagu, Titiek mengaku dirinya menjadi penjelajah liar yang berusaha menyedot apa saja roma kehidupan yang lewat. Mengolahnya dalam melodi dan lirik, serta meniupkan napas agar lagu itu bernyawa dan bisa dinyanyikan dengan emosi terbaik bagi penyanyi manapun.