5 Khutbah Jumat tentang Bulan Syawal, Memperkuat Ibadah Setelah Ramadan

5 Khutbah Jumat tentang Bulan Syawal, Memperkuat Ibadah Setelah Ramadan

hil2025/04/10 18:20:38 WIB
ILUSTRASI khutbah Jumat. Foto: Fria Sumitro/detikSumut

Bulan Syawal menjadi momen penting bagi umat Islam untuk melanjutkan semangat ibadah yang telah dibangun selama Ramadan. Setelah sebulan penuh berpuasa, tarawih, tadarus, dan amalan sunah lainnya, Syawal hadir sebagai ujian lanjutan, mampukah kita mempertahankan ketakwaan yang telah diraih?Dalam konteks ini, khutbah Jumat memegang peran penting sebagai pengingat sekaligus penyemangat. Melalui tema-tema khutbah yang relevan, umat Islam diajak untuk tidak kembali pada kebiasaan lama yang lalai, namun justru memperkuat hubungan dengan Allah SWT dan sesama. Baca juga: Contoh Khutbah Jumat dengan Berbagai TemaKhutbah Jumat tentang Bulan SyawalSetelah sebulan penuh dilatih menahan hawa nafsu dan memperbanyak ibadah, kini saatnya umat Islam menjaga konsistensi iman dan amal di bulan Syawal. Berikut lima contoh khutbah Jumat bertema bulan Syawal yang bisa menjadi inspirasi untuk memperkuat ibadah setelah Ramadan.1. Khutbah Jumat: Menata Pola Hidup Positif Pasca-RamadhanKhutbah I اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala. Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada jamaah sekalian, begitu juga untuk diri khatib pribadi agar senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Takwa dalam artian sesungguhnya, yaitu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Semoga dengan ketakwaan yang senantiasa kita jaga, akan menjadi syafaat di hari akhir kelak. Amiin ya rabbal 'alamin. Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala. Meskipun bulan suci Ramadhan telah berlalu, alangkah baiknya kita terus menjaga spiritnya hingga bulan-bulan selanjutnya. Kita lanjutkan pola hidup positif kita di bulan Ramadhan kemarin. Dengan demikian, kesempurnaan Ramadhan pun akan kita raih. Langkah pertama yang dapat kita lakukan untuk menyambung kegiatan positif di bulan Syawal ini adalah dengan berpuasa sunnah Syawal. Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala. Puasa Syawal disunnahkan bagi kita, terlebih apabila dilaksanakan pasca lebaran 6 hari berturut-turut tanpa terputus sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw:مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتَّاً مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ Artinya: Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun. (HR Muslim)Meskipun puasa Syawal lebih utama dilaksanakan langsung pasca-Idul Fitri selama enam hari berturut-turut, akan tetapi bagi kita yang belum melaksanakannya hingga saat ini, tetap disunnahkan untuk melakukan puasa Syawal.Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala. Langkah kedua yang dapat kita lakukan untuk menjaga pola hidup positif pasca-Ramadhan adalah dengan senantiasa menghidupkan waktu malam untuk beribadah, khususnya waktu sahur menjelang subuh.Pada bulan Ramadhan, aktivitas di malam hari seperti tarawih, iktikaf hingga sahur menjadi salah satu motivasi yang menuntun kita melakukan ibadah-ibadah sunnah seperti shalat sunnah hingga berzikir dan menyebut asma Allah.Kebiasaan ini tentunya sangat baik apabila kita lanjutkan pasca lebaran hingga bulan-bulan selanjutnya. Kita dirikan shalat malam, berzikir dan melantunkan wiridan serta melazimkan diri membaca Al-Quran untuk qiyamullail.Qiyamullail atau menghidupkan malam hari dengan beribadah memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah ampunan yang dihamparkan oleh Allah swt untuk hamba-hambaNya yang memohon di malam hari. Rasulullah saw bersabda:يَنْزِلُ رَبُّنَا، تَبَارَكَ وَتَعَالَى، كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ، فَيَقُولُ: مَنْ يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ؟ مَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيَهُ؟ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَهُ Artinya: Tuhan kita, Allah tabaraka wa ta'ala 'turun' setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, 'Barangsiapa berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa meminta kepada-Ku, akan Aku kasih. Barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan. (Muttafaq 'alaih)Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala. Pola hidup positif Ramadhan yang mesti terus kita lazimkan juga adalah membaca Al-Qur'an. Barangkali tidak setiap Muslim membaca Al-Qur'an di setiap harinya. Hanya saja saat Ramadhan datang, semangat membaca Al-Qur'an hadir dan kian meningkat untuk mengkhatamkannya.Kebiasaan membaca Al-Qur'an yang diterapkan ketika bulan Ramadhan sudah selayaknya tidak redup semangatnya meskipun kita telah melewati hari raya dan bulan suci. Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi kita semua mesti kita terus lantunkan.Tidak lupa untuk mengkaji substansi dari ayat-ayat Al-Quran yang kita baca untuk menambah pengetahuan dan wawasan kita. Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala Rasulullah saw sendiri pernah menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur'an dalam hadits-hadits. Di antaranya adalah Al-Qur'an yang dapat memberikan syafaat di akhirat nanti. Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Umamah al-Bahili: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اقْرَءُوا الْقُرْآنَ؛ فَإِنَّهُ يَأْتِي شَفِيعًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِصَاحِبِهِ Artinya: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Bacalah Al-Qur'an. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari kiamat kepada pembaca/pengamalnya." (HR. Ahmad).Kemudian, dalam hadis lain juga disebutkan keutamaan membaca Al-Quran di antaranya adalah pahala yang melimpah pada setiap huruf yang kita baca. 'Abdullah bin Mas'ud bersabda:قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لَا أَقُولُ الم حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلَامٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ Artinya: Rasulullah saw bersabda, 'Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Qur'an), maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf'. (HR At-Tirmidzi).Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ta'ala. Demikianlah beberapa amalan yang senantiasa kita laksanakan di bulan suci Ramadhan, yang perlu kita jadikan rutinitas berharga pasca-lebaran hingga bulan-bulan selanjutnya, bahkan sampai Ramadhan tahun selanjutnya datang.Tidak perlu tergesa-gesa dengan melaksanakan semuanya dalam satu waktu, namun meninggalkannya di hari esok. Amalan yang disukai Allah ada pada ketersinambungannya, meskipun amalan tersebut dipandang sederhana. Rasulullah pernah bersabda:أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ Artinya: Amalan yang paling disukai Allah Ta'ala adalah yang kontinu walaupun itu sedikit. (HR Muslim)Sebagaimana mengutip dari Tafsir Ibnu Katsir, bahwa di antara tanda suatu kebaikan diterima di sisi Allah adalah munculnya kebaikan-kebaikan lain yang dilakukannya (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Quranul 'Adhim, [Kairo: Muassasah Qurtubah, 2000], jilid III, hal. 229). Semoga kita semua dapat menjadi hamba yang senantiasa diberikan hidayah dan dibimbing istiqamah berada di jalan yang diridhai Allah ta'ala. Amiinأَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah IIاَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ 2. Khutbah Jumat: Meraih Pahala Berlimpah dengan Puasa SyawalKhutbah I الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kita dapat kembali berkumpul di masjid pada hari yang mulia ini untuk melaksanakan ibadah Shalat Jumat.Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman. Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah Bulan Ramadhan telah berlalu, namun kenangan indahnya masih terpatri dalam hati kita.Kini, kita memasuki bulan Syawal, bulan yang penuh dengan kegembiraan dan keutamaan. Salah satu keutamaan bulan Syawal adalah dianjurkannya untuk melaksanakan puasa sunnah Syawal selama enam hari.Dalam hadis riwayat Imam Muslim menyebutkan anjuran Rasulullah SAW untuk melaksanakan puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal, setelah kita selesai menjalankan ibadah puasa wajib di bulan Ramadhan.Keutamaan puasa Syawal ini begitu luar biasa. Puasa enam hari di bulan Syawal akan dibalas dengan pahala yang setara dengan pahala puasa selama setahun penuh. Rasulullah SAW bersabda: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْر Artinya: Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka (pahala puasanya) seperti berpuasa selama setahun. [HR. Muslim]Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah. Janji pahala yang besar ini tentunya memiliki makna yang dalam. Puasa Syawal bisa menjadi bentuk kesempurnaan ibadah puasa Ramadhan. Selama sebulan penuh di Ramadhan, mungkin kita pernah lalai atau tidak bisa menjalankan puasa dengan sempurna.Puasa Syawal memberikan kesempatan untuk memperbaiki kekurangan tersebut dan menambah pahala puasa kita. Ibnu Qudamah dalam kitab al-Mughni, Jilid IV, halaman 438, memuat hadis lain, dengan periwayat Imam Abu Daud, Tirmidzi, dan Imam Ahmad.Bersumber dari sahabat Tsauban, Nabi Muhammad bersabda keutamaan besar puasa enam hari di bulan Syawal seperti pahala orang yang berpuasa selama setahun penuh. قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ، شَهْرٌ بِعَشَرَةِ أَشْهُرٍ ، وَصَامَ سِتَّةَ أيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ ، وَذَلِكَ تَمَامُ سَنَةٍ Artinya: Barang siapa yang berpuasa Ramadhan selama sebulan, pahalanya seperti sepuluh bulan, dan siapa yang berpuasa enam hari setelah Idul Fitri (Syawal), maka ia telah menyempurnakan puasanya selama setahun. [HR. Ibnu Majah].Ibnu Qudamah mengatakan dalam al-Mughni penjelasan hadis ini adalah bahwa setiap kebaikan dibalas sepuluh kali lipat. Satu bulan puasa Ramadhan setara dengan sepuluh bulan, dan enam hari puasa Syawal setara dengan enam puluh hari.Sehingga totalnya menjadi dua belas bulan, yang merupakan satu tahun penuh. Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah Keutamaan puasa Syawal ini menunjukkan bahwa amal ibadah di bulan Syawal memiliki nilai yang tinggi.Meskipun hanya enam hari, pahalanya setara dengan puasa selama setahun penuh. Hal ini menjadi kesempatan bagi umat Islam untuk meningkatkan ibadah dan meraih pahala yang berlipat ganda. Simak penjelasan Ibnu berikut. يَعْنِي أَنَّ الْحَسَنَةَ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا ، فَالشَّهْرُ بِعَشَرَةٍ وَالسِّتَّةُ بِسِتِّينَ يَوْمًا . فَذَلِكَ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا ، وَهُوَ سَنَةٌ كَامِلَةٌ Artinya: Maksudnya satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa. Maka sebulan menjadi sepuluh bulan, dan enam hari menjadi 60 hari [2 bulan], sehingga menjadi satu tahun penuh [12 bulan]. Maka, ada dua belas bulan dalam setahun, yang merupakan satu tahun penuh.Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah. Selanjutnya, dalam riwayat dari Ibnu Umar, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan keutamaan lain puasa Syawal adalah orang yang melaksanakan puasa enam hari akan diampuni semua dosanya. Keutamaan ini menjadi motivasi yang kuat untuk tidak melewatkan kesempatan meraih pahala yang besar.Dengan menjalankan puasa Syawal, umat Islam tidak hanya menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan, tetapi juga dapat mensucikan diri dari dosa-dosa yang telah diperbuat. Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar tersebut berbunyi: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ خَرَجَ مِنْ ذُنُوْبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ Artinya: Barang siapa yang berpuasa Ramadhan dan mengikutinya dengan enam hari Syawal, maka dia keluar dari dosa-dosanya seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya.Adapun maksud "keluar dari dosa-dosa seperti hari dia dilahirkan oleh ibunya" adalah diampuni dosa-dosanya oleh Allah SWT. Ini merupakan ganjaran yang luar biasa bagi orang yang mau bersusah payah menjalankan puasa di bulan Syawal.Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah. Dengan demikian, marilah kita manfaatkan kesempatan emas ini untuk meraih pahala yang besar dan mensucikan diri dari dosa-dosa dengan menjalankan puasa Syawal selama enam hari setelah Idul Fitri. Pun semoga kita menjadi orang yang takwa, yang konsisten beramal kebajikan pasca Ramadhan. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ الآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II الْحَمْدُ لِلّٰهِ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ ثُمَّ الْحَمْدُ لِلّٰهِ. أَشْهَدُ أنْ لآ إلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ، عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ 3. Khutbah Jumat: Perkuat Ibadah Sunnah untuk Syawal yang Maksimal Khutbah I اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَأَمَّا بَعْدُ، فَيَآ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قال الله تعالى : وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِJamaah Shalat Jumat rahimakumullah, Mengawali khutbah Jumat ini, khatib mengajak kepada jamaah wabil kusus kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. terlebih setelah kita melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan yang memang tujuan utamanya adalah mencetak pribadi umat Islam yang bertakwa. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.(QS Al-Baqarah: 183) Setelah menjalani puasa di bulan Ramadhan, kita akan banyak mendapatkan banyak ujian dan akan terlihat apakah bulan Tarbiyah Ramadhan berhasil menjadikan pribadi kita orang yang mampu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Pertanyaannya, apakah kita bisa mempertahankan predikat takwa tersebut di masa-masa yang akan datang? Bagaimana cara untuk mempertahankannya? Sidang Jumat yang dirahmati Allah, Untuk mempertahankan agar predikat takwa bisa kita pertahankan pasca-Ramadhan, kita perlu memperkuat ibadah-ibadah sunnah terutama di bulan Syawal. Bulan ini menjadi momentum dan kesempatan bagi kita untuk melanjutkan dan meningkatkan semangat beribadah yang telah kita peroleh selama bulan Ramadhan. Kita perlu ketahui, menilik dari maknanya, kata "Syawal" (شَوَّالُ) berasal dari kata "Syala" (شَالَ) yang berarti "irtafaá" (اِرْتَفَعَ) yang dalam bahasa Indonesia memiliki makna "meningkatkan". Oleh karena itu, kita terus diingatkan untuk senantiasa meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan yang penuh kebahagiaan berupa Hari Raya Idul Fitri ini. Ada beberapa amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan di bulan Syawal agar kita dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Di antara amalan-amalan tersebut adalah pertama, melantunkan takbir. Begitu memasuki 1 Syawal kita diperintahkan oleh Allah untuk bertakbir mengagungkan kebesaran Allah. Kita bisa saksikan bersama-sama bagaimana takbir, tahmid, tahlil, dan dzikir-dzikir lainnya bergema saat Idul Fitri tiba. Allah berfirman: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ Artinya: Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah (takbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur. (QS Al-Baqarah: 185) Kedua adalah Shalat Idul Fitri. Shalat ini memiliki makna penting sebagai bentuk syukur kepada Allah atas kemenangan dan keberkahan yang kita dapatkan setelah menjalankan ibadah puasa Ramadan. Shalat Idul Fitri juga menjadi momen bagi umat Islam untuk berkumpul bersama, saling bermaaf-maafan, dan menguatkan tali persaudaraan. Hal ini ditunjukkan dengan shalat Jamaah Idul Fitri di berbagai tempat dengan materi-materi khutbah dengan berbagai tema untuk memaknai hari kemenangan. Rasulullah bersabda: عَنْ ابنِ مَسْعُوْد عَنِ النَّبِي ﷺ أَنَّهُ قَالَ اِذَا صَامُوْا شَهْرَ رَمَضَانَ وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ يَقُوْلُ اللهُ تَعَالىَ: يَا مَلاَئِكَتِيْ كُلُّ عَامِلٍ يَطْلُبُ أَجْرَهُ وَعِبَادِيْ اللَّذِيْنَ صَامُوْا شَهْرَهُمْ وَخَرَجُوْا اِلَى عِيْدِهِمْ يَطْلُبُوْنَ أُجُوْرَهُمْ أَشْهِدُوْا أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ Artinya: Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dari Nabi Muhammad, bahwa Nabi bersabda: ketika umat Nabi melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan dan mereka keluar untuk melaksanakan shalat Idul Fitri, maka Allah berfirman: wahai Malaikatku, setiap yang telah bekerja akan mendapatkan upahnya. Dan hamba-hambaku yang telah melaksanakan puasa Ramadhan dan keluar rumah untuk melakukan shalat Idul Fitri, serta memohon upah (dari ibadah) mereka, maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah memaafkan mereka.Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah. Ketiga adalah bersilaturahim. Bulan Syawal adalah waktu yang tepat untuk memperkuat tali persaudaraan dengan silaturahim. Melalui silaturahim, kita dapat memperbaiki hubungan dengan keluarga, kerabat, dan teman-teman yang mungkin sempat renggang selama bulan Ramadhan atau bahkan sebelumnya. Silaturahmi juga merupakan bentuk taat kepada Allah SWT, karena menjaga hubungan baik dengan sesama manusia adalah bagian dari ajaran Islam. Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, Jilid II, halaman 516 menjelaskan pada Hari Raya Idul Fitri, para sahabat Nabi Muhammad saw memiliki kebiasaan untuk saling mengunjungi dan bersilaturahmi. Dalam kunjungan tersebut, mereka saling mendoakan agar amal ibadah selama bulan Ramadhan diterima oleh Allah swt. Tradisi ini mempererat tali persaudaraan dan menjadi momentum saling mendoakan di antara sesama Muslim. Keempat adalah puasa Syawal. Puasa Syawal dianjurkan sesuai dengan hadits Rasulullah: مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ اَلدَّهْرِ Artinya: Barang siapa puasa Ramadhan, kemudian ia sertakan dengan puasa enam hari dari bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun penuh. (HR Muslim). Dalam kitab Lathâif al-Ma'ârif fîma li Mawâsim al-'Am min al-Wadhâif karya Ibnu Rajab al-Hanbali halaman 219-223 disebutkan lima keutamaan puasa syawal. Pertama, puasa sunnah Syawal adalah penyempurna puasa Ramadhan. Kedua, menyempurnakan pahala puasa menjadi pahala puasa setahun. Ketiga, membiasakan puasa setelah selesainya puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhan kita. Keempat, tanda syukur kita kepada Allah swt. Dan kelima, ibadah yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan tidak terputus dan melestarikan semangat Ramadhan. Jamaah Shalat Jumat rahimakumullah. Demikianlah amalan-amalan ibadah sunnah untuk menjadikan Syawal kita maksimal. Mudah-mudahan kita diberikan kekuatan dan hidayah Allah untuk dapat melaksanakannya dan senantiasa ketakwaan akan senantiasa berada dalam diri kita. Amin. جَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ اْلعَائِدِيْنَ وَاْلفَائِزِيْنَ وَاْلمَقْبُوْلِيْنَ، وَاَدْخَلَنَا وَاِيَّاكُمْ فِى زُمْرَةِ عِبَادِهِ الصَّالِحِيْنَ، اَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ لِى وَلَكُمْ، وَلِوَالِدَيْنَا وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، فَاسْتَغْفِرْهُ اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِنِ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ4. Khutbah Jumat: Menjaga Konsistensi Semangat Beribadah di Bulan SyawalKhutbah I اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِي هَدَانَا لِطَرِيْقِهِ الْقَوِيْمِ، وَفَقَّهَنَا فِي دِيْنِهِ الْمُسْتَقِيْمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ شَهَادَةً تُوَصِّلُنَا إِلىَ جَنَّاتِ النَّعِيْمِ، وَتَكُوْنُ سَبَبًا لِلنَّظْرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ السَّيِّدُ السَّنَدُ الْعَظِيْمُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أُوْلِى الْفَضْلِ الْجَسِيْمِ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ الْكَرِيْمِ، فَإِنِّي أُوْصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ الْحَكِيْمِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْن Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Mengawali khutbah Jumat di awal bulan Syawal kali ini, mari kita sama-sama memanjatkan puji serta syukur kita kepada Allah Swt yang telah memberikan kita nikmat iman, Islam, serta kesehatan sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang penuh dengan berkah ini.Shalawat dan salam kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, sosok teladan sepanjang zaman. Semoga kita semua termasuk umat yang mendapatkan syafaatnya di hari kiamat nanti.Karena, Nabi Muhammad Saw yang menjadi inspirasi bagi kita bagaimana meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah di bulan Ramadhan. Mudah-mudahan, semangat ibadah beliau di bulan Ramadhan bisa kita teladani terus walau Ramadhan nantinya akan berlalu.Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Kita baru saja melewati Bulan Ramadhan, di mana dalam bulan tersebut telah mengajarkan kita untuk lebih dekat kepada Allah dengan berbagai ibadah seperti puasa, shalat, sedekah, tilawah, dan amal kebajikan lainnya.Di bulan Ramadhan juga, berbagai ibadah terasa sangat ringan dilaksanakan karena dilakukan dengan keikhlasan dan berjamaah dengan penuh kebersamaan. Kita merasakan sendiri bagaimana kita mengalami lonjakan spiritual saat Ramadhan. Masjid penuh, Al-Qur'an sering dibaca, doa-doa lebih khusyuk, semangat berbagi kepada sesama juga tinggi.Tren positif ini tentu harus kita jaga dengan terus melakukan ikhtiar melalui peningkatan kekuatan untuk istiqamah dalam kebaikan. Lalu bagaimana upaya kita untuk menjaga semangat ibadah yang telah kita latih selama Ramadhan?SayyidAbdullah bin Alawi al-Haddaddidalam kitab RisalatulMu'awanah, mengungkapkan, ada empat hal yang bisa kita jadikan motivasi agar ibadah keseharian kita bisa stabil. Peningkatan motivasi ini sekaligus akan bisa menghalau perbuatan-perbuatan maksiat yang bisa saja dilakukan karena faktor bisikan setan ataupun kesempatan.Pertama, senantiasa menyadari keberadaan Allah swt yang mengetahui apa saja yang dilakukan oleh kita dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Kita harus sadar bahwa Allah yang menakdirkan semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini.Tidak ada satupun kejadian di dunia ini yang luput dari pandangan dan kehendak-Nya, baik terlihat dalam bentuk tindakan ataupun terbersit dalam hati. Terkait pengawasan ini, Rasulullah telah mengingatkan kita melalui hadisnya: أَنْ تَعْبــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ Artinya: Engkau menyembah Allah seakan engkau melihat-Nya, bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihatmu. (Riwayat Imam Muslim).Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Kedua, motivasi untuk mempertahankan semangat beribadah yang bisa kita lakukan yakni dengan menyadari bahwa Allah memiliki para malaikat yang bertugas mencatat amal dan perbuatan kita. Ada dua malaikat yang membersamai kita dalam hidup yang bernama Malaikat Raqib dan Atid.Mereka akan mencatat amal baik dan buruk kita. Ketika kita melakukan ibadah dan kebaikan maka kita akan mendapatkan balasan pahala. Sebaliknya, jika kita berbuat jahat dan buruk maka kita akan mendapatkan balasan dan dosa di dunia maupun di akhirat. Allah berfirman: فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ Artinya: Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya. Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya." (Surat Az-Zalzalah ayat 7).Ketiga, menyadari bahwa kehidupan di dunia ini memiliki batas yakni kematian yang merupakan sebuah keniscayaan. Ketika kematian sudah datang, maka tidak ada satupun makhluk di dunia ini yang sanggup untuk menolaknya.Canggihnya teknologi kedokteran pun tak akan sanggup untuk menghentikan takdir Allah berupa kematian. Ketika Allah berkehendak mencabut nyawa makhluknya, maka itu adalah kepastian yang tak bisa ditolak. Allah telah menyebut hal ini dalam Al-Qur'an surat Al-A'raf ayat 34: وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌۚ فَاِذَا جَاۤءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُوْنَ سَاعَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ Artinya: Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.Keempat, kita harus mengingat janji dan ancaman Allah swt. Dengan mengingat janji Allah, kita akan termotivasi untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah. Kemudian saat mengingat ancaman Allah, kita akan termotivasi untuk menjauhi segala yang dilarang oleh Allah Swt.Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah. Itulah empat cara agar kita mampu mempertahankan semangat ibadah yang telah tumbuh baik selama Ramadhan. Menutup khutbah ini, mari kita ingat hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Al-Hakim:مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ Artinya: Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barangsiapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِلْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ Khutbah II اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَاإِلٰهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمِ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثِ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ، اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ5. Khutbah Jumat: Setelah Ramadhan Pergi, Bagaimana Kita?Khutbah Iالْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُوَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَللهمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمدٍ وعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَأَمَّا بَعْدُفَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُونَ، وَقَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِأَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَMa'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah. Hari ini, di Jumat pertama bulan Syawal tahun 1446 H, kita masih berada dalam suasana pasca Ramadhan yang indah. Lima hari telah berlalu sejak gema takbir idul fitri memenuhi langit, sejak hati kita bergetar oleh rasa syukur dan kebahagiaan.Ada yang merayakan dengan kemenangan, ada pula yang masih terjebak dalam kenangan. Tapi satu hal yang pasti, Ramadhan telah pergi. Bagaimana dengan kita, apakah kita juga akan pergi meninggalkan kebiasaan baik yang telah kita bangun?Ramadhan bukan sekadar bulan yang datang dan pergi seperti angin lalu. Ia adalah madrasah, sekolah tempat kita belajar. Di sana kita diajari menahan rasa lapar agar tahu makna dari syukur. Kita diajari menahan haus agar mengerti arti dari ketabahan.Kita juga diajari sholat malam agar paham bahwa hubungan dengan Allah bukan hanya ritual, melainkan kebutuhan jiwa. Lalu, setelah sebulan penuh kita dididik di bulan Ramadhan, apakah kita akan kembali ke kebiasaan lama, seolah tak pernah belajar apa-apa? Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُArtinya: Dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (Q.S. Al-Hijr: 99)Jelas sudah, ibadah bukan hanya urusan Ramadhan. Al-Qur'an, yang kita baca dengan khusyuk selama bulan suci itu, seharusnya tetap kita baca, renungkan, dan amalkan setiap saat. Kita tidak bisa menjadi "hamba Ramadhan" yang hanya taat sebulan dalam setahun, lalu kembali lupa setelahnya.Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah. Imam Qatadah, seorang ulama besar ahli hadis, selalu mengkhatamkan Al-Qur'an dalam tujuh hari. Namun saat Ramadhan tiba, ia mengkhatamkannya setiap tiga hari.Dan di sepuluh malam terakhir Ramadhan? Ia membacanya setiap malam. Kita mungkin tak mampu seperti beliau, tapi kita bisa memetik satu hal, bahwa interaksi dengan Al-Qur'an bukan sekadar seremonial musiman, melainkan kebutuhan harian.Maka, di luar bulan Ramadhan, mari kita tetap hidup bersama Al-Qur'an. Bacalah ia, renungkan maknanya, dan amalkan ajarannya. Sebab Al-Quran bukan sekadar bacaan untuk mengisi waktu luang, tetapi cahaya bagi perjalanan hidup kita.Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّArtinya: Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang dilakukan secara terus-menerus, walaupun sedikit. (HR. Bukhari dan Muslim)Bulan suci memang telah berlalu, tetapi semangatnya harus tetap tinggal di dalam diri. Jika Ramadhan adalah bulan kedermawanan, maka janganlah kita berhenti berbagi hanya karena Syawal telah tiba. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah orang yang paling dermawan di bulan Ramadhan, tapi beliau juga tetaplah dermawan di luar bulan itu.Janganlah menunda untuk berbuat baik. Jangan menunggu bulan suci berikutnya untuk memulai kebaikan. Sebab hidup ini singkat, dan kematian bisa datang kapan saja. Betapa banyak orang yang berharap diberi kesempatan kedua untuk berbuat baik, tetapi ajal terlebih dahulu sudah menjemput mereka.Ma'asyiral Muslimin Jama'ah Jum'at Rahimakumullah. Jangan biarkan penyesalan itu datang pada kita. Jadilah hamba Allah sepanjang waktu, bukan hanya hamba Ramadhan. Sebab kebahagiaan sejati bukan hanya saat berbuka puasa setelah seharian menahan lapar.Melainkan ketika kelak kita berjumpa dengan Allah dalam keadaan Dia ridho kepada kita. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk istiqomah, dalam ketaatan kepada-Nya, dimanapun dan sampai kapan pun. Aamiin.بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ.Khutbah IIٱلْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَللهمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمدٍ وعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَأَمَّا بَعْدُ،فَيَا أَيُّهَا المُسْلِمُونَ، أُوْصِيكُمْ وَنَفْسِى بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ المُتَّقُونَ.إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا .اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ.اللَّهُمَّ ٱغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ، وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ.اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِينَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِينَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ.اللَّهُمَّ ٱجْعَلْ هٰذَا البَلَدَ آمِنًا مُطْمَئِنًّا وَسَائِرَ بِلَادِ المُسْلِمِينَ.عِبَادَ اللَّهِ،إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَٱذْكُرُوا اللَّهَ العَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ، وَٱشْكُرُوهُ عَلَىٰ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ، وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya