Sebuah laporan televisi Saudi baru-baru ini mengungkapkan angka yang mencengangkan terkait biaya operasional Masjidil Haram.Menurut laporan Al Ekhbariya TV, tagihan listrik bulanan untuk kompleks masjid yang sangat luas ini mencapai 15 juta Riyal Saudi (SAR), atau setara dengan Rp 67,4 miliar per bulan (kurs 1 SAR = Rp 4.509).Baca juga: Pertama setelah 2 Dekade, Masjidil Haram Tanpa CraneDilansir dari Gulf News, Rabu (9/5/2025), Masjid yang menjadi pusat ibadah umat Islam ini mengkonsumsi hampir 100 megavolt ampere (MVA) energi setiap hari. Angka ini mencerminkan tingginya kebutuhan energi untuk mengoperasikan fasilitas megastruktur yang terus berkembang tersebut.Laporan itu disiarkan bertepatan dengan selesainya proyek perluasan ketiga Masjidil Haram yang terbesar dalam sejarah. Proyek ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas masjid agar dapat menampung lebih dari 2 juta jamaah secara bersamaan, terutama selama musim haji dan bulan suci Ramadan.Distribusi konsumsi energi ini meliputi berbagai fasilitas vital, termasuk:8.000 speaker8.000 kamera pengintai untuk keamanan.120.000 unit pencahayaan untuk menerangi area yang luas.519 eskalator untuk memudahkan pergerakan jemaah.100 layar interaktif yang menyediakan informasi dalam 16 bahasa berbeda.883 unit pendingin udara4.323 kipas ventilasi dan kabutSistem pendingin dengan kapasitas 155.000 ton.Baca juga: Rekor! 25 Juta Orang salat di Masjidil Haram pada 10 Hari Pertama RamadanFasilitas-fasilitas canggih tersebut berperan penting dalam menciptakan kenyamanan dan kelancaran bagi jutaan jamaah yang datang. Khususnya selama Ramadan ketika jumlah pengunjung membludak menjelang 10 hari terakhir.Namun, laporan tersebut memicu berbagai tanggapan. Beberapa di antaranya menyebutkan bahwa biaya operasional besar ini dapat ditopang melalui pungutan khusus dari hotel dan bisnis lain di sekitar wilayah Masjidil Haram, guna menjaga keberlangsungan pelayanan dan infrastruktur kelas dunia yang ada di masjid tersebut.