Lebaran Ketupat merupakan salah satu tradisi yang populer di kalangan masyarakat muslim Jawa. Perayaan ini dilaksanakan beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri.Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Lebaran Ketupat dirayakan pada hari kedelapan bulan Syawal. Dengan begitu, tanggal Lebaran Ketupat ini berbeda setiap tahunnya sehingga perlu dilakukan konversi ke dalam penanggalan Masehi lebih dulu.Lantas, Lebaran Ketupat 2025 tanggal berapa?Untuk itu, berikut jadwal perayaan Lebaran Ketupat 2025 beserta sejarah dan maknanya. Yuk, disimak!Lebaran Ketupat 2025 Tanggal Berapa?Berdasarkan hasil sidang Isbat, Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan Idul Fitri atau 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Sehingga, Lebaran Ketupat yang dilaksanakan pada 8 Syawal jatuh pada hari Senin, 7 Senin 2025.Sejarah Tradisi Lebaran KetupatDilansir dari Jurnal Universitas PGRI Palangka Raya berjudul "Makna Simbolik dan Kultural Tradisi Lebaran Ketupat Bagi Masyarakat Jawa", tradisi Lebaran Ketupat dalam Islam diperkenalkan pertama kali oleh salah satu Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga pada abad ke-15 atau sekitar tahun 1600-an. Pada saat itu, Raden Mas Sahid atau Sunan Kalijaga memperkenalkan istilah "ba'da" atau "bakda Lebaran" dan "Bakda Kupat," yang berarti setelah Lebaran atau setelah Kupat.Bakda Lebaran sendiri merupakan rangkaian pelaksanaan sholat Id yang dilaksanakan pada 1 Syawal, yang diikuti dengan saling berkunjung untuk menjalin silaturahmi. Sementara itu, Bakda Kupat diperingati seminggu setelah Lebaran Idul Fitri dan setelah enam hari berpuasa di bulan Syawal.Pada waktu tersebut, masyarakat muslim Jawa umumnya membuat ketupat untuk dimakan bersama-sama. Kemudian berkembang menjadi tradisi untuk membagikan atau mengantarkan ketupat kepada kerabat dekat atau orang yang lebih tua.Selain itu, budayawan Zastrouw Al-Ngatawi menekankan bahwa tradisi kupatan atau Lebaran Ketupat adalah bentuk adaptasi ajaran Islam dalam budaya masyarakat Nusantara. Tradisi ini menjadi salah satu cara Walisongo mengenalkan ajaran Islam tentang bersyukur kepada Allah SWT, bersedekah, dan menjalin silaturahmi di masyarakat.Para Walisongo menggunakan tradisi kupatan sebagai sarana untuk menyebarkan syiar agama. Dalam tradisi tersebut, hidangan berupa ketan, kolak, dan apem disajikan dalam wadah pisang berbentuk takir.Setiap bagian dalam tradisi ini memiliki makna yang mendasar pada ajaran agama Islam. Yakni ketan melambangkan kata "khatam" (selesai) dalam beribadah, takir berasal dari kata "dzikir," dan apem berasal dari kata "afwan," yang berarti ampunan atas dosa.Baca juga: Mengenal Tradisi Ma'burasa, Merawat Nilai-nilai Leluhur Warga Bugis-MakassarMakna Perayaan Lebaran KetupatKetupat atau kupat dalam bahasa Jawa berasal dari kata papat atau empat, bentuknya pun persegi empat. Hal ini melambangkan simbol rukun Islam keempat, yaitu puasa di bulan Ramadhan.Kata ketupat atau kupat juga merupakan singkatan dari "ngaku lepat" yang berarti mengakui kesalahan. Ungkapan ini mengingatkan bahwa setiap manusia pasti pernah berbuat salah terhadap sesama.Sementara itu, janur atau daun kelapa yang digunakan untuk membungkus ketupat melambangkan "jatining nur" yang artinya hati nurani. Lalu, beras yang dimasukkan dalam anyaman ketupat tersebut menggambarkan nafsu duniawi.Dengan demikian, bentuk ketupat melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani. Tradisi kupatan ini sebagai pengingat agar setiap orang mengakui kesalahannya dan saling memaafkan.Saat berkunjung, tamu yang disuguhi ketupat pada hari Lebaran diharapkan memakannya sebagai tanda bahwa mereka telah saling memaafkan. Perilaku ini diharapkan dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang damai, tenang, dan tenteram.Selain itu, Lebaran Ketupat juga melambangkan kemenangan karena berhasil menahan hawa nafsu selama bulan Ramadhan, termasuk puasa enam hari di bulan Syawal. Sebab, Lebaran Ketupat ini juga disebut sebagai puncak dari pekan Syawalan yang dirayakan pada 8 Syawal, seminggu setelah Idul Fitri.Baca juga: Tradisi Halal Bihalal: Makna, Latar Belakang, hingga TujuannyaKetupat yang disajikan pada Lebaran Ketupat ini memiliki dua bentuk, yaitu segi empat dan segi lima. Masing-masing memiliki makna yang berbeda, berikut penjelasannya:Ketupat Segi EmpatKetupat ini mencerminkan prinsip kiblat "papat lima pancer" yang bermakna kemanapun manusia pergi, pasti selalu kembali kepada Allah SWT. Kiblat ini juga menggambarkan empat nafsu manusia, yakni amarah (nafsu emosional), aluamah (nafsu untuk memuaskan lapar), supiah (nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah), dan muthmainnah (nafsu untuk memaksa diri).Keempat nafsu tersebut harus ditaklukkan selama berpuasa. Jadi dengan memakan ketupat tersebut, disimbolkan bahwa seseorang telah berhasil menaklukkan keempat nafsu tersebut. Beberapa masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman ketupat sebagai gambaran kesalahan manusia.Sementara warna putih pada ketupat yang dibelah mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah memohon ampun. Serta beras di dalam ketupat melambangkan kemakmuran setelah hari raya.Ketupat Segi LimaAdapun ketupat dengan bentuk segi lima bermakna "barang limo rak kenoucul" atau ada lima hal yang tidak boleh lepas. Yakni lima waktu shalat, di antaranya adalah Subuh, Zuhur, Asar, Maghrib, dan Isya.Kemudian, salah satu lauk yang disajikan dengan ketupat adalah kerupuk, yang diartikan sebagai tumpukan kesalahan di masa lalu. Kesalahan ini bisa terhapus dengan saling memaafkan.Ketupat menjadi simbol permohonan ampun dan maaf yang berkaitan dengan hak-hak Allah (hablum min-Allah) dan sesama manusia (hablum minan-nas). Oleh karena itu, ketupat juga sering ditemukan pada Hari Raya Idul Fitri, yang merupakan momen penyucian diri dan saling memaafkan antar sesama.Nah, itulah informasi mengenai jadwal Lebaran Ketupat 2025 beserta sejarah dan makna pelaksanaannya. Semoga bermanfaat ya!