Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Brightly Global (BG) Academy di Jalan Raya Abianbase, Kelurahan Kapal, Kecamatan Mengwi, Badung, Bali, digeruduk sejumlah peserta pelatihan, Sabtu sore (5/4/2025). Mereka protes lantaran skema program studi sambil bekerja paruh waktu ke Melbourne, Australia, tak ada kejelasan.Program studi sambil bekerja paruh waktu ke Australia diikuti 15 peserta yang terdaftar dalam gelombang ketiga (batch 3) sejak Februari 2025. Namun, ada delapan peserta yang batal melanjutkan. Mereka datang bersama para orang tua menemui manajemen LPK BG Academy.Baca juga: Tak Kunjung Berangkatkan PMI ke Luar Negeri, Pemilik LPK DipolisikanSalah satu peserta, Duta Kirana Lamben, mulanya tertarik karena telah dijamin program tersebut akan berhasil. Sebab, mereka diiming-imingi program studi di Russell College, Australia, dengan student visa yang 99 persen dijamin disetujui (granted).Namun, pemuda 21 tahun asli Sanur, Denpasar, itu memilih batal ikut karena merasa tidak ada kesesuaian proses. Hal itu membuat ia dan tujuh peserta yang lain ragu. Apalagi, tidak semua peserta bisa berhasil berangkat karena tidak ada jaminan visa Australia bisa 100 persen granted."Skemanya 2,5 bulan, harus ikut program OJT (on the job training) sebagai syarat untuk apply visa ke Australia. OJT tiba-tiba ditiadakan. Padahal banyak mahasiswa baru yang belum punya pengalaman food and beverage (F&B)," tutur Duta di lokasi.Awalnya, mantan Direktur Hospitality & Cruiseline BG Academy, Nengah Kurniawan, menyatakan menjamin program ini berhasil. Hal itu membuat Duta dan orang tuanya yakin. Visa para kandidat yang ikut pelatihan di BG Academy dikatakan 99 persen lolos sehingga bisa melanjutkan studi."Tetapi, kami dapat informasi dan itu memang fakta, kakak kelas kami di batch kedua, ada enam orang yang visanya ditolak. Tetapi, informasi ini tidak disampaikan, malah terkesan ditutup-tutupi," keluh Duta.Ayah Duta, I Wayan Sudina, dalam pertemuan itu kecewa karena informasi itu tidak utuh disampaikan saat pelaksanaan orientasi. Mereka mengaku telah diimingi bahwa visa Australia dijamin akan granted.Walhasil, para orangtua peserta rela mengeluarkan biaya hingga puluhan juta agar anak mereka berhasil mengikuti program studi. "Saya orangnya fair saja. Kalau saya tahu informasi ini di awal, tidak mungkin saya akan mengikutkan anak kami," ketus Sudina.Selain itu, sejumlah peserta menyoroti kualitas pelatihan yang tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Duta mengakui, biaya untuk pelatihan F&B sebesar Rp 22,5 juta. Ada pula peserta yang mempertanyakan bukti pembayaran tuition fee ke Australia sebesar Rp 45 juta."Katanya langsung direct, tidak lewat tangan kedua atau ketiga. Cuman apa benar dana itu sudah dikirim, kami nggak dapat bukti," ucap peserta lainnya, Ayu Priska Dewi.CEO BG Academy, Tjok Tuty Ismayanthi, menegaskan ada miskomunikasi oleh salah satu direktur, Nengah Kurniawan, yang sudah mengundurkan diri per 21 Maret 2025. "Kami mewakili kampus, menyatakan bertanggung jawab atas kekeliruan informasi yang dilakukan salah satu manajemen kampus kami," ungkap Tjok Tuty.Tjok Tuty mengakui penjelasan yang disampaikan sebelumnya tidak sesuai dengan SOP skema Australia yang ditetapkan kampus BG Academy. Keterangan peserta yang melakukan pelatihan di BG Academy pasti 99 persen lolos saat pengajuan visa dan pasti bisa melanjutkan studi ke Australia adalah keliru."Padahal dalam SOP tertulis kami jelas jika visa peserta tidak disetujui, maka ada hak-hak yang berhak di-refund pada student. Ini menunjukkan dari awal kami transparan sudah mencantumkan ada kemungkinan visa tidak granted atau tidak lolos," tegas Tjok Tuty."Yang dikeluhkan orang tua peserta tadi, salah satu direktur kami saat itu tidak menekankan ada kemungkinan visa tidak granted dari Imigrasi Australia. Ini menyebabkan mispersepsi. Orang tua peserta menyangka dengan mendaftarkan anaknya di BG, maka pasti akan lolos Visa-nya," sambung Tjok Tuty.Baca juga: BP3MI Minta Pencari Kerja Laporkan Lembaga Pelatihan Kerja Abal-AbalBG Academy akan bertanggung jawab atas tuntutan para peserta yang memutuskan batal lanjut program. Tjok Tuty mengakui peserta merasa mendapatkan informasi yang tidak sesuai sehingga meminta uang SPP pelatihan mereka di BG Academy dikembalikan utuh."Meskipun pelatihan dan wisuda sudah terlaksana. Begitu juga dana apply pendaftaran ke kampus di Australia dapat dikembalikan penuh," kata Tjok Tuty.Tjok Tuty juga berjanji akan menindaklanjuti tuntutan peserta bisa selesai paling lambat akhir April meskipun peserta meminta agar masalah ini tuntas 9 April 2025 ini. Masalah ini akan disampaikan dahulu ke yayasan dan mitra di Australia agar pengembalian dana bisa dibantu segera.