Kisah Khulafaur Rasyidin, Ada Abu Bakar As-Shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib

Kisah Khulafaur Rasyidin, Ada Abu Bakar As-Shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib

sto2025/04/05 15:35:08 WIB
Ilustrasi Khulafaur Rasyidin. (Foto: Getty Images/GN STUDIO)

Kisah Khulafaur Rasyidin adalah salah satu bagian paling penting dalam sejarah Islam. Keempat khalifah pertama, yaitu Abu Bakar As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib, memegang peran krusial dalam menjaga dan menyebarkan ajaran Islam. Rasulullah SAW sendiri pernah bersabda mengenai mereka:أَبُو بَكْرٍ فِي الْجَنَّةِ، وَعُمَرُ بن الْخَطَّابِ فِي الْجَنَّةِ، وَعُثْمَانُ بن عَفَّانِ فِي الْجَنَّةِ وَعَلِيُّ بن أَبِي طَالِب فـــي الْجَنَّةِ"Abu Bakar di surga, bin Khattab di surga, Utsman bin Affan di surga, dan Ali bin Abi Thalib di surga." (HR Tirmidzi, Ahmad, dan Abdurrahman bin Auf)Keempatnya dikenal sebagai pemimpin yang adil, jujur, serta memiliki jasa besar bagi umat Islam. Penasaran seperti apa kisah Khulafaur Rasyidin selengkapnya, detikers? Mari kita simak penjelasan berikut!Baca juga: Kisah Singkat Nabi Muhammad SAW dari Lahir hingga WafatAbu Bakar As-ShiddiqKhulafatur Rasyidin yang pertama adalah Abu Bakar As-Shiddiq yang diangkat tepat setelah Rasulullah SAW wafat. Mari kita simak kisah selengkapnya yang dirangkum dari buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas 5 tulisan Rusli Ishaq dan Bahroin Suryantara serta Sejarah Peradaban Islam Terlengkap oleh Rizem Aizid berikut ini!1. Kehidupan Abu Bakar As-ShiddiqAbu Bakar As-Shiddiq lahir dari keluarga Quraisy terhormat dan memiliki hubungan nasab dengan Nabi Muhammad SAW. Sebelum masuk Islam, ia adalah seorang pedagang sukses yang dikenal jujur dan dermawan. Setelah memeluk Islam, ia aktif berdakwah dan mengajak banyak tokoh penting untuk bergabung, termasuk Utsman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf.Keimanannya begitu kuat sehingga ia mendapat gelar 'As-Shiddiq' karena selalu membenarkan Rasulullah, terutama dalam peristiwa Isra' Mi'raj. Kekayaannya banyak digunakan untuk kepentingan Islam, termasuk membebaskan budak yang disiksa karena keislamannya, seperti Bilal bin Rabah.Abu Bakar juga dikenal karena kesetiaannya kepada Rasulullah SAW. Ia selalu melindungi beliau dari ancaman kafir Quraisy, termasuk saat hijrah ke Madinah, di mana ia menemani Nabi dan memastikan keamanan Gua Tsur sebelum mereka bersembunyi. Dalam Perang Badar, ia menjadi sosok pertama yang menyatakan kesiapan berperang demi Islam, yang kemudian membakar semangat pasukan Muslim lainnya.Keteguhan hatinya juga terlihat saat membela Rasulullah dalam peristiwa Isra Miraj meski banyak orang yang meragukannya. Abu Bakar tidak hanya seorang sahabat, tetapi juga pelindung dan pejuang yang selalu berada di garis depan dalam membela agama Islam.2. Pengangkatan Abu Bakar As-Shiddiq sebagai KhalifahSetelah wafatnya Rasulullah SAW, terjadi perdebatan antara kaum Muhajirin dan Anshar mengenai siapa yang layak menjadi pemimpin umat Islam. Kaum Anshar awalnya ingin memilih pemimpin dari golongan mereka, tetapi dalam musyawarah di Balai Bani Saidah, Abu Bakar As-Shiddiq dengan bijaksana mengusulkan Umar bin Khattab atau Abu Ubaidah ibn Jarrah.Namun, para sahabat justru mengakui keutamaan Abu Bakar, mengingat kedekatannya dengan Rasulullah dan perannya sebagai imam sholat. Dengan penuh keikhlasan, Umar dan sahabat lainnya membaiat Abu Bakar sebagai khalifah pertama. Setelah pengangkatannya, Abu Bakar menyampaikan khutbah singkat yang menegaskan prinsip kepemimpinannya, yaitu kejujuran sebagai amanat, keadilan bagi semua, serta pentingnya jihad dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.3. Perkembangan Islam pada Era Abu BakarPada masa kekhalifahan Abu Bakar As-Shiddiq, berbagai kemajuan signifikan berhasil dicapai dalam penguatan dan penyebaran Islam. Dari segi sosial, ia menstabilkan wilayah Islam dengan menumpas pemberontakan orang-orang murtad, nabi palsu, dan kelompok yang menolak membayar zakat.Wilayah Islam juga berkembang dengan ekspansi ke Irak dan Suriah untuk menghadapi ancaman dari Persia dan Bizantium. Salah satu pencapaian terbesar Abu Bakar adalah menginisiasi pengumpulan ayat-ayat Al-Quran atas usulan Umar bin Khattab, demi menjaga kemurniannya setelah banyak sahabat penghafal Al-Quran gugur dalam pertempuran.Sebagai pemimpin, Abu Bakar meneladani Nabi Muhammad SAW dengan menerapkan prinsip musyawarah dalam pemerintahan, serta menjaga kesejahteraan umat dengan membentuk Baitul Mal dan lembaga peradilan. Langkah-langkah ini meletakkan dasar kuat bagi perkembangan Islam di masa selanjutnya.4. Wafatnya Abu BakarSaat pertempuran di Ajnadain, Syam, Khalifah Abu Bakar jatuh sakit. Menjelang wafatnya, ia berwasiat agar Umar bin Khattab menjadi penggantinya demi mencegah perpecahan di kalangan umat Islam.Wasiat tersebut ditulisnya sendiri sebelum meninggal. Setelah wafat pada 21 Jumadil Akhir 13 H (22 Agustus 634 M) setelah memimpin selama 2 tahun 3 bulan 10 hari, para sahabat segera bermusyawarah dan sepakat mengangkat Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua.Umar bin KhattabDirangkum dari buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap tulisan Rizem Aizid serta Pengantar Sejarah Peradaban Islam Periode Awal-Pertengahan oleh Murdiono, berikut ini adalah kisah Umar bin Khattab yang menjadi khalifat setelah wafatnya Abu Bakar As-Shiddiq.1. Kehidupan Umar bin KhattabUmar bin Khattab lahir di Makkah pada tahun 583 M dari Bani Adi, salah satu suku terpandang di Quraisy. Ia dikenal memiliki tubuh tegap, watak keras, keberanian luar biasa, serta kecerdasan yang tajam. Sebelum masuk Islam, Umar adalah tokoh yang disegani di Makkah, bahkan ia sempat menentang keras ajaran Nabi Muhammad SAW dan ikut menyiksa kaum muslim.Namun, hatinya luluh setelah membaca ayat-ayat Al-Quran yang dimiliki oleh saudara perempuannya. Sejak itu, ia menjadi seorang muslim yang sangat berpengaruh dan berperan penting dalam membela Islam. Setelah masuk Islam, ia meninggalkan kebiasaan jahiliah seperti mengubur anak perempuan hidup-hidup dan meminum khamar. Ia pun menjadi salah satu sahabat paling dekat dengan Rasulullah SAW serta berkontribusi besar dalam penyebaran Islam.2. Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai KhalifahSetelah Abu Bakar Ash-Shiddiq jatuh sakit, ia menyadari pentingnya menetapkan penerus untuk menghindari perpecahan di kalangan umat Islam. Dalam prosesnya, Abu Bakar meminta pendapat dari para sahabat dan mayoritas menyetujui bahwa Umar bin Khattab adalah sosok yang paling layak untuk menggantikannya.Abu Bakar kemudian menuliskan wasiat yang menetapkan Umar sebagai khalifah berikutnya. Wasiat tersebut dibacakan di hadapan umat Islam dan mendapat persetujuan dari mereka. Setelah Abu Bakar wafat, umat Islam secara resmi membaiat Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua, meneruskan kepemimpinan dalam menjaga dan memperluas ajaran Islam.3. Perkembangan Islam pada Era Umar bin KhattabPada masa pemerintahan Umar bin Khattab, Islam mengalami perkembangan pesat dalam berbagai aspek. Pertama, ekspansi wilayah Islam semakin meluas, berhasil menaklukkan Persia, Irak, Byzantium, dan Mesir. Keberhasilan ini menandai kemenangan bangsa Arab atas Persia dan Romawi, menjadikan Islam sebagai kekuatan besar di dunia.Kedua, Umar bin Khattab juga membangun kota-kota baru sebagai pusat administrasi dan pengembangan Islam, seperti Basrah, Kufah, dan Fustat. Kota-kota ini tidak hanya menjadi pusat pemerintahan, tetapi juga berkembang sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.Ketiga, ia menerapkan sistem perpajakan yang lebih terstruktur dengan mengadaptasi konsep dari Persia, menciptakan sistem keuangan negara yang lebih rapi untuk membiayai pemerintahan dan ekspansi Islam. Dengan kebijakan ini, pemerintahan Umar bin Khattab semakin kuat, stabil, dan mampu mendukung kesejahteraan umat Islam.4. Wafatnya Umar bin KhattabUmar bin Khattab wafat pada 3 November 644 M setelah mengalami serangan fatal pada 31 Oktober 644 M. Seorang pembunuh yang tidak puas dengan kebijakan pemerintahannya menikamnya, menyebabkan luka serius yang akhirnya merenggut nyawanya. Selama masa kepemimpinannya, Umar dikenal sebagai pemimpin yang adil, tegas, dan berhasil memperluas wilayah Islam ke berbagai penjuru, termasuk Persia, Afrika Utara, dan Timur Tengah.Wafatnya Umar menimbulkan kekosongan kepemimpinan dalam pemerintahan Islam. Setelah proses pemilihan, Utsman bin Affan terpilih sebagai khalifah ketiga yang melanjutkan kepemimpinan umat Islam.Utsman bin AffanKhalifah yang memimpin setelah wafatnya Umar adalah Utsman bin Affan. Mari kita simak kisah selengkapnya yang dirangkum dari buku Pengantar Sejarah Peradaban Islam Periode Awal-Pertengahan oleh Murdiono serta Sejarah Peradaban Islam Terlengkap Rizem Aizid berikut ini!1. Kehidupan Utsman bin AffanUtsman bin Affan adalah khalifah ketiga dalam Islam yang berasal dari suku Quraisy. Ia dikenal sebagai seorang saudagar kaya yang dermawan serta penulis wahyu Nabi Muhammad SAW. Utsman memeluk Islam atas ajakan Abu Bakar dan memiliki akhlak yang lembut serta berbudi pekerti luhur.Karena kebaikannya, ia dinikahkan dengan putri Nabi, Ruqayyah. Setelah wafatnya Ruqayyah, ia menikah dengan Ummu Kultsum, sehingga mendapat julukan Dzun Nurain (Pemilik Dua Cahaya).Setelah wafatnya Umar bin Khattab, Utsman terpilih sebagai khalifah melalui musyawarah di antara enam calon yang telah ditunjuk sebelumnya. Pemilihan ini dipimpin oleh Abdurrahman bin Auf, dan Utsman akhirnya memperoleh mandat setelah bersaing ketat dengan Ali bin Abi Thalib.2. Pengangkatan Utsman bin Affan Menjadi KhalifahSetelah wafatnya Umar bin Khattab pada tahun 644 M, sebuah majelis Syura dibentuk untuk memilih khalifah baru. Majelis ini terdiri dari enam sahabat terkemuka yang telah ditunjuk oleh Umar sebelum kematiannya, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqas, Zubair bin Awwam, dan Talhah bin Ubaidillah. Setelah proses musyawarah dan pertimbangan, Utsman bin Affan akhirnya terpilih sebagai khalifah berdasarkan ketokohan, kebijaksanaan, dan kepemimpinannya.Utsman menerima baiat dari umat Islam dan memimpin selama 12 tahun (644-656 M). Namun, pengangkatannya tidak diterima oleh semua pihak. Kelompok pendukung Ali bin Abi Thalib merasa bahwa Ali lebih layak menjadi khalifah, yang kemudian memicu ketegangan di kalangan umat Islam dan menjadi cikal bakal konflik internal di masa mendatang.3. Perkembangan Islam pada Era Utsman bin AffanMasa kepemimpinan Utsman bin Affan berlangsung selama 12 tahun (24-36 H/644-656 M). Ini menjadikannya sebagai khalifah dengan periode pemerintahan terpanjang di antara Khulafaur Rasyidin.Pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, Islam mengalami perkembangan pesat, terutama dalam perluasan wilayah dan administrasi pemerintahan. Wilayah Islam semakin luas mencakup Armenia, Kaukaz, Persia, Khurasan, Afrika Utara, serta pulau-pulau di Laut Tengah. Selain itu, Utsman membentuk armada laut pertama dalam sejarah Islam untuk memperkuat pertahanan dan ekspansi maritim.Dalam bidang keagamaan, Utsman bin Affan melakukan kodifikasi Al-Quran dalam bentuk Mushaf Utsmani, yang hingga kini menjadi standar bacaan umat Islam di seluruh dunia. Ia juga memperluas Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah guna menampung jumlah jamaah yang terus bertambah.Selain itu, ia memperkenalkan sistem administrasi pemerintahan yang lebih terstruktur. Saat memimpin, Utsman bin Affan menginisiasi pendirian mahkamah dan peningkatan kesejahteraan rakyat, menjadikan pemerintahannya sebagai salah satu era kemajuan dalam sejarah Islam.4. Kekacauan Selama Kekhalifahan Utsman bin AffanSayangnya, masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan tidak selalu berjalan mulus dan diwarnai berbagai tantangan. Khalifah ketiga ini harus menghadapi berbagai kekacauan yang mengganggu stabilitas kepemimpinannya. Salah satu pemicunya adalah kebijakan penggantian beberapa pejabat yang dianggap kurang efektif dengan figur baru, termasuk dari kalangan keluarganya.Langkah ini memicu ketidakpuasan di berbagai wilayah, terutama di Kufah dan Mesir. Gerakan oposisi semakin kuat setelah Abdullah bin Saba', seorang tokoh yang disebut-sebut sebagai pencetus aliran Syi'ah, menyebarkan propaganda anti-Bani Umayyah. Hasutan ini mempengaruhi banyak penduduk yang kemudian menuntut pencopotan pejabat-pejabat Utsman dan menuduhnya melakukan nepotisme.Puncak kekacauan terjadi ketika sekelompok penduduk dari Mesir yang awalnya puas dengan keputusan Utsman untuk mengganti gubernur mereka, kembali ke Madinah setelah menemukan surat misterius yang diduga memerintahkan pembunuhan gubernur baru mereka. Meskipun surat itu diyakini dibuat oleh Marwan bin Hakam, mereka tetap menyalahkan Utsman dan mengepung rumahnya selama 40 hari.5. Wafatnya Utsman bin AffanMeski dikepung selama 40 hari, Utsman tetap menolak mundur dari jabatannya. Ia berpegang teguh pada pesan Nabi Muhammad SAW bahwa ia tidak boleh melepaskan kepemimpinannya. Di tengah pengepungan, Utsman tetap menunjukkan kesabaran dan memilih untuk tidak menggunakan kekerasan terhadap para pemberontak.Sahabat-sahabatnya, seperti Ali bin Abi Thalib, Zubair bin Awwam, serta Hasan dan Husein, berusaha menjaga keamanannya. Namun, akhirnya para pemberontak berhasil menerobos masuk dan membunuh Utsman saat ia tengah membaca Al-Quran.Riwayat menyebutkan beberapa pelaku pembunuhan, di antaranya Muhammad bin Abu Bakar, Aswadan bin Hamrab, serta Al-Ghafiki dan Sudan bin Hamran. Wafatnya Utsman bin Affan pada 17 Dzulhijjah 35 H (656 M) menjadi titik awal ketegangan politik yang semakin tajam dan memicu perpecahan dalam umat Islam, yang berujung pada pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah berikutnya.Ali bin Abi ThalibKisah Khulafaur Rasyidin yang terakhir adalah Ali bin Abi Thalib. Mari kita simak kisah selengkapnya yang dihimpun dari buku Pengantar Sejarah Peradaban Islam Periode Awal-Pertengahan oleh Murdiono serta Sejarah Peradaban Islam Terlengkap: Periode Klasik, Pertengahan, dan Modern tulisan Rizem Aizid berikut ini!1. Kehidupan Ali bin Abi ThalibAli bin Abi Thalib lahir di Makkah pada 12 Rajab, sekitar 30 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ia berasal dari keluarga Bani Hasyim, dengan ayah bernama Abu Thalib dan ibu bernama Fatimah binti Asad. Sejak kecil, Ali dikenal sebagai anak yang cerdas dan memiliki keberanian luar biasa. Awalnya, ibunya memberinya nama Al-Haidarah yang berarti singa, tetapi kemudian ayahnya menggantinya dengan nama Ali.Ali dibesarkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW karena ingin membantu meringankan beban pamannya, Abu Thalib, yang memiliki tanggungan keluarga besar. Sejak kecil, ia mendapat pendidikan langsung dari Rasulullah dan tumbuh dalam lingkungan yang penuh dengan nilai-nilai Islam.Ali menjadi orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak, setelah Siti Khadijah. Kedekatannya dengan Nabi tidak hanya menjadikannya seorang yang berilmu, tetapi juga seorang pejuang yang selalu berada di garis depan dalam berbagai peperangan bersama Rasulullah. Karena keberaniannya, ia mendapat julukan Singa Allah dan kehormatan dengan sebutan Karamallahu Wajhahu, yang berarti semoga Allah memuliakan wajahnya.2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib Menjadi KhalifahSetelah wafatnya Utsman bin Affan pada tahun 656 M, umat Islam menghadapi kekosongan kepemimpinan di tengah situasi yang penuh gejolak. Para pemberontak yang terlibat dalam pengepungan rumah Utsman menguasai keadaan, sehingga pembaiatan khalifah berikutnya berada dalam tekanan mereka. Banyak umat Islam mendesak Ali bin Abi Thalib untuk mengambil alih kepemimpinan karena kedekatannya dengan Nabi Muhammad SAW serta reputasinya sebagai sosok yang adil dan bijaksana.Meskipun awalnya ragu, Ali akhirnya menerima amanah sebagai khalifah dan dibaiat oleh mayoritas umat Islam, termasuk sahabat senior seperti Thalhah dan Zubair. Namun, ada kelompok yang menolak kepemimpinannya, terutama pihak yang menuntut kejelasan atas pembunuhan Utsman, seperti Muawiyah bin Abu Sufyan, gubernur Suriah. Perbedaan ini memicu ketegangan dalam pemerintahan Ali, yang kemudian berkembang menjadi konflik besar dalam sejarah Islam.3. Gejolak pada Masa Kekhalifahan Ali bin Abi ThalibPada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, umat Islam mengalami serangkaian peperangan akibat perpecahan internal. Perang Jamal menjadi konflik pertama yang terjadi, dipicu oleh tuntutan Aisyah, Thalhah, dan Zubair agar Ali mengusut tuntas pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan. Pasukan Ali bertempur melawan mereka di Basrah, dan pertempuran dinamakan Perang Jamal karena Aisyah berada di atas unta saat pertempuran berlangsung. Perang ini berakhir dengan kemenangan Ali, sementara Aisyah kembali ke Madinah dan Thalhah serta Zubair gugur dalam pertempuran.Konflik berikutnya adalah Perang Siffin, yang terjadi antara pasukan Ali dan Mu'awiyah bin Abu Sufyan, gubernur Syam yang menolak membaiat Ali sebagai khalifah sebelum para pembunuh Utsman diadili. Pertempuran berlangsung sengit hingga Mu'awiyah mengusulkan arbitrase, yang kemudian menyebabkan ketidakpuasan di pihak Ali dan memunculkan kelompok Khawarij, yang akhirnya memberontak terhadap Ali. Untuk meredam pemberontakan ini, Ali memerangi mereka dalam Perang Nahrawan, di mana pasukannya berhasil mengalahkan Khawarij, tetapi kekuatan militernya semakin melemah, sementara Mu'awiyah semakin memperkuat posisinya di Syam.Pada akhirnya, perlawanan terhadap Ali mencapai puncaknya ketika ia dibunuh oleh seorang Khawarij bernama Abdurrahman bin Muljam pada 20 Ramadhan 40 H (661 M). Sepeninggal Ali, putranya, Hasan bin Ali, sempat diangkat sebagai khalifah, tetapi memilih berdamai dengan Mu'awiyah demi mencegah pertumpahan darah lebih lanjut. Hasan menyerahkan kekuasaan kepada Mu'awiyah, menandai berakhirnya era Khulafaur Rasyidin dan dimulainya pemerintahan Bani Umayyah.Baca juga: Kisah Nabi Idris Bersahabat dengan Malaikat Izrail-Puasa Setiap HariDemikianlah penjelasan lengkap mengenai kisah Khulafaur Rasyidin, mulai dari Abu Bakar As-Shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib. Semoga bermanfaat!

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya