Akhir Pelarian Noordin M Top, Disergap Jelang Lebaran di Solo

Akhir Pelarian Noordin M Top, Disergap Jelang Lebaran di Solo

aku2025/04/01 09:40:16 WIB
Foto: Ilustrasi. (Zaki Alfarabi/detikcom)

Hari-hari terakhir Ramadan umumnya diliputi dengan kegembiraan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Namun lain halnya dengan suasana jelang Lebaran pada 2009 lalu.Saat itu, masyarakat Indonesia digegerkan dengan penyergapan Noordin M Top yang berakhir dengan tewasnya gembong teroris tersebut. Mari kita simak kisah pelarian Noordin M Top berakhir di Solo!Berdasarkan laporan detikNews, pengepungan Noordin M Top di Solo dilakukan pada 16 hingga 17 September 2009 yang bertepatan dengan bulan Ramadan. Di tahun yang sama, pemerintah Indonesia menetapkan Lebaran 1 Syawal 1430 H jatuh pada 20 September. Artinya, penyergapan tersebut dilakukan pada 3-4 hari menjelang Lebaran.Seperti apa kisah penyergapan teroris paling dicari di Asia Tenggara tersebut? Mari simak kisah selengkapnya yang dirangkum detikJateng dari buku Prof. H. Muhammad Tito Karnavian, M.A., Ph.D dalam Pusaran Terorisme tulisan Syaefurrahman Al-Banjary dan Suryadi, Teror Bom Jamaah Islamiyah tulisan DS Narendra, Noordin M Top & Co - The Untold Stories tulisan Setya Krisna Sumargono, Intelijen Bertawaf tulisan Prayitno Ramelan serta Pepih Nugraha, serta laporan detikNews.Pelarian Noordin M Top Sejak Awal Masuk IndonesiaNoordin M Top dikenal sebagai dalang berbagai aksi teror di Indonesia dan kerap berpindah tempat untuk menghindari pengejaran polisi. Ia pernah tinggal di Rokan Hilir, Riau, dengan identitas baru dan menikahi perempuan setempat. Setelah Bom Bali 2003, rumah kontrakannya di sana ditinggalkan.Noordin terus berpindah ke berbagai wilayah, termasuk Pekanbaru, Lampung, Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, dan Blitar. Keberadaannya sulit diendus karena ia sering kali berganti identitas dan menikah kembali untuk mengelabui aparat.Setelah Bom Kuningan 2004 dan Bom Bali II 2005, Noordin melarikan diri ke Jawa Tengah dan Jawa Timur, termasuk Wonogiri, Mojokerto, dan Semarang. Ia kemudian bersembunyi di Cilacap. Di sana, ia menikahi putri seorang tokoh lokal, Baridin, dan menggunakan identitas palsu sebagai Ade Abdul Halim.Pada 2009, kelompoknya kembali beraksi dengan melakukan serangan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton Jakarta. Setelah serangan itu, Noordin berpindah ke Bekasi dan kemudian ke Temanggung.Pada Agustus 2009, polisi menggerebek sebuah rumah di Temanggung dan menewaskan seorang tersangka yang awalnya diduga Noordin. Namun, tes DNA membuktikan bahwa jenazah tersebut adalah Ibrohim, anggota jaringan teroris. Noordin kembali lolos dari operasi ini, memperpanjang pelariannya dari aparat keamanan.Baca juga: Dendam Berujung Taburan Racun Potas Kakak Ipar Tewaskan Ibu Muda di KlatenKisah Pelarian Noordin M Top Berakhir di SoloSetelah sembilan tahun dalam pelarian, Noordin M Top akhirnya tewas dalam penggerebekan di Solo, Jawa Tengah, pada 17 September 2009 menjelang Lebaran. Namun proses menuju penyergapan ini tidaklah singkat.1. Pengintaian dan PelacakanSetelah bertahun-tahun dalam pelarian, Noordin M Top terus diburu oleh Densus 88 Antiteror Polri. Sejak lolos dari penyergapan di Beji, Temanggung, aparat keamanan meningkatkan intensitas pemantauan terhadap jaringan Noordin.Penyelidikan membawa polisi ke Solo, Jawa Tengah, tepatnya di Kampung Kepuhsari, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres. Rumah yang menjadi sasaran penggerebekan dikontrak oleh Hadi Susilo, yang diketahui memiliki keterkaitan dengan Noordin.Langkah awal penyergapan diawali dengan pembuntutan terhadap dua tersangka teroris lainnya, Rahmat Puji Prabowo alias Bejo dan Supono alias Kedu. Keduanya ditangkap di Pasar Gading, Solo, hanya lima jam sebelum operasi utama dilakukan.Dari hasil interogasi, polisi mendapatkan petunjuk kuat mengenai lokasi persembunyian Noordin dan kelompoknya. Sejak saat itu, pasukan Densus 88 memastikan bahwa target operasi berada di dalam rumah kontrakan Hadi Susilo.Sebelum penyergapan, polisi telah mengawasi rumah tersebut selama dua bulan, sejak kegagalan operasi di Temanggung pada Agustus 2009. Pemantauan semakin intensif setelah diketahui bahwa istri Urwah, salah satu anggota kelompok Noordin, memiliki hubungan dengan jaringan di Mojosongo. Dari berbagai informasi yang terkumpul, kepastian mengenai keberadaan Noordin semakin kuat, sehingga Densus 88 mempersiapkan strategi untuk melakukan serangan pada 16 September 2009.2. Serangan dan Baku TembakPada Rabu, 16 September 2009, sekitar pukul 14.30 WIB, Densus 88 mulai mengepung rumah kontrakan di Mojosongo. Operasi dilakukan secara simultan dengan pengawasan terhadap beberapa titik lain yang diduga menjadi tempat pergerakan jaringan Noordin. Polisi memastikan bahwa target utama, yakni Noordin M Top, bersama tiga rekannya, Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo, dan Aryo Sudarso alias Aji, berada di dalam rumah tersebut.Ketika pasukan Densus mulai mendekat, kelompok Noordin memberikan perlawanan. Terjadi baku tembak sengit antara kedua belah pihak. Salah satu kendaraan yang berada di sekitar rumah terkena tembakan dan terbakar, menyebabkan kebakaran yang merambat ke sebagian rumah. Melihat situasi semakin terjepit, Noordin dan ketiga rekannya berlari ke kamar mandi untuk berlindung dari tembakan polisi serta menghindari api yang semakin membesar.Dalam situasi tersebut, Noordin sempat bersiap melakukan aksi bom bunuh diri. Namun, sebelum ia sempat meledakkan diri, pasukan Densus 88 berhasil melumpuhkannya dengan tembakan. Bersama dengan Noordin, tiga anggotanya juga tewas dalam operasi ini. Polisi memastikan bahwa Noordin tewas karena terkena tembakan, bukan karena ledakan bom.3. Identifikasi dan Kepastian KematianSetelah operasi berakhir, kepastian mengenai tewasnya Noordin sempat menjadi perdebatan. Hal ini mengingat ia telah beberapa kali dikabarkan tewas dalam penggerebekan sebelumnya, termasuk di Temanggung. Untuk memastikan identitasnya, polisi melakukan pemeriksaan forensik, termasuk pencocokan DNA dan sidik jari.Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri kemudian mengumumkan dalam konferensi pers bahwa jenazah yang ditemukan di kamar mandi tersebut adalah benar Noordin M Top. Pengamat terorisme Mardigu WP turut mengonfirmasi hasil pemeriksaan forensik yang menemukan 12 titik kesamaan sidik jari dengan data Noordin. Dengan kematian Noordin, Polri menyatakan bahwa Indonesia 90 persen telah aman dari ancaman teror yang dipimpin olehnya.Warga Mojosongo sendiri mengaku terkejut dengan adanya penggerebekan tersebut. Ketua RT setempat, Suratmin, menyatakan bahwa tidak ada laporan dari warga yang pernah melihat sosok mencurigakan yang menyerupai Noordin. Hal ini membuktikan bahwa Noordin kembali berhasil menyamar dengan sangat baik selama pelariannya.Dengan berakhirnya penyergapan ini, perjalanan panjang Noordin M Top sebagai buronan teroris nomor satu di Indonesia pun akhirnya berakhir di Solo, setelah sembilan tahun dalam pelarian.Baca juga: Ketika Gembong Teroris Noordin M Top Dinyatakan Tewas tapi Salah Orang

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya