Sejarah Tradisi Ogoh-ogoh pada Perayaan Hari Raya Nyepi, Catat Jadwalnya di 2025!

Sejarah Tradisi Ogoh-ogoh pada Perayaan Hari Raya Nyepi, Catat Jadwalnya di 2025!

det2025/03/28 11:00:00 WIB
Sejarah tradisi ogoh-ogoh dan waktu pelaksanaannya di 2025. Foto: Ogoh-ogoh 'Angkara' karya ST Tunas Muda, Banjar Dukuh Mertajati, Desa Adat Sidakarya, Denpasar. (Fabiola Dianira/detikBali)

Tidak hanya berdiam diri dan fokus beribadah, Hari Raya Nyepi punya satu tradisi yang ditunggu setiap tahunnya. Tradisi yang dimaksud yakni melakukan ritual pawai ogoh-ogoh.Dalam Jurnal Seni Nasional Cikini, Volume 08 No 1, Juni 2022 karya Diaz Ramadhansyah dan Irma Damajanti, dijelaskan bahwa ogoh-ogoh yang selama ini identik sebagai simbol tradisi budaya umat Hindu Bali dalam menyambut Nyepi, baru lahir pada 1980-an.Asal muasal tradisi ini disebut sebagai bentuk ekspresi kegembiraan masyarakat Bali setelah ditetapkannya Hari Raya Nyepi sebagai Hari Libur Nasional oleh Presiden Soeharto. Aturan itu tertuang dalam Kepres No 3 Tahun 1983.Sosok yang pertama kali menghadirkan ide pawai ogoh-ogoh adalah Gubernur Bali kala itu, yakni Prof Ida Bagus Mantra."(ogoh-ogoh) sebagai bagian dari ritual Pengerupukan sebelum Hari Raya Nyepi. Kemudian disebutkan bahwa perayaan ini baru berkembang sejak tahun 1985," kata penulis Diaz dan Irma.Baca juga: Tanggal Merah Maret 2025, Nyepi hingga LebaranBaca juga: 5 Agama Selain Islam yang Juga BerpuasaSejarah dan Makna Ogoh-ogohKata ogoh-ogoh berasal dari kata ogah-ogah dalam bahasa Bali yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) VI Daring memaknai ogoh-ogoh sebagai patung yang terbuat dari bambu, kerta dan sebagainya.Patung ini berbentuk raksasa dan lain-lain yang diarak keliling desa pada hari tertentu (biasanya sehari menjelang Nyepi). Usai diarak ogoh-ogoh akan dibakar.Tradisi pawai ogoh-ogoh berakar pada tradisi masa lalu. Yakni tradisi Barong Landung dan atraksi Ndong-Nding di kabupaten Gianyar dan Karangasem Bali.Pawai ogoh-ogoh dilakukan pada malam tahun baru Saka bersamaan dengan upacara Ngrupukan (pengerupukan) atau upacara pembersihan. Pengerupukan adalah upacara untuk membersihkan alam yang disimbolkan dengan pecaruan.Guru Besar Pariwisata Universitas Udayana, I Gede Pitana menjelaskan caru berarti upacara untuk para Bhuta Kala. Pengerupukan dilakukan di malam hari dengan cara menyebar nasi tawur (sesajen), menaruh obor di rumah-rumah dan pekarangan, serta memukul kentongan agar gadung.Pada saat memukul kentongan inilah ogoh-ogoh akan diarak berkeliling desa menuju tempat pembakaran. Ogoh-ogoh dibuat sebagai simbol Bhutha Kala.Bhuta Kala dalam ajaran Hindu Dharma adalah istilah untuk merepresentasikan kekuatan alam semesta (Bhu) dan waktu (Kala) yang begitu besar. Untuk itu sosok ogoh-ogoh biasanya ditampilkan dengan tubuh besar, kuku panjang, bertaring, wajah seram, dan rambut yang tidak beraturan.Karena saking besarnya kekuatan Bhuta Kala, ia disimbolkan merujuk pada sosok raksasa. Tinggi ogoh-ogoh berkisar antara 2-4 meter yang terbuat dari bahan-bahan ringan dan mudah terbakar.Patung ini umumnya dibuat oleh sekelompok warga pada satu Banjar (setingkat RT) dalam satu desa di Bali. Pembuatannya bisa memakan biaya yang cukup besar dan waktu yang lama.Tidak heran jika kemudian tradisi ini sangat menarik perhatian. Baik masyarakat Bali sendiri ataupun wisatawan.Sebelum diarak keliling kampung, ogoh-ogoh akan didoakan terlebih dahulu. Setelahnya barulah diiringi hingga tempat pembakaran jenazah atau lahan kosong dengan suara riuh.Pembakaran ogoh-ogoh melambangkan untuk menetralisir energi negatif menjadi positif. Proses ini dinamai Nyomnya Kala.Apabila ogoh-ogoh tidak dibakar dan didiamkan begitu saja, umat Hindu percaya bila patung tersebut bisa dirasuki. Terutama oleh energi negatif lainnya.Selain mengandung unsur pengharapan dan doa untuk kebaikan alam, pawai ogoh-ogoh juga punya manfaat lain. Terutama dalam sarana pemersatu masyarakat."Ini merupakan manifestasi dimensi sosial masyarakat Bali yang guyub dan kekeluargaan pada banjar atau desanya. Proses pembuatan ogoh-ogoh yang rumit dan lama menuntut kerjasama dan kekompakan, pada proses inilah gotong-royong dalam masyarakat terwujud," tambah Diaz dan Irma.Terakhir, ogoh-ogoh juga kini menjadi komoditas pariwisata di Bali. Hal ini bersinggungan dengan mendukung perekonomian masyarakat. Jika dilihat dari sisi seni, tradisi ini adalah budaya dan kesenian Bali yang sangat khas dan tak tergantikan.Waktu Perayaan Ogoh-ogoh pada Nyepi 2025Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, ogoh-ogoh diarak pada malam sebelum Nyepi. Karena tahun ini, Nyepi jatuh pada 29 Maret 2025, perayaan ogoh-ogoh akan berlangsung besok Jumat, 28 Maret 2025 malam waktu Bali.Bila detikers tidak bisa menyaksikan ogoh-ogoh secara langsung tidak perlu khawatir. Karena biasanya berbagai pegiat konten media sosial Bali membagikan meriahnya acara tersebut di berbagai media sosialnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya