Sejarah Plengkung Gading Jogja Sejak Dibangun hingga Ditutup Total

Sejarah Plengkung Gading Jogja Sejak Dibangun hingga Ditutup Total

sto2025/03/18 11:53:52 WIB
Plengkung Gading ditutup. (Foto: Dok Humas Pemda DIY)

Penutupan total Plengkung Gading berlaku sejak Sabtu, 15 Maret 2025 setelah sempat dibuka untuk umum selama puluhan tahun. Jika kita menilik sejarah Plengkung Gading Jogja, ternyata bangunan ini sudah berusia ratusan tahun sejak awal pembangunannya.Berdasarkan catatan sejarah, dahulu terdapat lima plengkung yang mengelilingi keraton. Namun, hanya ada dua yang tersisa saat ini yaitu Plengkung Gading dan Plengkung Wijilan. Tidak heran jika otoritas terkait memiliki tekad untuk menjaga bangunan tersebut.Sebelum ditutup total seperti sekarang, Plengkung Gading telah melalui sejarah panjang. Penasaran seperti apa perjalanan sejak awal pembangunan hingga hari ini, detikers? Yuk, simak penjelasan lengkap ini!Baca juga: Perbedaan Alun-alun Kidul dan Lor Jogja yang Sering Dikira Sama, Apa Saja?Sejarah Plengkung Gading Jogja1. Masa Awal PembangunanDirangkum dari buku Tamansari tulisan Drs Djoko Soekiman dkk, Plengkung Gading yang juga dikenal sebagai Plengkung Nirbaya merupakan salah satu dari lima gerbang utama yang mengelilingi Keraton Jogja. Gerbang ini terletak di sebelah selatan Alun-Alun Selatan dan hingga kini masih berdiri utuh.Benteng yang mengelilingi kompleks keraton ini dibangun pada tahun 1704 dalam penanggalan Jawa atau sekitar tahun 1778 Masehi. Benteng tersebut berbentuk persegi empat dengan panjang tiap sisi sekitar satu kilometer. Dinding benteng terdiri dari dua lapis tembok tebal yang berisi tanah di antara kedua lapisan tersebut, menciptakan struktur pertahanan yang kokoh. Di setiap sudut benteng terdapat gardu pengintaian yang disebut tulaktala.Plengkung Nirbaya memiliki peran penting dalam sistem pertahanan Keraton Jogja. Gerbang ini pada masanya dijaga ketat oleh prajurit keraton dan di depannya terdapat jembatan angkat (kreteg gantung) yang melintasi parit berisi air jernih dari Sungai Winanga. Jembatan ini hanya diturunkan pada pukul 06.00 hingga 18.00, sementara di luar jam tersebut, jembatan diangkat untuk mencegah akses masuk ke dalam benteng.Nama 'Nirbaya' memiliki makna khusus, yaitu 'bebas dari bahaya', yang mencerminkan fungsinya sebagai gerbang utama bagi raja yang hendak keluar dari keraton untuk menjalani ritual penting, termasuk perjalanan terakhir menuju pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri. Oleh sebab itu, Plengkung Nirbaya memiliki nilai simbolis yang mendalam dalam tradisi Keraton Jogja.Keadaan benteng dan sekitarnya ini tergambar di dalam salah satu tembang Jawa kuno, yaitu tembang Mijil. Berikut ini lirik dari tembang tersebut.Ing Mataram betengira inggil

Ngubengi kadaton

Plengkung lima mung papat mengane

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya