Kampung Gajah Mada Ternyata Ada di Mojokerto, Begini Asal-usulnya

Kampung Gajah Mada Ternyata Ada di Mojokerto, Begini Asal-usulnya

irb2025/03/06 13:51:53 WIB
Kampung Gajah Mada di Mojokerto (Foto: Enggran Eko Budianto)

Belum banyak yang tahu ternyata ada Kampung Gajah Mada di Mojokerto. Pada zaman Majapahit, kampung ini diyakini menjadi markas Pasukan Bhayangkara yang dinakhodai Mahapatih Gajah Mada. Seperti apa asal usulnya?Julukan Kampung Gajah Mada disematkan kepada Dusun Jatisumber di Desa Watesumpak, Trowulan, Mojokerto. Nama Kampung Gajah Mada dipasang cukup besar di jalan nasional sejak sekitar tahun 2020. Mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai perajin patung berbahan batu andesit.Budayawan Mojokerto Agus Suprianto mengatakan Dusun Jatisumber dijuluki Kampung Gajah Mada berdasarkan sejumlah bukti sejarah. Salah satunya merujuk Naskah Negarakertagama yang ditulis Mpu Prapanca pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk 1350-1389 masehi.Yaitu pada pupuh 12 bait 4 yang berbunyi 'Di timur laut, rumah patih Wilwatikta, bernama Gajah Mada. Menteri wira, bijaksana, serta bakti kepada Negara. Fasih bicara, teguh tangkas, tenang cerdas, cerdik lagi jujur. Tangan kanan maharaja sebagai penggerak roda Negara'.Baca juga: Makam Panggung, Petilasan Cikal Bakal Gajah Mada Ikrarkan Sumpah PalapaGapura Wringin Lawang (Foto: Enggran Eko Budianto)"Dalam Negarakertagama pupuh 12 bait 4 dikatakan bahwa kediaman Mahapatih Gajah Mada 300 laksa atau sekitar 500-600 meter arah timur laut dari Candi Wringinlawang atau pintu masuk Kota Raja Majapahit di Antawulan atau Trowulan," kata Agus kepada detikJatim, Kamis (6/3/2025).Candi Gapura Wringinlawang terletak di di Desa Jatipasar, Trowulan, Mojokerto. Candi ini diyakini sebagai gapura atau pintu masuk ke ibu kota Kerajaan Majapahit. Berpedoman pada petunjuk arah dalam Naskah Negarakertagama, Agus menyimpulkan Dusun Jatisumber sebagai bekas kediaman Mahapatih Gajah Mada. Sebab Jatisumber di timur laut Candi Wringinlawang."Kami simpulkan Jatisumber bekas kesatrian Mahapatih Gajah Mada. Dikuatkan petilasan Hayam Wuruk di Desa Panggih sebelah utara Jatisumber. Kemudian berdekatan dengan Situs Klinterejo tempat pendarmaan Tribuwana Tunggadewi, ibunda Hayam Wuruk. Sehingga tahun 2020, Jatisumber kami tetapkan sebagai Kampung Gajah Mada," jelas Agus.Jatisumber sebagai bekas kediaman Mahapatih Gajah Mada, lanjut Agus, dikuatkan lagi dengan penemuan Candi Watesumpak di Dusun Watesumpak. Ia meyakini situs purbakala di tengah sawah ini sebuah Balai Manguntur atau tempat Gajah Mada menjamu tamu, mulai dari raja, bangsawan hingga para punggawa dan senopati zaman Majapahit.Baca juga: Cerita Tutur Gajah Mada Dipercaya Lahir dan Besar di LamonganCandi Watesumpak (Foto: Enggran Eko Budianto)"Itu membuktikan adanya permukiman besar atau kesatrian zaman dulu atau asrama pasukan Bhayangkara di Jatisumber," tuturnya.Ia berpendapat Dusun Jatisumber tidak hanya kediaman Mahapatih Gajah Mada, tapi juga markas Pasukan Bhayangkara Kerajaan Majapahit. Menurut Agus, Gajah Mada menjadi patih pada masa pemerintahan Tribuwana Tunggadewi 1328-1350 masehi sampai Hayam Wuruk."Tahun 1367 masehi karena sudah tua, Gajah Mada diberi tanah perdikan (oleh Raja Majapahit) di Madakaripura di Probolinggo. Beliau meninggalkan duniawi menjadi brahmana untuk mendekatkan diri ke Yang Maha Kuasa," ujarnya.Pendapat senada dilontarkan Budayawan Mojokerto Eko Prasetyo (48). Pria kelahiran Jatisumber yang akrab disapa Mas Bumi menyebut banyak temuan struktur kuno di kampungnya. Namun, struktur bata merah itu ditimbun kembali untuk permukiman penduduk.Sekitar 20 tahun lalu, lanjut Eko, struktur kuno juga banyak ditemukan para perajin bata merah di sisi selatan Dusun Jatisumber. Namun kala itu, masyarakat belum paham situs cagar budaya sehingga temuan struktur dihancurkan untuk semen. Ia meyakini temuan-temuan itu jejak rumah dinas Mahapatih Gajah Mada."Ada kisah saat saya kecil, ditemukan sebuah arca oleh perajin bata merah di sebelah utara PPST (pusat perkulakan sepatu Trowulan). Wujudnya berdiri, ukuran kecil, bahannya emas. Kemudian dijual dengan nilai emas," ungkapnya.Oleh sebab itu, Eko dan para budayawan Jatisumber lainnya sepakat mengusulkan julukan Kampung Gajah Mada ke Pemerintah Desa Watesumpak. Pemdes setempat akhirnya memasang nama Kampung Gajah Mada di embong miring Jatisumber, jalur arteri Mojokerto tahun 2020 lalu.Baca juga: Kidung Madali, Lakon Wayang tentang Kisah Mahapatih Gajah Mada"Agar semua lapisan masyarakat mempunyai spirit yang kuat seperti Mahapatih Gajah Mada, terutama dalam kerukunan dan bisa membuat kesejahteraan bagi masyakarat Jatisumber," cetusnya.Kadus Jatisumber Wawan Ariyanto membenarkan pembangunan tanda nama Kampung Gajah Mada didanai oleh Pemdes Watesumpak. Julukan tersebut atas usulan masyarakat dan para budayawan setempat."Pemdes ibarat orang tua, kalau memang warga dan budayawan meminta, selagi tidak merugikan publik, niatnya membangun, kami welcome," terangnya.Dusun Jatisumber, tambah Wawan, dihuni 750-800 KK. Saat ini, mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pemahat patung berbahan batu andesit. Sama dengan para budayawan, ia mengaku bangga dengan julukan Kampung Gajah Mada.Baca juga: Kata Arkeolog Soal Makam Panggung Cikal Bakal Sumpah Palapa Gajah Mada"Saya mewakili pemdes, julukan Kampung Gajah Mada sangat bagus. Karena Gajah Mada tokoh yang menyatukan Nusantara. Alangkah indahnya juga kalau masyarakat kami mempunyai jiwa kesatria seperti Gajah Mada," cetusnya.Arkeolog Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah (BPKW) XI Jatim, Muhammad Ichwan belum bersedia menjelaskan tentang lokasi kediaman Mahapatih Gajah Mada."Mohon maaf saya tidak bisa menyampaikan hal tersebut. Para ahli pun masih saling berpendapat tentang tata kota Majapahit," tandasnya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya