Ceramah Ramadhan singkat menjadi salah satu cara berdakwah untuk menyampaikan pesan-pesan agama dengan padat, jelas dan penuh makna. Menggunakan gaya bahasa yang sederhana, isi ceramah mudah dipahami jemaah.Ustaz atau ustazah biasanya menyampaikan ceramah di bulan suci Ramadhan pada waktu-waktu tertentu, misalnya menjelang buka puasa atau sebelum Tarawih. Ada juga yang memberikan ceramah setelah sholat Subuh.Berbagai materi ceramah tentang Ramadhan bisa disampaikan mulai dari amalan, pahala, ibadah sunnah, tadarus Al-Quran, larangan, hingga kemuliaan malam lailatul qadar. Setiap tema mempunyai makna tersendiri untuk disampaikan kepada umat Islam.Kumpulan Ceramah Ramadhan Singkat Terbaru untuk KultumInilah 20 contoh ceramah Ramadhan singkat berbagai judul menarik yang disadur dari laman Kementerian Agama, Universitas Negeri Yogyakarta, Nahdlatul Ulama (NU) Online, buku Mutiara Keberkahan Ramadan karya Ahmad Muslich dkk, buku Kumpulan Kultum Ramadhan Mutiara Nasihat Seribu Bulan disusun UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan buku Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun karya Hasan El-Qudsy karya Hasan El-Qudsy.Contoh Ceramah 1: Buah Kebaikan RamadhanAssalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuhالْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.Jamaah yang Dirahmati Allah,Semua yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada manusia yang beriman pasti memiliki hikmah dan manfaat bagi dirinya. Demikian juga puasa yang kita laksanakan pada bulan Ramadan memiliki banyak sekali hikmah yang bisa kita petik dalam mengarungi kehidupan di dunia ini, bahkan untuk kehidupan di masa depan atau kehidupan akhirat.Sekali lagi, apabila seseorang yang beriman betul-betul melaksanakan puasa ini dengan dasar keimanan dan hanya untuk mendapat ridho Allah semata, maka hikmah itu kan dapat kita rasakan sepanjang kehidupan. Adapun diantara hikmah yang merupakan buah dari Ramadan adalah sebagai berikut:Pertama: Memiliki Kepekaan Sosial yang Tinggi.Puasa adalah suatu upaya supaya manusia memiliki kepekaan sosial. Dengan merasakan lapar dan dahaga, seseorang akan dapat merasakan secara langsung bagaimana kehidupan seseorang yang lemah secara ekonomi atau dalam bahasa agama, kita dapat merasakan bagaimana kondisi orang yang berada pada golongan fakir-miskin yang serba kekurangan.Pengalaman tersebut menjadi sarana dan media agar seseorang memiliki empati dan simpati pada orang lain. Di dalam ajaran Islam, seseorang yang memiliki kekayaan, mempunyai kewajiban untuk berbagi kepada yang tidak mampu. Ada hak fakir miskin di dalam harta yang kita miliki.Oleh karena itu diharapkan dengan kepekaan sosial, tidak terjadi kesenjangan sosial yang menjadi salah satu penyebab konflik sosial di masyarakat. Apabila semua orang yang kaya berbagi, sudah barang tentu semua merasakan kebahagiaan dan ketentraman.Kedua: KesabaranPuasa adalah setengah kesabaran. Puasa mendidik seseorang untuk bersabar dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan. Kita semua sadar bahwa hidup tidak mungkin lepas dari permasalahan, bahkan kita hidup ditugaskan untuk memecahkan segala permasalahan. Semua persoalan akan dapat kita pecahkan, apabila seseorang memiliki kekuatan, diantara kekuatan itu adalah kesabaran.Tidak ada sesuatu yang kita peroleh tanpa adanya kerja keras dan tidak ada kerja keras tanpa ada tantangan dan hambatan. Oleh karena itu keberhasilan hanya diperoleh bagi orang-orang yang selalu sabar dan tidak mengenal putus asa. Jatuh bangun dalam kehidupan sudah biasa dan dari situlah kita merasakan hasilnya.Ketiga: KesederhanaanSalah satu kunci sukses dalam hidup ini adalah kesederhanaan. Kesederhanaan bukanlah sikap kikir atau medit, akan tetapi kesederhanaan adalah sikap hidup yang tidak berlebihan, meskipun kita memiliki segala-nya, mungkin harta, mungkin ilmu, mungkin kecerdasan dan lain-lain.Orang yang hidup sederhana tentu akan disukai oleh Allah SWT dan manusia. Kesederhanaan itulah yang menyebabkan seseorang sukses di dalam kehidupan, ia tidak boros dan tidak kikir, ia akan hidup tanpa kesombongan, ia hidup waspada dan selalu ingat pada yang kuasa.Keempat: KejujuranSesuatu yang sangat langka dalam kehidupan sekarang ini adalah kejujuran. Sikap jujur adalah sikap yang sangat disenangi orang, meskipun sekarang ini sangat langka. Puasa mendidik kita untuk bersikap jujur pada diri sendiri dan kepada orang lain. Potensi jujur dan tidak jujur dimiliki semua manusia.Sudah barang tentu siapa yang lebih memilih kejujuran akan meningkat derajatnya, baik di sisi Allah maupun manusia. Jujur mengarah pada keadilan dan ketaqwaan, sedang kebohongan akan membawa seseorang ke perilaku tidak adil dan kecelakaan.Contoh Ceramah 2: Mulut, Perut, dan KemaluanAssalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuhالْحَمْدُ للهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ الْوَفَا أَمَّا بَعْدُ.Hadirin yang dimuliakan AllahSebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Baqarah ayat 183 bahwa puasa sebagai sarana latihan yang diharapkan. menghasilkan peserta atau pelaku yang berpredikat muttaqin (orang-orang yang bertaqwa).Ini sebagai isyarat bahwa diwajibkannya puasa bukan untuk puasa itu sendiri. Puasa adalah media pembelajaran yang disediakan Allah bagi manusia yang bukan saja sebagai makhluk individu tapi juga sebagai makhluk sosial. Dalam kedudukannya itu, maka manusia yang bertaqwa adalah mereka yang bukan saja baik secara individual tapi juga baik secara sosial.Karenanya puasa memiliki dua dimensi yang integratif, seperti dua sisi mata uang, yaitu dimensi individual vertikal dan dimensi sosial horizontal. Tidak terpenuhinya dua dimensi puasa itu secara bersamaan, menjadikan pelakunya kehilangan relevansi dan puasanya menjadi meaningless (tidak bermakna).Taqwa menjadi standar moral tertinggi dalam Islam dan atas dasar taqwa itu pula seseorang dinilai baik, karena taqwa sebagaimana dijelaskan HR. Thabarani merupakan simpul segala kebaikan (jaami'u kulli khair).Hal ini dapat dimengerti, karena dengan taqwa, seseorang akan berlaku adil terhadap diri dan orang lain, tidak diskriminatif baik atas dasar agama, ras, etnik, suku maupun gender, dapat selalu menghidupkan tali kasih antar sesama dan lain-lain.Pantas kalau Allah menyatakan bahwa hamba yang paling mulia di sisi-Nya adalah yang paling bertaqwa (QS. al-Hujurat [49]: 13). Melalui puasa yang benar diharapkan lahir sikap-sikap tersebut, sehingga berbagai bentuk kekerasan sosial seperti marginalisasi, stereotipe, sub-ordinasi, dan ketidakadilan berkurang atau bahkan hilang.Secara literal, taqwa adalah menjaga, memelihara dan melindungi diri dari segala hal yang akan menyakiti, merusak dan menghancurkan diri baik langsung atau tidak, dan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Makna taqwa seperti ini paralel dengan sabda Nabi yang menyatakan bahwa puasa adalah benteng (HR. Bukhari dan Muslim) yang akan melindungi pelakunya dari perilaku negatif.Di antara tubuh kita yang perlu dijaga, lebih-lebih pada saat puasa adalah mulut, perut dan kemaluan. Mengapa ketiganya perlu dijaga dan dipelihara, karena ternyata ketiganya merupakan sumber penyakit individual dan sosial. Betapa banyak penyakit dan persoalan sosial yang muncul akibat ketiganya tidak terjaga.Langkah-langkah menjaga, memelihara dan melindungi ketiganya adalah dengan menekan agar orientasi hidup kita tidak hanya pada pemenuhan kepentingan makan, menumpuk kekayaan dan menuruti kebutuhan seksual. Bila kita yang puasa saja masih terjebak pada orientasi tersebut, maka hakikatnya kita mengalami fiksasi atau hambatan kepribadian.Akibat mengalami hambatan kepribadian, maka pemiliknya akan kehilangan kepekaan sosialnya, kurang peduli terhadap penderitaan sesama, tidak empati dan lebih parah lagi cenderung sulit mengakui kesalahan yang telah dilakukannya. Orang seperti ini, hakikatnya belum dewasa secara psikologis apalagi secara spiritual.Puasa mendidik pelakunya untuk menjadi manusia dewasa. Kita perlu bertanya pada diri kita masing-masing, sudahkan puasa kita membuat kita menjadi dewasa? Secara teoritis, semakin dewasa seseorang, maka orientasi hidupnya beranjak dari yang konkrit ke yang abstrak, dari mulut, perut dan kemaluan ke penghambaan, pengabdian dan pengetahuan.Contoh Ceramah 3: Memperbanyak Infaq di Bulan Ramadhanالْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْوَفَاءِ أَمَّا بَعْدُJemaah yang dimuliakan Allah,Dalam penggalan ayat 134 surat Ali-Imran, Allah berfirman:الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَ الضَّرَّاءِArtinya: "(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit" (Ali-Imran: 134).Dalam ayat ini Allah menerangkan salah satu karakter orang bertakwa, yaitu mau menginfaqkan sebagian hartanya di jalan kebaikan, baik dalam kondisi lapang ataupun sempit. Berinfak haruslah dari harta yang baik. Baik dalam artian yang halal dan masih layak, sekiranya kita sendiri masih mencintainya.Sebagaimana Allah terangkan di ayat lain yang artinya:"Kalian sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kalian menafkahkan sebagian harta yang kalian cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya." (Ali-Imran: 92).Ketika ayat ini turun, para sahabat berlomba-lomba untuk menginfaqkan harta terbaik yang dimilikinya. Di antaranya adalah seorang sahabat bernama Abu Thalhah. Dia berasal dari kaum Anshar di Madinah dan mempunyai banyak harta, yang terdiri dari kebun-kebun kurma. Di antara hartanya itu, yang paling dia cintai ialah kebun kurma Bairuhä. Kebun ini letaknya menghadap masjid Nabawi di Madinah.Rasulullah suka memasukinya dan minum dari airnya yang segar. Ketika ayat di atas turun, Abu Thalhah segera berdiri untuk menemui Rasulullah, lalu berkata, "Hartaku yang paling saya cintai ialah kebun kurma Bairuha Sesungguhnya kebunku itu saya sedekahkan untuk kepentingan agama Allah. Saya mengharapkan kebaikannya serta sebagai simpanan di akhirat, di sisi Allah.Karena itu, letakkanlah sedekah kebun itu, wahai Rasulullah, sebagaimana yang Allah beritahukan kepada Anda. Maka Rasulullah memujinya dan mengatakan bahwa itu adalah sedekah yang banyak pahalanya. Rasulullah menasihatinya untuk menyedekahkannya kepada kerabatnya. (HR. Bukhari-Muslim).Kaum muslimin yang berbahagia,Banyak di antara kita yang menginfaqkan sebagian hartanya karena terpaksa. Terpaksa karena sudah tidak layak dipakai, sudah ketinggalan model, sudah tidak muat, sudah kadaluwarsa dan seterusnya. Cara berinfak semacam itu mencerminkan sejauh mana rasa cinta kita terhadap harta.Padahal, sebenarnya harta yang kita miliki adalah apa yang telah kita infaqkan di jalan Allah Adapun yang lainnya adalah sekedar titipan yang akan dibagikan kepada para ahli waris. Apa yang kita infaqkan, itu pula yang akan kita dapatkan kelak di akhirat. Oleh karena itu, dalam surat al-Baqarah: 267, Allah menjelaskan:"Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Mahaterpuji."Dari ayat ini dapat kita pahami bahwa selain berinfak dari sebaik-baik harta yang dimiliki atau minimal masih layak, harta itu juga harus halal. Bukan dari hasil kejahatan, seperti korupsi dan semacamnya. Sebagaimana sabda Rasulullah "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali yang baik (dari harta yang halal)" (HR. Muslim).Contoh Ceramah 4: Keutamaan 10 Hari Terakhir Bulan Ramdhanالْحَمْدُ لِلَّهِ وَالشَّكْرُ لِلَّهِ وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ وَالصَّلَاةُ وَ السَّلَامُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِهِ وَ أَصْحَابِهِ وَ مَنْ وَ مَن تَبِعَهُم بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ أَمَّا بَعْدُ وَالَاهُ وَJemaah yang dimuliakan Allah,Tidak terasa, puasa kita hari ini telah memasuki 10 terakhir dari bulan Ramadhan. Sebentar lagi bulan yang penuh berkah ini akan segera meninggalkan kita, dengan membawa segala catatan amal perbuatan kita untuk selanjutkan dilaporkan kepada Tuhan semesta alam. Tentu laporan itu adalah sebagai bukti apakah puasa kita nantinya bisa menjadi saksi yang menolong kita di hadapan Allah, arau sebaliknya sebagai saksi yang memberatkan kita.Perlu diketahui bahwa Ramadhan tahun ini adalah makhluk baru yang Allah ciptakan, la bulan Ramadhan tahun kemarin atau tahun yang akan datang. Nantinya setiap Ramadhan akan berdiri sendiri sebagai saksi di hadapan Allah . Kita semua berharap semoga seluruh Ramadhan yang kita lewati dan yang akan kita lalui, benar-benar menjadi saksi penolong kita sekaligus pemberi syafaat kelak di hari yang mana syafaat tidak berguna kecuali atas izin AllahJemaah yang dirahmati Allah,
Di hadapan kita insya Allah sesuai hitungan kalender, masih ada 9 atau 10 hari lagi. Selama 9 atau 10 hari, Ramadhan masih akan setia menemani kita dengan segala keberkahan dan keistimewaannya. Bahkan keistimewan itu semakin bertambah dan meningkat bersamaan dengan habisnya bulan Ramadhan.Hal ini terbukti dengan semakin giatnya Rasulullah dan para sahabat dalam melakukan ibadah dan amal saleh. Dalam riwayat Imam al-Bukhari, dari Aisyah, ia berkata, "Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadhan) Rasulullah mengencangkan koinnya (menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya"Kaum muslimin wal muslimat yang berbahagia,Di antara ibadah dan amal saleh yang dilakukan Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah 'menghidupkan. malam. Ini mengandung pengertian bahwa kemungkinan beliau menghidupkan seluruh malamnya, dan kemungkinan pula beliau menghidupkan sebagian besar daripadanya.
Diriwayatkan dalam hadis marfu' dari Abu Ja'far Muhammad bin Ali, "Barang siapa mendapati Ramadhan dalam keadaan sehat dan sebagai orang muslim, lalu berpuasa pada siang harinya, melakukan shalat pada sebagian molamnya, menundukkan pandangannya, menjaga kemaluannya, lisan dan tangannya, serta menjaga shalatnya secara berjamaah dan bersegera berangkat untuk shalat jumat: sungguh ia telah puasa sebulan (penuh), menerima pahala yang sempurna, dan mendapatkan Lailatul Qadar." (HR. Ibnu Abid-Dunya).Disamping itu, Rasulullah membangunkan keluarganya untuk shalat pada malam-malam sepuluh hari terakhir. Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ali e, "Bahwasanya Rasulullah membangunkan keluarganya pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan setiap anak kecil maupun orang tua yang mampu melakukan shalat. Dalam hadis sahih diriwayatkan, bahwa Rasulullah mengetuk (pintu) Fathimah dan Ali pada suatu malam seraya bersabda Tidakkah kalian bangun lalu mendirikan shalat?" (HR. al-Bukhari dan Muslim).Hal Ini menunjukkan bahwa beliau sangat bersungguh-sungguh dalam membangunkan mereka pada malam-malam yang diharapkan turun Lailatul Qadar.Jamaah yang dimuliakan Allah,Termasuk amal ibadah yang biasa dilakukan Rasulullah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah i'tikaf di masjid. Salah satu tujuan i'tikaf adalah totalitas penghambaan diri kepada Allah 6 i'tikaf disyariatkan di dalam dan di luar bulan puasa.Namun dalam bulan puasa, terlebih pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, keutamaan i'tikaf semakin bertambah. Dalam hadis riwayat Bukhari-Muslim disebutkan, dari Aisyah:"Bahwasanya Nabi senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari Ramadhan, hingga Allah mewafatkan belias"Di samping amalan-amalan yang bersifat pribadi kita juga dianjurkan untuk meningkatkan amalan-amalan sosial. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mencapai tingkatan kesempurnaan cakwa, hingga ia mampu mencapai ketakwaan secara pribadi dan sosial, sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah dan para salojus saleh.Contoh Ceramah 5: Memaksimalkan Ibadah Malam di Bulan Ramadhanالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِينُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ والصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِينَ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ