Contoh sejarah bersifat diakronik merujuk pada peristiwa-peristiwa yang dikaji secara kronologis dengan menelusuri perkembangannya dari waktu ke waktu. Pendekatan ini memungkinkan kita memahami hubungan sebab-akibat dalam sejarah, sehingga suatu peristiwa tidak dilihat sebagai kejadian yang berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari rangkaian peristiwa yang saling berkaitan.Dikutip dari Buku Siswa Sejarah Indonesia SMA/MA Kelas 10 tulisan Windriati SPd, dengan berpikir secara diakronik, kita dapat melihat bagaimana suatu kejadian mengalami perubahan dan berdampak pada masa selanjutnya. Oleh karena itu, konsep ini sering digunakan dalam kajian sejarah untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif dan menyeluruh.Sejarah yang bersifat diakronik memiliki beberapa ciri utama, seperti memanjang dalam dimensi waktu, bersifat dinamis, serta menekankan proses dan durasi suatu kejadian. Selain itu, pendekatan ini juga bersifat naratif, di mana setiap peristiwa membentuk alur berkesinambungan yang menunjukkan transformasi dari masa ke masa. Dengan memahami konsep ini, kita dapat melihat bagaimana sejarah berkembang dalam berbagai tema, mulai dari politik, ekonomi, sosial, hingga budaya.Jika detikers ingin memahami lebih dalam mengenai contoh sejarah yang bersifat diakronik, sebaiknya jangan lewatkan penjelasan lengkap berikut ini!Baca juga: Sejarah Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928: Isi, Tujuan, Tempat Kejadian, TokohContoh Sejarah Bersifat DiakronikBerikut ini merupakan beberapa contoh diakronik dalam peristiwa sejarah yang dihimpun dari laman resmi Ensiklopedia Sejarah Indonesia dan Buku Siswa Sejarah Indonesia SMA/MA Kelas 10 tulisan Windriati SPd. Mari kita simak!1. Kronologi Peristiwa Bandung Lautan Api (1 Oktober 1945 - 23 Maret 1946)Pasukan Sekutu yang dipimpin Jenderal Sir Philip Christison tiba di Indonesia dan pada 1 Oktober 1945 mengakui secara de facto kekuasaan Republik Indonesia untuk mengurangi kecurigaan rakyat.Pada 12 Oktober 1945, Brigjen MacDonald dan pasukan Sekutu tiba di Bandung menggunakan kereta api khusus dengan pengawalan Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Mereka menempati gedung-gedung di Bandung Utara dan beberapa hotel di Bandung Selatan.Akhir Oktober hingga November 1945, rakyat mulai mencurigai kehadiran serdadu Belanda yang mengenakan seragam Sekutu. Pasukan NICA juga mempersenjatai mantan KNIL, memicu ketegangan dan bentrokan bersenjata.Pada 29 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar Bandung dibagi menjadi dua wilayah dengan batas rel kereta api. Penduduk Bandung Utara mulai mengungsi ke wilayah selatan.Sejak Desember 1945 hingga awal 1946, pertempuran pecah di berbagai wilayah Bandung. Beberapa serdadu India membelot dan bergabung dengan pasukan Indonesia, tetapi Inggris meminta mereka dikembalikan. Kolonel A.H. Nasution menolak permintaan tersebut.Pada Maret 1946, Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum agar rakyat Bandung meninggalkan kota dalam radius sebelas kilometer.Tanggal 23 Maret 1946, Kolonel A.H. Nasution memerintahkan evakuasi Bandung Selatan. Sebelum mundur, para pejuang membumihanguskan gedung-gedung penting agar tidak bisa digunakan oleh Sekutu.Malam 23 Maret 1946, pertempuran besar terjadi di Desa Dayeuhkolot. Mohammad Toha dan Moh. Ramdan berhasil meledakkan gudang amunisi Sekutu dengan dinamit, tetapi mereka gugur dalam aksi tersebut.Pukul 24.00 WIB, Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI, sementara api berkobar di seluruh kota, menciptakan pemandangan seperti lautan api.2. Operasi Trikora dan Perebutan Irian Barat (1957-1969)Sengketa Irian Barat dimulai setelah KMB 1949, karena Belanda tetap mengklaim wilayah tersebut.Upaya diplomasi melalui PBB dan KAA di tahun 1950-an gagal karena Belanda menolak menyerahkan Irian Barat.Pada 17 Agustus 1960, Indonesia memutus hubungan diplomatik dengan Belanda.Sukarno mengumumkan Trikora pada 19 Desember 1961 di Yogyakarta untuk merebut Irian Barat.Awal 1962, operasi militer dimulai dengan penyusupan pasukan melalui laut dan udara.Pertempuran Laut Aru pada 15 Januari 1962 menewaskan Komodor Yos Sudarso.Persetujuan New York ditandatangani pada 15 Agustus 1962, dan Irian Barat diserahkan ke UNTEA.Pada 1 Mei 1963, Irian Barat resmi menjadi bagian Indonesia.Pepera 14 Juli - 2 Agustus 1969 mengesahkan Irian Barat sebagai wilayah Indonesia.3. Peristiwa Rengasdengklok (16-17 Agustus 1945)Berita kekalahan Jepang tersebar pada 15 Agustus 1945, memicu perdebatan antara golongan tua dan muda mengenai proklamasi.Golongan muda menghendaki proklamasi segera, sementara golongan tua, seperti Sukarno dan Hatta, ingin menunggu PPKI.Rapat golongan muda di Pengangsaan Timur memutuskan mendesak Sukarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan.Pada 16 Agustus 1945 dini hari, Sukarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok untuk menghindari pengaruh Jepang.Ahmad Soebardjo menjemput mereka setelah menjamin proklamasi akan dilakukan paling lambat siang hari 17 Agustus 1945.Malam 16 Agustus, Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta dan langsung menuju rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan proklamasi.4. Pertempuran Laut Aru (Januari 1962)Tiga kapal ALRI, RI Macan Tutul, RI Harimau, dan RI Macan Kumbang, berpatroli di Laut Aru.Kapal dipimpin Kapten Wiratno. Komodor Yos Sudarso dan Kolonel Sudomo ikut serta.Dua pesawat Belanda, Neptune dan Firefly, serta dua kapal perang menyerang.Yos Sudarso mengambil alih komando dan memerintahkan manuver pengalihan.RI Macan Tutul tenggelam bersama Yos Sudarso dan 25 awak kapal.Sebanyak 54 orang berhasil selamat.Sebelum tenggelam, Yos Sudarso memberi perintah terakhir, "Kobarkan semangat pertempuran!"Pertempuran terjadi dalam upaya merebut Irian Barat dari Belanda.Indonesia memutus hasil KMB pada 1956 dan membentuk Provinsi Irian Barat.Sukarno mengumumkan Tri Komando Rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961.Trikora menyerukan penggagalan negara boneka Papua dan mobilisasi umum.Pertempuran Laut Aru mempercepat langkah merebut Irian Barat.5. Perumusan Naskah Proklamasi (14-17 Agustus 1945)Jepang menyerah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945, berita ini didengar para pemuda nasionalis.Pemuda mendesak Sukarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan.Sukarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 agar terhindar dari pengaruh Jepang.Soebardjo menjamin dukungan Laksamana Maeda, sehingga Sukarno dan Hatta kembali ke Jakarta.Rapat perumusan naskah proklamasi berlangsung di rumah Maeda, Jakarta, pada malam 16 Agustus 1945.Nishimura, perwakilan militer Jepang, menegaskan Jepang tidak mengizinkan perubahan status quo.Sukarno menulis tangan naskah proklamasi pada dini hari 17 Agustus 1945 dengan diskusi bersama Hatta dan Soebardjo.Sayuti Melik mengetik naskah dengan tiga perubahan kecil sebelum ditandatangani Sukarno dan Hatta.Pembacaan proklamasi dilakukan pukul 10.00 WIB di rumah Sukarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta.Proklamasi kemerdekaan Indonesia resmi dinyatakan pada 17 Agustus 1945.Baca juga: Apa Itu Taktik Perang Gerilya? Pengertian, Sejarah, Tokoh, dan Tujuannya6. Pendaratan Tentara Jepang di Tarakan (10 Januari - 21 Juni 1945)Pada 8 Desember 1941 Jepang menyerang Pearl Harbor, Hongkong, Filipina, dan Malaysia.Penyerbuan Jepang ke Indonesia dimulai 10 Januari 1942.Jepang menyerbu Tarakan pada 11 Januari 1942 karena kekayaan minyaknya.Tarakan memiliki 700 sumur minyak dan menjadi prioritas Jepang dalam Perang Pasifik.Tentara Belanda menghancurkan instalasi minyak sebelum Jepang menguasai Tarakan.Pasukan Belanda menyerah pada 13 Januari 1942, seminggu kemudian Balikpapan juga jatuh ke Jepang.Jepang menguasai Tarakan hingga awal 1945 dengan pertahanan 2.300 serdadu.Sekutu mulai menyerang Tarakan sejak 27 April 1945 dengan tembakan artileri.Tentara Sekutu mendarat di Pantai Lingkas pada 1 Mei 1945 di bawah Brigadir Whitehead.Pada 19 Juni 1945, dua serdadu Jepang terakhir di Tarakan berhasil dilumpuhkan.Tarakan dinyatakan aman dari Jepang pada 21 Juni 1945.7. Kronologi Serangan Umum 1 Maret 1949Pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer II dan menduduki Yogyakarta, menangkap pemimpin RI, serta mengklaim RI telah tamat.Jenderal Sudirman dan pasukan TNI yang lolos dari penangkapan melakukan perang gerilya untuk melawan Belanda.Sultan Hamengku Buwono IX menggagas serangan umum setelah mengetahui bahwa DK PBB akan bersidang awal Maret 1949 untuk membahas konflik Indonesia-Belanda.Setelah berdiskusi dengan Jenderal Sudirman, Sultan berkoordinasi dengan Letkol Soeharto selaku Komandan Wehrkreise III untuk merencanakan serangan.Malam sebelum serangan, pasukan TNI menyusup ke Yogyakarta dari berbagai penjuru dengan mengenakan tanda janur kuning di dada sebelah kiri.Pada 1 Maret 1949 pukul 06.00, pasukan TNI menyerang Yogyakarta secara serentak, mengejutkan Belanda yang tidak siap menghadapi serangan mendadak ini.Belanda mengirim pasukan bantuan dari Magelang dan Surakarta, tetapi mereka dihadang gerilyawan republik di perjalanan.Sekitar pukul 11.00, pasukan Belanda dari Magelang berhasil masuk ke Yogyakarta dan mulai merebut kembali kota.Pada pukul 15.00, pasukan TNI mundur, dan Yogyakarta kembali dikuasai Belanda, tetapi serangan ini telah menunjukkan bahwa RI masih ada.Tiga pengawas UNCI yang berada di Yogyakarta melaporkan peristiwa ini ke DK PBB, memperkuat posisi diplomasi Indonesia.Radio AURI di Playen dan RRI di Balong menyiarkan kabar kemenangan ini hingga terdengar oleh dunia internasional melalui India.Serangan ini mengubah opini dunia internasional, menekan Belanda, dan memberi kemenangan politik bagi Indonesia dalam perjuangan diplomasi.8. Perang Asia Timur Raya (1937-1945)Pada 7 Juli 1937, meletus perang antara Jepang dan Tiongkok yang dikenal sebagai Insiden Jembatan Marco Polo. Konflik ini kemudian berkembang menjadi Perang Asia Timur Raya setelah Jepang memperluas agresinya ke Asia Tenggara.Pada tahun 1939, Perang Dunia II pecah di Eropa setelah Jerman menyerang Polandia. Jepang yang bersekutu dengan Jerman dan Italia mulai menguatkan pengaruhnya di Asia.Pada 8 Desember 1941, Jepang melancarkan serangan mendadak ke pangkalan Angkatan Laut AS di Pearl Harbor, Hawaii. Serangan ini menandai dimulainya Perang Pasifik, yang merupakan bagian dari Perang Dunia II.Setelah serangan Pearl Harbor, Jepang bergerak ke selatan dan mulai menguasai wilayah Asia Tenggara. Pada 10 Januari 1942, Jepang mendarat di Tarakan, Kalimantan Timur, dan dalam beberapa minggu berhasil menguasai Balikpapan, Pontianak, dan Banjarmasin.Pada 14 Februari 1942, pasukan Jepang melakukan serangan udara dan pendaratan di Palembang. Kota ini jatuh dua hari kemudian, membuka jalan bagi Jepang untuk menguasai Pulau Jawa.Pada 1 Maret 1942, Jepang mendarat di beberapa titik di Pulau Jawa, seperti Teluk Banten, Eretan Wetan (Jawa Barat), dan Kragan (Jawa Tengah). Pasukan Belanda tidak mampu menahan serangan ini.Pada 5 Maret 1942, Batavia (sekarang Jakarta) dinyatakan sebagai "kota terbuka" dan tidak lagi dipertahankan oleh Belanda. Jepang kemudian menduduki Bogor dan Bandung dalam beberapa hari berikutnya.Pada 8 Maret 1942, Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, menandatangani perjanjian menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Kalijati, Subang. Dengan ini, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia dan dimulailah pendudukan Jepang.Sejak tahun 1943, posisi Jepang dalam Perang Asia Timur Raya mulai terdesak setelah mengalami kekalahan dalam pertempuran di Kepulauan Mariana dan Filipina.Pada 6 dan 9 Agustus 1945, AS menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Akibatnya, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945.Setelah kekalahan Jepang, wilayah Indonesia bagian barat diserahkan kepada Komando Asia Tenggara (SEA Command) di bawah LaksamanaMountbatten, sementara bagian timur dikuasai oleh Australia. Perang Asia Timur Raya pun berakhir bersamaan dengan berakhirnya Perang Dunia II.9. Kronologi Pertempuran Surabaya (27 Oktober-20 November 1945)Pada 25 Oktober 1945, tentara Inggris yang didampingi NICA (Netherlands Indies Civil Administration) mendarat di Surabaya. Kedatangan mereka menimbulkan ketegangan dengan rakyat dan pejuang Indonesia.Insiden perobekan bagian biru bendera Belanda di Hotel Yamato memicu perlawanan. Pada 27 Oktober 1945, pecah pertempuran pertama antara pejuang Indonesia dan tentara Inggris di Surabaya.Pada 29 Oktober 1945, kedua pihak sepakat melakukan gencatan senjata. Namun, ketegangan terus berlanjut dan bentrokan sporadis masih terjadi di berbagai lokasi.Puncak ketegangan terjadi pada 30 Oktober 1945 sekitar pukul 20.30, ketika Brigadir Jenderal Mallaby, pemimpin tentara Inggris di Jawa Timur, tewas dalam insiden baku tembak di dekat Jembatan Merah.Setelah kematian Mallaby, Mayor Jenderal Eric Carden Robert Mansergh yang menggantikannya mengeluarkan ultimatum pada 10 November 1945. Ia menuntut pejuang Indonesia menyerahkan senjata dan menghentikan perlawanan.Ultimatum tersebut diabaikan oleh rakyat Surabaya. Pada pagi hari 10 November 1945, tentara Inggris melancarkan serangan besar-besaran, menandai dimulainya pertempuran sengit yang berlangsung hingga 20 November 1945.10. Kronologi Pertempuran Lima Hari di Semarang (15-19 Oktober 1945)Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II membawa perubahan besar di Indonesia. Kedatangan Sekutu untuk melucuti senjata Jepang memicu ketegangan antara rakyat Indonesia dan tentara Jepang yang masih bertahan.Rakyat Semarang mendesak Jepang menyerahkan persenjataan mereka, tetapi permintaan itu ditolak dengan alasan senjata hanya boleh diserahkan kepada Sekutu.Pada 14 Oktober 1945, dr. Kariadi, Kepala Laboratorium Malaria PURUSARA, ditembak mati oleh tentara Jepang saat akan memeriksa sumber air minum yang diduga telah diracuni.Kematian dr. Kariadi menyulut kemarahan rakyat. Pada 15 Oktober 1945, pasukan Jepang di bawah Mayor Kido Shinichiro mengerahkan sekitar 1.000 tentaranya untuk menyerang pusat Kota Semarang.Pertempuran terjadi di empat titik utama: Kintelan, Pandanaran, Jombang, dan Simpang Lima. Jepang merebut Penjara Bulu dan mengeksekusi banyak tawanan.Pada 17 Oktober 1945, Gubernur Jawa Tengah K.R.M.T. Wongsonegoro menyaksikan korban yang berjatuhan dan mengumumkan gencatan senjata sesuai kesepakatan Presiden Sukarno dengan Panglima Jepang di Jawa.Bentrokan terus berlanjut hingga 19 Oktober 1945, ketika Jepang berupaya merebut kembali pelabuhan. Pada hari yang sama, pasukan Sekutu dari HMS Glenroy tiba di Semarang, dipimpin Brigadir Jenderal Bethell.Pada 20 Oktober 1945, perundingan antara Republik Indonesia, Jepang, dan Sekutu menghasilkan kesepakatan penghentian pertempuran. Jepang harus membebaskan tawanan dan menyerahkan diri ke markas mereka.Pasukan TKR dan laskar mundur ke daerah sekitar Semarang untuk bersiap menghadapi perkembangan selanjutnya. Sekutu kemudian melucuti seluruh senjata Jepang, mengakhiri Pertempuran Lima Hari di Semarang.Baca juga: 6 Dimensi, Elemen, dan Subelemen Profil Pelajar Pancasila LengkapItulah tadi informasi lengkap mengenai contoh sejarah yang bersifat diakronik dengan berbagai tema. Semoga bermanfaat, detikers!