Cirebon memiliki minuman tradisional yang masih ada hingga saat ini. Namanya sekoteng yang jika diminum menjadikan tubuh hangat.Sekoteng masih kerap dijumpai di Cirebon. Hendrik (36) salah satunya yang masih eksis berjualan minuman tersebut.Baca juga: 22 Tahun Tinggal di Hutan, Jalan Ade Menyambung HidupSudah belasan tahun, Hendrik setia berjualan sekoteng. Setiap malam, Hendrik berkeliling di sekitar Kecamatan Kesambi, Cirebon.Berbeda dengan minuman tradisional lain, sekoteng memiliki beberapa keunikan, seperti penyajiannya yang menggunakan piring kecil khas Cina.Penggunaan piring kecil khas Cina, menurut Hendrik, karena dulu sekoteng merupakan minuman yang berasal tradisi masyarakat Cina.Dalam bahasa Jawa, nama Sekoteng sendiri merupakan singkatan Nyokot Weteng yang memiliki arti menggigit perut karena rasanya yang hangat menyegarkan."Katanya sih dulunya sih makanan orang Cina, karena memakai mangkuk kecil Cina yang biasa dimakan pakai sumpit," tutur Hendrik saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.Sekoteng Mang Hendrik di Cirebon Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabarWalaupun mirip dengan minuman tradisional lain seperti Bajigur dan Ronde, menurut Hendrik, Sekoteng memiliki perbedaannya tersendiri."Kalau Ronde itu ada bubur bundar yang pakai ketan khas Jawa Tengah, kalau Bajigur airnya pakai santan, sedangkan kalau Sekoteng itu pakainya air jahe," tutur Hendrik.Untuk satu porsi sekoteng, terdapat beberapa isian seperti bubur pacar, roti, kolang kaling, dan kacang. Sedangkan untuk air sekotengnya dibuat dengan menggunakan beberapa rempah-rempah seperti jahe, gula batu dan gula aren. Untuk memasaknya juga, Hendrik menggunakan panci khusus yang diberi nama Buleng, yakni panci yang tutupnya memiliki bentuk kerucut."Bentuknya moncong, fungsinya buat menahan panas sama biar ngambil airnya mudah. Untuk gulanya itu bisa pakai gula batu atau gula aren," tutur Hendrik.Untuk rasanya, sekoteng memiliki cita rasa yang hangat menyegarkan dengan sedikit rasa manis dan pedas yang berasal dari kuah jahe. Sedangkan untuk isinya, yakni bubur pacar dan kolang kaling memiliki rasa kenyal yang pas, apalagi ditambah dengan kacang yang gurih, menciptakan sensasi rasa sekoteng yang nikmat.Meski Hendrik berjualan Sekoteng pada saat malam hari, tapi untuk persiapannya, Hendrik sudah dimulai sejak pukul 12 Siang. Dengan menggunakan gerobak khusus sekoteng yang memiliki dua sisi, di mana satu sisi digunakan untuk tempat panci Buleng dan kompor, sedangkan di sini kedua digunakan untuk tempat menaruh bahan campuran sekoteng.Menurut Hendrik, sekotengnya akan laris dibeli pembeli ketika musim hujan tiba. Dengan harga Rp 5.000 per porsi, dalam sehari, Hendrik bisa menjual puluhan porsi Sekoteng dengan omzet ratusan ribu rupiah. Biasanya, Hendrik akan berkeliling di sekitar Kelurahan Karyamulya, Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon.Baca juga: Menengok Tempat Pembuatan Kecap Legendaris Khas Cirebon"Kalau cuacanya lagi musim hujan angin kayak gini tuh, banyak orang yang nyari. Kalau hujan kayak gini jualan cepat habis kadang jam 9 malam habis, sehari itu Rp 500.000 bisa dapat, tapi kalau lagi musim panas itu sepi paling dapat Rp 200.000, pulang juga bisa sampai jam 1 malam," tutur Hendrik.Hendrik sudah 16 tahun berjualan minuman tradisional Sekoteng, kemampuan dalam meracik sekoteng, Hendrik dapatkan dari pamannya yang sudah terlebih dahulu berjualan sekoteng. Meskipun terkadang sepi, tapi Hendrik percaya bahwa rezeki akan tetap ada. Hendrik bersyukur, dari berjualan sekoteng, cukup untuk menghidupi keluarganya sehari hari."Alhamdulillah kalau untuk buat makan mah cukup, karena kalau kita sudah menikah, gimana pun sepinya tapi rezeki itu ada, beda kayak pas masih bujang, anak saya satu," tutur Hendrik.