Kota Pasuruan, salah satu kota tertua di Jawa Timur, merayakan hari jadinya pada tanggal 8 Februari. Dengan sejarah panjang yang mencerminkan kejayaan masa lalu, kota ini memiliki peran penting dalam perdagangan, budaya, dan perkembangan peradaban di pesisir utara Jawa.Berawal dari masa kerajaan hingga era kolonial, Kota Pasuruan terus berkembang menjadi pusat ekonomi dan industri yang tetap menjaga warisan sejarahnya. Perayaan hari jadi ini menjadi momen untuk mengenang perjalanan panjang Kota Pasuruan, sekaligus meneguhkan komitmen dalam membangun masa depan yang lebih maju.Baca juga: Daftar Kabupaten di Jatim yang Rayakan Hari Jadi Bulan Februari 2025Berdasarkan jurnal Universitas Muhammadiyah Malang, Kota Pasuruan yang terletak pada 7°35'-7°45' LS dan 112°45' - 112°55' BT, merupakan salah satu daerah tingkat II di Jawa Timur, dengan luas wilayah 35,29 km².Wilayahnya berbatasan langsung dengan Selat Madura di utara, Kecamatan Pohjentrek dan Kecamatan Gondangwetan (Kabupaten Pasuruan) di selatan, Kecamatan Kraton (Kabupaten Pasuruan) di barat, serta Kecamatan Rejoso dan Kecamatan Pasuruan di timur.Kota ini terdiri dari empat kecamatan, yaitu Gadingrejo, Purworejo, Bugul Kidul, dan Panggungrejo. Kecamatan Purworejo terdiri dari enam kelurahan, Kecamatan Gadingrejo dengan sembilan kelurahan, Kecamatan Bugul Kidul terdiri dari enam kelurahan, dan Kecamatan Panggungrejo yang terdiri dari 13 kelurahan.Wilayahnya didominasi pemukiman dan lahan pertanian produktif, terutama untuk tanaman padi. Sebagai kota pesisir dengan ketinggian rata-rata 4 meter di atas permukaan laut, Kota Pasuruan memiliki potensi ekonomi sekaligus tantangan lingkungan, termasuk kerawanan banjir saat musim hujan. Baca juga: 6 Rekomendasi Kafe di Taman Dayu Pandaan PasuruanSejarah Kota PasuruanDilansir laman Disparpora Kota Pasuruan, Kota Pasuruan merupakan salah satu kota bersejarah di Jawa Timur yang memiliki peran penting dalam perdagangan dan pemerintahan sejak zaman dahulu. Kota ini dahulu dikenal dengan nama 'Paravan'.Sementara masyarakat Tionghoa saat itu menyebutnya sebagai Yanwang atau Basuluan. Ada juga yang mengaitkan nama Pasuruan dengan kata 'Pasar' dan 'Oeang', mencerminkan betapa ramainya aktivitas perdagangan di daerah ini.Pada masa lalu, Kota Pasuruan menjadi pusat transaksi dagang antar pulau di kawasan timur Nusantara. Hal ini tidak lepas dari keberadaan Pelabuhan Tanjung Tembikar, yang menjadi pintu gerbang perdagangan dan menarik banyak pedagang dari berbagai daerah. Berkat pelabuhan ini, Pasuruan berkembang menjadi kota dagang yang strategis.Sejarah Pasuruan tidak bisa dilepaskan dari tokoh-tokoh penting yang pernah berkuasa di kota ini. Salah satu tokoh paling terkenal adalah Untung Suropati, yang naik tahta sebagai raja Pasuruan. Ada juga Adipati Dharmoyudo, yang secara turun-temurun pernah memerintah Pasuruan. Secara legalitas formal, pemerintahan Kota Pasuruan mulai terbentuk ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Residensi Pasuruan pada 1 Januari 1901. Kemudian, pada 20 Juni 1918, Kota Pasuruan secara resmi ditetapkan sebagai kotapraja dengan nama Stads Gementee van Pasoeroean, sebagaimana tercantum dalam Staatblad 1918 No 320.Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno, Kota Pasuruan ditetapkan sebagai kotamadya, dengan wilayah administrasi terdiri dari tiga desa dan satu kecamatan. Kemudian, pada 21 Desember 1982, wilayah Kota Pasuruan diperluas menjadi tiga kecamatan dengan 19 kelurahan, yang terus berkembang hingga saat ini.Saat ini, Kota Pasuruan terus berkembang sebagai kota yang memiliki nilai historis tinggi sekaligus sebagai pusat perdagangan, industri, dan pariwisata. Dengan warisan sejarah yang kaya, Kota Pasuruan tetap menjadi bagian penting dalam perekonomian dan kebudayaan Jawa Timur.