Kelenteng adalah tempat ibadah umat Tridharma, yaitu penganut ajaran Konghucu, Taoisme, dan Buddhisme. Secara fisik, kelenteng memiliki arsitektur khas Tionghoa dengan atap melengkung, warna merah yang mendominasi, serta ornamen naga, burung phoenix, dan simbol keberuntungan lainnya.Kelenteng biasanya dilengkapi dengan ruang doa, altar, dan tempat pembakaran hio (dupa) yang digunakan untuk bersembahyang. Keberadaan kelenteng tidak hanya menjadi pusat keagamaan, tetapi juga tempat pelestarian seni dan budaya Tionghoa, seperti perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan tradisi lainnya.Baca juga: 8 Hidangan yang Wajib Dimakan Saat ImlekKelenteng memiliki peran yang beragam, mulai dari fungsi spiritual hingga sosial. Sebagai tempat ibadah, kelenteng menjadi sarana untuk berdoa, memohon berkah, serta menghormati leluhur dan dewa-dewa. Selain itu, kelenteng juga menjadi pusat kegiatan sosial dan budaya, seperti pendidikan seni kaligrafi, tari tradisional, hingga bela diri.Dalam kehidupan masyarakat sekitar, kelenteng sering kali berperan sebagai pusat komunitas yang mempererat hubungan antarsesama. Tradisi yang berlangsung di kelenteng biasanya melibatkan seluruh lapisan masyarakat, menjadikannya simbol keberagaman dan harmoni.Keberadaan kelenteng di Indonesia telah dimulai sejak lama seiring kedatangan para pedagang Tionghoa ke Nusantara. Kelenteng kemudian berkembang di berbagai daerah dengan keberadaan komunitas Tionghoa yang signifikan, seperti di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Pontianak.Hingga kini, kelenteng tidak hanya menjadi bagian dari sejarah budaya Tionghoa di Indonesia, tetapi juga cerminan harmoni budaya lokal yang beragam.Klenteng Tertua di JatimJawa Timur juga menjadi rumah beberapa klenteng tertua yang telah berdiri sejak ratusan taun silam. Keberadaan kelenteng ini menjadi penanda keberagaman telah eksis sejak lama dan keberadaannya terus dijaga. Berikut beberapa diantaranya:1. Kelenteng Kim Hin Kiong GresikKlenteng Kim Hin Kiong Foto: Dinas kebudayaan dan pariwisata kab GresikDikutip dari situs perkumpulan Tridharma, berdasarkan ukiran di belandar tepat berada di atas altar Thian Kong kelenteng ini dibangun 1 Agustus 1153. Pembangunan kelenteng ini bertujuan sebagai bentuk persembahan kepada Dewi Pelindung Lautan, Ma Co Thian Siang Seng Boo.Kelenteng Kim Hin Kiong Gresik terkenal dengan Ciam Si (tradisi ramalan ala masyarakat China kuno) di altar Yang Mulia Ma Co Thian Siang Seng Boo. Ciam Si ini dipercaya manjur atau mujarab. Termasuk untuk Ciam Si karier, jodoh, maupun peruntungan lainnya.Altar dan patung yang ada dalam Klenteng Kim Hin Kiong juga temasuk lengkap.Pada bangunan utama terdapat altar Thian Kong tepat di depan dekat pintu masuk kelenteng. Kemudian ada altar Yang Mulia Ma Co Thian Siang Seng Boo di belakang altar Thian Kong, yang juga terdapat Rupang Li Lo Cia (Na Zha). Altar Yang Mulia Ma Co Thian Siang Seng Boo berdampingan dengan altar Dewi Kwan Im Po Sat dan altar Dewa Kwan Kong.Pada sebelah kanan bangunan utama terdapat bangunan tambahan yang ada altar Tri Nabi (Budha, Lao Tze, Khong Hu Cu), altar Kong Co Toa Pek Kong, altar Pek Ho Ya, dan altar Kong Co Jai Sen Yak.Pada sebelah kiri bangunan utama terdapat panggung wayang potehi, yaitu tempat penyimpanan peralatan sembahyang (dupa/hio dll), tempat penyimpanan Khio (kereta tandu), dan juga halaman luas.Pada belakang bangunan utama terdapat bangunan serbaguna yang dapat menjadi tempat istirahat atau tempat tidur. Bangunan serbaguna ini juga memiliki etalase yang berisi berbagai kitab suci.2. Klenteng Hok Tiek HianKelenteng Hong Tik Hian Foto: Istimewa (tourism.surabaya.go.id)Kelenteng tua lainnya berada di Surabaya, yakni Kelenteng Hong Tiek Hian. Melansir laman Indonesia Kaya, Kelenteng Hong Tiek Hian terletak di Jalan Dukuh Nomor 23, Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan, Kota Surabaya. Tempat ibadah ini dikenal dengan Kelenteng Dukuh. Lokasinya dekat dengan Jembatan Merah.Kelenteng tertua di Surabaya ini dibangun pasukan Tar-tar pada zaman Khu Bilai Khan saat awal Kerajaan Majapahit. Terdapat dua bangunan utama yang dihubungkan sebuah jembatan yang dijaga dua ekor naga.Pada lantai 1 bangunan terdapat altar Macko dan Kong Co. Pada kelenteng lama terdapat altar sembahyang Sien Beng dan Kong Co yang dipujanya terdiri dari Kong Tek Tjun Ong, Boen Tjiang Tee Koen, dan Hok Tik Tjing Sien. Pada bangunan baru terdapat pujaan dari Mak Co Thian Siang Sien Boo, Oen Wan Sue dan Ma Wang Sue, Thio Wan Sue dan Khong Wan Sue.Sementara lantai 2 terdapat altar Buddha, Dewi Kwan Im, dan beberapa dewi-dewi lainnya. Juga terdapat altar Hiap Thian Siang Tee, Buddha Avalokitesvara didampingi Buddha Gautama, Namo K. Bodhisatva, O Mi To Hoed, Namo Aryayi Bodhisatvaya, dan Buddha Maitreya.3. Kelenteng Tjoe Tik Kiong Pasuruankelenteng Tjoe Tik Kiong Pasuruan Foto: Muhajir ArifinKlenteng Tjoe Tik Kiong didirikan pada tahun 1740. Berada di Jalan Lombok, Kota Pasuruan, Kelenteng ini didirikan oleh para saudagar etnis Tionghoa yang datang dan menetap di Pasuruan saat itu, sebagai perekat persaudaraan di kalangan etnis Tionghoa. Klenteng ini dibelah oleh Gang II yang tergolong sempit. Di sebelah utara gang, klenteng yang paling awal dibangun menghadap langsung ke Jalan Dukuh, sedangkan bagian klenteng yang lainnya menghadap ke utara atau ke klenteng yang pertama kali didirikian.Bentuk bangunan klenteng Tjoe Tik Kiong ini menganut gaya "Indische Empire". Saat ini bangunan utama asli di bagian depan klenteng, tempat patung Dewi Makco. Beberapa bagian bangunan lainnya dibangun perlahan dari waktu ke waktu, yakni di bagian tengah terdapat patung Dewi Kwan Im dan tempat bersemedi yang dapat ditemui di bagian belakang klenteng.Dikutip dari situs pemerintah provinsi Pasuruan, pada tahun 2023 salah satu objek wisata di Pasuruan ini mampu menarik pengunjung sebanyak 810 winus dan 28 wisman. Letak Klenteng Tjoe Tik Kiong sengaja dibangun tegak lurus dengan jalan atau biasa disebut tusuk sate, karena menurut kepercayaan orang Tionghoa bangunan tusuk sate memiliki pengaruh buruk dan pengaruh buruk tersebut dapat hilang dengan keberadaan klenteng yang berada di jalan tegak lurus dari Jaloan Soekarno Hatta dan Jalan Lombok.4. Kelenteng Kwan Sing Bio, TubanPatung Shio Ular Sambut Imlek Di Klenteng Kwan Sing Bio Tuban Foto: Ainur Rofiq/detikJatimKelenteng Kwan Sing Bio dibangun pada 1773. Nama Kwan Sing Bio bermakna sebagai tempat pemujaan dan penghormatan kepada Dewa Kwan Kong. Lokasinya di Jalan Martadinata Nomor 1, Kelurahan Karangsari, Kecamatan Kota Tuban atau berada di Jalur Pantura.Melansir laman Disbudporapar, kelenteng ini menjadi satu-satunya di Asia Tenggara yang menghadap ke laut. Gerbang masuk Kelenteng Kwan Sing Bio terdapat Gapura Kepiting Raksasa karena klenteng ini didirikan di wilayah penghasil kepiting.Dibangun di area seluas 4 hingga 5 hektare, tempat ibadah ini disebut sebagai klenteng terbesar se-Asia Tenggara. Kelenteng Kwan Sing Bio memiliki bangunan berwarna merah, kuning, dan hijau dengan berbagai hiasan khas Tionghoa seperti naga, lilin, dan lampion. Bagian bangunan klenteng ini terbagi menjadi tiga ruangan di bangunan utamanya. Ruang pertama yang berada di bagian depan digunakan sebagai tempat membakar hio. Pada ruang kedua yang berada di bagian tengah kerap digunakan sebagai tempat sembahyang dan tempat meletakkan buah-buah persembahan. Sementara pada ruang ketiga yang berada di bagian belakang merupakan tempat arca atau patung Dewa Kwan Kong dan arca lainnya yang dikeramatkan5. Kelenteng Tjoe Hwie Kiong, Kediri 1817Kelenteng Tjoe Hwie Kiong Foto: Istimewa (Instagram @kediritourism)Kelenteng Tjoe Hwie Kiong Kediri berada di Jalan Yos Sudarso Nomor 148, Pakelan, Kecamatan/Kota Kediri. Kelenteng ini menjadi salah satu bangunan yang dilindungi di Kota Kediri karena usianya cukup tua dan menyimpan nilai historis.Kelenteng yang berdiri sekitar 1817 ini pun masuk dalam cagar budaya Jawa Timur. Altar Dewi Thian Sang Sing Bo berada di tengah bangunan utama. Patung sengaja menghadap ke arah Sungai Brantas. Sedangkan dewa-dewa lainnya berada di sisi lain dari kelenteng.Seiring berjalannya waktu total ada 17 patung yang tersimpan di kelenteng. Di antaranya patung tiga nabi agung yang ada di sisi kanan bangunan Utama yang posisinya sejajar. Di sisi kiri terdapat patung Lao Tze dengan simbol yin-yang yang digunakan penganut ajaran Tao. Sedangkan di tengah, terdapat patung Budha Sakyamuni dengan simbol swastika untuk penganut Buddha. Sementara sisi paling kanan terdapat patung Kong Hu Cu dengan simbol genta.6. Kelenteng Hok An Kiong, SurabayaKelenteng Hok An Kiong Foto: Website Bapeddalitbang SurabayaKelenteng Hok An Kiong atau yang juga disebut dengan nama Kelenteng Suka Loka merupakan kelenteng tertua di Surabaya. Lokasi kelenteng ini berada di Jalan Coklat Nomor 2, Bongkaran, Kecamatan Pabean Cantian, Kota Surabaya, Jawa Timur. Letaknya yang berada di Jalan Coklat membuat bangunan kelenteng ini juga disebut dengan nama Kelenteng Coklat. Kelenteng Hok An Kiong dibangun pada tahun 1830 oleh seorang insinyur asal Tiongkok bernama Hok Kian Kong Tik.Melansir Bappedalitbang Surabaya,Dewa Mak Co Po yang ada di kelenteng ini sangat dihormati. Pasalnya, berkaitan dengan pelayaran Tiongkok hingga tiba di Surabaya yang dipercaya dibantu Dewa Mak Co Po.Sementara situs resmi Tourism Surabaya menyebutkan, pembangunan kelenteng mendatangkan tukang dari Tiongkok, termasuk perlengkapan dan bahan-bahannya. Konstruksi bangunan pun tanpa paku-paku logam, hanya menggunakan potongan bambu yang diruncingkan.7. Kelenteng Eng An Kiong, MalangPersiapan Imlek di Klenteng Eng An Kiong Malang Foto: Aujana Mahalia/detikJatimDikutip dari situs resmi Pemkot Malang, Kelenteng Eng An Kiong didirikan pada 1825. Kelenteng yang dibangun Liutenant Kwee Sam Hway ini merupakan salah satu bangunan tertua di Kota Malang. Bahkan, telah ditetapkan bangunan cagar budaya.Kelenteng Eng An Kiong dibangun dalam dua periode. Bangunan pertama, yakni ruangan tengah yang dibangun pada 1825. Sementara bangunan lainnya dibangun pada 1895-1934.Kelenteng tersebut diberi nama Eng An Kiong yang bermakna istana keselamatan dalam keabadian Tuhan dan merupakan persembahan kepada Dewa Bumi. Kelenteng ini merupakan kelenteng tridharma atau tempat ibadah tiga ajaran yakni Taoisme, Buddhisme, dan KonfusianismeDemikian detikers deretan kelenteng tertua di Jawa Timur.