Gedung tua Engsun menjadi salah satu bangunan yang cukup dikenal oleh banyak masyarakat Tasikmalaya.Bangunan terbengkalai ini berada tak jauh dari komplek olahraga Dadaha, tepatnya di Jalan Taman Harapan Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya.Baca juga: 6 Tahun Ditinggalkan, Eks RSUD Angker Ini Mendadak Jadi Tempat HiburanRupa bangunan terdiri dari kerangka puing beton dan bangunan usang yang terbengkalai.Sudah lebih dari 4 dekade, aset swasta atau milik perorangan ini dibiarkan tak terurus. Si empunya lahan, belum terlihat hendak memanfaatkan kembali aset miliaran rupiah tersebut.Selama itu pula bangunan Engsun kerap dimanfaatkan untuk tempat bermain. Hingga lambat laun bangunan itu seolah menjadi 'landmark' warga Kota Tasikmalaya.Konstruksi bangunan bekas pabrik berupa rangka beton dan gedung-gedung tua menjadi lokasi favorit bagi para fotografer.Lanskap dan suasananya cocok untuk lokasi pemotretan atau sinema dengan konsep tertentu, bahkan tak sedikit yang menjadikan gedung tua Engsun sebagai lokasi pemotretan pra pernikahan.Gedung Engsun Tasikmalaya Foto: Faizal Amiruddin/detikJabarPara pembuat konten media sosial juga sering menjadikannya lokasi syuting. Entah itu konten horor semacam uji nyali, hingga konten review lokasi.Selain itu komplek gedung tua Engsun juga menjadi lokasi favorit bagi kegiatan war game alias perang-perangan komunitas air soft gun atau paint ball.Kawasan gedung Engsun juga kerap dijadikan semacam shelter oleh sejumlah tuna wisma. Mereka membangun saung atau sekedar tempat berlindung di kawasan bangunan tersebut.Nama Engsun sendiri adalah nama dari pemilik aset tersebut. Dia adalah sosok pengusaha keturunan Tionghoa, yang memproduksi tepung tapioka atau aci. Tjap Obeng, adalah merk dagang aci produksinya.Menurut keterangan warga, sekitar tahun 1975 dia kemudian melebarkan bisnisnya dengan membangun pabrik pengolahan sitrun alias asam sitrat, atau dalam bahasa lain dikenal dengan citric acid.Baca juga: Jejak Pabrik Sitrun Raksasa di Gedung Engsun TasikmalayaDari pabrik Tjap Obeng di Jalan HZ Mustofa, dia membebaskan lahan ke belakang sampai ke dekat kawasan komplek olahraga Dadaha, kemudian membangun pabrik."Jadi bangunan gedung tua Engsun ini dulunya adalah pabrik sitrun, pemiliknya Pak Engsun yang punya Tjap Obeng," kata Kusmara (68), warga sekitar sekaligus mantan pegawai pabrik sitrun Engsun.Dia mengatakan sitrun ini merupakan perasa asam untuk minuman atau makanan. "Kalau dulu sitrun itu untuk campuran limun, ya mungkin sekarang juga masih digunakan," kata Kusmara.Tapi keberadaan pabrik sitrun kala itu menuai polemik di masyarakat. Pemicunya karena operasional pabrik menimbulkan limbah dan pencemaran bagi lingkungan."Ini pabrik sitrun besar. Ton-tonan produksi setiap harinya. Pegawainya saja lebih dari 400 orang, termasuk saya juga pernah kerja di bagian produksi," kata Kusmara.Di akhir dekade 70-an keberadaan pabrik ini menuai sorotan. Limbah produksi sitrun ini masuk ke saluran air dan menimbulkan bau yang mengganggu dan berdampak buruk bagi lingkungan."Tahun 1978 aktivitas pabrik mulai turun, limbah jadi masalah, banyak yang protes. Ini memang baunya nggak ketulungan. Saya waktu kerja saja, pakai masker kain tiga lapis masih tercium," kata Kusmara.Menurut dia sitrun itu terbuat dari fermentasi ampas tapioka yang kemudian disuling dijadikan butiran kristal. "Ya jelas bau, kan terbuat dari ongok (ampas tapioka). Ongoknya saja sudah bau, apalagi ini difermentasi," kata Kusmara.Salah satu sudut gedung tua Engsun di Tasikmalaya. Foto: Faizal Amiruddin/detikJabarKisruh masalah pencemaran limbah itu akhirnya membuat Engsun memutuskan menyetop aktivitas usahanya di awal dekade 80-an."Pokoknya sebelum Gunung Galunggung meletus, pabrik ini sudah tutup. Jadi memang dapat dikatakan rugi besar, membangun pabrik segede ini tapi hanya beroperasi beberapa tahun. Akhirnya terbengkalai," kata Kusmara.Karena lama terbengkalai, bangunan pabrik kemudian dibobol oleh orang-orang tak bertanggung jawab dari bagian samping, tepatnya dari Jalan Taman Harapan."Bobol dari samping kemudian besi-besinya habis dijarah. Ini yang sekarang tinggal rangka beton, dulunya bangunan utuh tapi besi-besinya habis dijarah," kata Kusmara.Baca juga: Mengungkap Kisah Mistis di Gedung Tua Engsun TasikmalayaJalan itu pula yang kini dijadikan akses masuk bagi masyarakat yang ingin melihat-lihat gedung tua Engsun.Menurut Kusmara, keluarga pemilik lahan ini tak berkeberatan dengan aktivitas masyarakat di lahan mereka sepanjang digunakan hal-hal positif."Kalau Pak Engsun kan sudah meninggal dunia. Anak-anaknya kalau kebetulan lewat sambil olahraga suka menitipkan ke warga. Ya intinya asal jangan dipakai hal yang tak baik, kalau sekedar dimanfaatkan untuk foto-foto nggak masalah," kata Kusmara.