Artikel ini mengulas peristiwa penting atau menarik yang pernah terjadi. Artikel ditulis ulang dengan tujuan mengingatkan lagi pembaca soal kejadian tersebut.Hati-hati jika ingin melakukan hal iseng. Setidaknya, apa yang dialami santriwati ini bisa jadi pelajaran tersendiri.Diketahui, pada Selasa 21 Mei 2024 pukul 07.30 WIB, seorang santriwati bikin geger di salah satu pondok pesantren di Sumedang. Penyebabnya, jari sang santriwati terjebak di lubang kursi.Baca juga: Throwback: Kala Batu Akik Terjebak di Mr P Pria TasikmalayaDanton Damkar Kota Sumedang saat itu, Yayat Hidayat, mengatakan peristiwa itu menimpa seorang santriwati di Ponpes An-nur atas nama Sherin (13). Awalnya, pihak Damkar Kota Sumedang mendapatkan laporan dari guru yang berada di ponpes tersebut."Pertama-tama wali kelasnya melaporkan kepada kita kurang lebih jam 08.15 WIB mereka sudah mencoba menggunakan minyak goreng tapi tidak berhasil sehingga langsung menghubungi kami dan kami langsung meluncur ke sana," ujar Yayat kepada detikJabar di Kantor Damkar Sumedang.Yayat mengatakan, dari keterangan korban, terjadinya hal tersebut berawal dari korban yang dengan sengaja memasukan jari telunjuk pada bagian tangan kanannya itu ke bangku yang berlubang kecil. Namun, jari korban malah tersangkut dan tidak bisa keluar lagi."Awalnya bercandaan kebetulan di kursi yang depan ada lubang dimasukan lah jari telunjuk kanannya saat ditarik nyangkut ternyata nggak bisa keluar lagi," katanya.Untuk mengeluarkan jari dari santriwati itu, pihaknya mengevakuasi dengan cara memotong kursi menggunakan alat gergaji serta satu buah tang. Saat proses evakuasi, pihaknya pun melakukan dengan hati-hati karena tidak ingin proses pemotongan kursi dapat melukai dari jari yang tersangkut."Kita evakuasi dulu dengan cara manual menggunakan gergaji sama tang buat mencongkel kursinya. Kita sebagai petugas Damkar buat dulu keamanan dan kenyamanan buat korban sehingga evakuasi berjalan dengan lancar," ungkapnya.Hanya berselang beberapa menit saja, proses evakuasi jari yang tersangkut itu pun berjalan dengan lancar tanpa membuat luka apapun di jari milik korban."Semuanya aman santriwatinya tidak mengalami luka-luka seperti goresan apapun. Kita mengeluarkannya hati-hati sekali, kurang lebih sekitar 8 menit kita berhasil mengevakuasi," pungkasnya.Sementara itu, secara umum, damkar jadi sesuatu yang menarik. Sebab, para petugasnya tak hanya piawai memadamkan api. Di luar itu, ada banyak hal yang bisa ditangani dan kadang kasusnya tak terduga.Beban kerja yang penuh variasi ini menuntut para petugas damkar untuk tidak hanya terampil secara teknis, tetapi juga tangguh secara mental.Namun semua itu didapat petugas tanpa modal pelatihan keahlian yang mendetail. Mereka hanya mengandalkan ilmu otodidak yang dibarengi dengan pengalaman."Jadi untuk kayak penanganan cincin ya mungkin penanganan animal (hewan) seperti tawon, kemudian kucing, ular, itu tidak ada kelasnya, tidak ada latihannya ya," ucap Kasi Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung, John Erwin, kepada detikJabar, Kamis (16/1/2025).Untuk bisa mengevakuasi hewan liar, petugas biasanya berkolaborasi dengan komunitas pencinta reptil. Dari situ, mereka mendapat ilmu tentang menangani hewan liar macam ular.Erwin menyebut, petugas pemadam kebakaran dibekali pelatihan penyelamatan. Hanya saja, pelatihan itu hanya memberikan ilmu-ilmu dasar penyelamatan. Sementara untuk kasus penyelamatan yang tak biasa, petugas harus bisa mencari cara sendiri."Sementara untuk penanganan kayak yang aneh-aneh kayak ular kemudian cincin nyangkut itu tidak secara detail hanya pengenalan materi teori. Ada memang tidak tidak detail makanya memperdalamnya yaitu berkolaborasi dengan masyarakat," tuturnya.Tuntutan bekerja serba bisa tidak hanya dialami petugas damkar di Kota Bandung, namun juga di seluruh daerah di Indonesia. Erwin menjelaskan, pekerjaan serba bisa memang menjadi salah satu tupoksi dari tugas damkar selain memadamkan api."Sesuai dengan undang-undang bahwa untuk kedaruratan perkotaan dilaksanakan dengan oleh pemadam kebakaran. Kalau kebakaran jelas itu sudah menjadi tupoksi, untuk non kebakaran, evakuasi, penyelamatan di perkotaan oleh damkar dilaksanakannya," jelas Erwin.Untungnya, pemadam kebakaran di Kota Bandung dibekali dengan peralatan yang memadai. Hal itu tentunya membuat tugas mereka menjadi lebih mudah. Meski tak banyak menemukan kendala, namun beberapa situasi membuat pekerjaan mereka menjadi lebih lama.Erwin mencontohkan, dalam mengevakuasi ular yang masuk ke dalam rumah, petugas biasanya sulit mencari keberadaan ular yang bersembunyi di langit-langit rumah. Karenanya, butuh insting dan pengalaman untuk menangani kendala itu."Untuk penanganan ular kesulitannya itu karena mungkin situasi dan kondisi di lokasi kan berbeda," ujarnya.Baca juga: Throwback: Kisah Kloset Duduk dan Tangis Kesakitan Bocah CimahiBagi petugas damkar Kota Bandung, pekerjaan mereka adalah panggilan jiwa untuk melayani masyarakat. Apapun aduannya, Erwin memastikan pihaknya akan melayani masyarakat."Damkar akan merespons apapun aduan warga, terkait apapun tidak hanya kebakaran," tandasnya.