15 Tempat Wisata Kota Tua Jakarta dengan Sejarahnya Lengkap

15 Tempat Wisata Kota Tua Jakarta dengan Sejarahnya Lengkap

row2024/08/02 12:05:58 WIB
Kota Tua Jakarta (Fadil/detikcom)

Kota Tua adalah salah satu tempat wisata favorit di Jakarta. Kota Tua menyimpan banyak jejak sejarah peninggalan Belanda yang masih berdiri hingga sekarang.Simak artikel ini untuk mengenal sejarah Kota Tua. Simak juga 15 tempat wisata unggulan yang wajib dikunjungi di Kota Tua, lengkap dengan daya tarik, harga tiket masuk, lokasi dan jam buka.Rekomendasi 15 Tempat Wisata Kota TuaKarena sejarahnya yang kental, Kota Tua kini memiliki pesona tersendiri bagi wisatawan. Jika mau datang ke sini, simak dulu rekomendasi 15 tempat wisata Kota Tua Jakarta yang wajib dikunjungi.1. Stasiun KA Jakarta KotaStasiun Jakarta Kota. (Pradita Utama)Lokasi: Jalan Lada, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat, DKI JakartaJika kalian naik commuter line untuk menuju Kota Tua, maka akan turun di Stasiun Jakarta Kota. Stasiun ini dulu dikenal dengan sebutan Stasiun Beos. Stasiun ini berdiri sejak 1870.Dikutip dari situs KAI, Beos sendiri diambil dari nama maskapai kereta api Belanda bernama Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Di masa Belanda, stasiun ini pernah dipakai sebagai untuk menghubungkan Batavia-Buitenzorg (Jakarta-Bogor).Bangunan Stasiun Jakarta Kota merupakan hasil desain dari arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, 8 September 1882, Frans Johan Louwrens Ghijsels. Kini stasiun ini masih aktif digunakan untuk jalur commuter line Jabodetabek mulai pukul 03.00-24.00 WIB.2. Pelabuhan Sunda KelapaPelabuhan Sunda Kelapa. (Brigitta/detikcom) Lokasi: Jl. Maritim No 8 Sunda Kelapa, Kecamatan Pademangan, Jakarta UtaraJam buka: 24 jam.Di sisi utara terdapat Pelabuhan Sunda Kelapa yang sangat bersejarah, bahkan sejak masa kerajaan. Pelabuhan ini sejak dulu sudah menjadi persinggahan utama kapal-kapal dari berbagai negara.Kini Pelabuhan Sunda Kelapa difungsikan untuk kapal-kapal berukuran lebih kecil dan melayani lalu lintas perdagangan antarpulau dalam negeri. Wisatawan bisa menjumpai kapal-kapal kayu dan kapal phinisi yang cantik digunakan sebagai latar belakang foto.3. Museum FatahillahMuseum Fatahillah. (Tiara Rosana/detikcom)Lokasi: Jl. Taman Fatahillah No 1 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.Jam buka: 09.00-15.00 WIB (Senin tutup)Harga tiket masuk:Dewasa: Rp 5.000 per orangMahasiswa: Rp 3.000 per orangAnak-anak/Pelajar: Rp 2.000 per orang.Fatahillah adalah sosok yang bersejarah bagi Jakarta. Namanya kemudian digunakan sebagai nama Museum Sejarah Jakarta yang juga disebut Museum Fatahillah. Di dalam museum ini terdapat berbagai koleksi bersejarah dari masa lalu.Koleksi tersebut antara berwujud perabot rumah tangga, mebel, senjata, keramik, peta, dan buku-buku. Koleksinya kini diperbanyak untuk menambah wawasan para pengunjung.4. Taman FatahillahTaman Fatahillah. (Shutterstock)Lokasi: Jl. Taman Fatahillah No 1 Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.Jam buka: 06.00-22.00 WIBHarga tiket masuk: gratisMuseum Fatahillah mungkin tutup sampai sore, tetapi Taman Fatahillah bisa dinikmati sampai malam. Dari taman ini, traveler bisa berfoto dengan latar belakang gedung bergaya neo klasik tersebut.Taman ini disusun dari bahan konblok. Terdapat sebuah kolam berdesain kubah yang unik di halaman depan. Detikers bisa melihat ke bagian atap utama Museum Fatahillah yang terdapat penunjuk arah mata angin yang ikonik.Di malam hari, area ini masih ramai pengunjung. Bahkan sering kali ada hiburan musik.5. Toko MerahToko Merah di kawasan Kota Tua. (Tim detikfood)Lokasi: Jalan Kali Besar Barat No 11, Roa Malaka, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat.Jam buka: 08.00-22.00 WIBToko Merah mungkin tampak paling mencolok daripada bangunan di sekitarnya. Bangunan bergaya klasik Eropa ini memiliki ornamen khas China. Pada dindingnya tercantum informasi bahwa Toko Merah dibangun Gubernur VOC Gustaaf Willem Baron Van Imhoff pada 1730.Dilansir e-jurnal milik binus.ac.id, terdapat perbedaan pendapat mengenai pemberian nama 'Toko Merah'. Sebagian berpendapat gedung ini dulunya adalah toko yang dimiliki warga Tionghoa, Oey Liauw Kong pada pertengahan abad ke-19.Pendapat lain mengatakan nama 'Toko Merah' diambil setelah peristiwa Geger Pacinan. Banyak warga Tionghoa yang mati dibunuh dan hanyut di Kali Besar saat itu. Warna air sungai pun sampai berubah menjadi merah karena darah.Dahulu, wisatawan tidak diperbolehkan masuk ke Toko Merah, sehingga hanya bisa berfoto-foto dari luar. Sejak 1 November 2023, Toko Merah digunakan sebagai kafe RODE Winkel yang bisa menjadi tempat nongkrong sambil ngopi.6. Museum Bank IndonesiaMuseum Bank Indonesia. (Ni Made Nami Krisnayanti)Lokasi: Jalan Pintu Besar Utara No 3, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.Jam buka: 08.00-15.00 WIB (Senin tutup)Harga tiket masuk:Umum: Rp 5 ribuPelajar/mahasiswa: gratisAda juga Museum Bank Indonesia (BI) yang menyimpan sejarah perbankan Indonesia. Di sini, traveler bisa melihat mata uang dari zaman Nusantara sampai sekarang. Museum ini sering dijadikan tempat wisata edukatif oleh para pelajar.7. Museum Bank Mandirimuseum bank mandiri kota tua. (Tommy Bernadus/d'Traveler)Lokasi: Jalan Lapangan Stasiun No 1, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.Jam buka: 09.00-15.00 WIB (Senin tutup)Harga tiket masuk:Dewasa: Rp 5.000 per orangPelajar/Anak-anak: Rp 3.000 per orangPelajar (Wisatawan Asing): Rp 10.000 per orangDewasa (Wisatawan Asing): Rp 15.000 per orangSelain Museum Bank Indonesia, ada juga Museum Mandiri. Di sini, traveler bisa mengenal sejarah perbankan masa lalu melalui perangkat jadul, diorama, papan informasi.Dilansir dari situs Museum Mandiri, gedung ini awalnya adalah kantor Nederlandsch Handel-Maatschappij (NHM) atau Netherlands Trading Corporation alias Maskapai Dagang Belanda.Usai Indonesia merdeka, gedung ini beralih menjadi Bank Exim (Bank Export Import). Baru pada 2 Oktober 1998, gedung NHM resmi difungsikan sebagai Museum Mandiri.8. Museum Seni Rupa dan Keramikmuseum keramik kota tua. (Nfadils/d'Traveler)Lokasi: Jalan Pos Kota No 2, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.Jam buka: 09.00-15.00 WIB (Senin tutup)Harga tiket masuk:Dewasa: Rp 5.000 per orangMahasiswa: Rp 3.000 per orangAnak-anak/Pelajar: Rp 2.000 per orangDi sebelah Museum Fatahillah, terdapat bangunan cagar budaya yang juga menarik, yaitu Museum Seni Rupa dan Keramik. Traveler bisa melihat berbagai koleksi keramik dan seni rupa dari Indonesia maupun mancanegara di dalam museum ini.Detikers juga bisa mengikuti workshop membuat gerabah atau keramik di Museum Seni Rupa dan Keramik. Biaya mengikuti workshop ini adalah sebesar Rp 50.000 per orang.9. Museum BahariMuseum Bahari di Penjaringan, Jakarta Utara. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)Lokasi: Jalan Pasar Ikan No 1, Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.Jam buka: 08.00-15.00 WIB (Senin tutup)Harga tiket masuk:Dewasa: Rp 10.000 per orang (weekend Rp 15.000 per orang)Mahasiswa/pelajar: Rp 5.000 per orangWisatawan mancanegara: Rp 50.000.Jakarta juga terkenal dengan lautnya. Wisatawan bisa mengenal lautan di Museum Bahari. Di museum ini, detikers bisa melihat berbagai benda-benda kelautan dari masa kolonial.Dikutip dari situs Dinas Kebudayaan Jakarta, bangunan ini awalnya berfungsi sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah. Setelah Jepang masuk, gedung ini berfungsi untuk menyimpan logistik oleh tentara Jepang.Setelah Indonesia merdeka, gedung ini dipakai untuk menyimpan alat navigasi hingga replika perahu tradisional dari berbagai daerah. Pemerintah menetapkan bangunan tersebut menjadi Museum Bahari pada 7 Juli 1977.10. Magic Art 3D Museum JakartaMagic Art 3D Museum. Foto: Tiara Rosana/detikcomLokasi: Jalan Kali Besar Timur, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.Jam buka: 10.00-18.00 WIBHarga tiket masuk:Dewasa: Rp 60.000 (weekend Rp 80.000)Anak usia 3-17 tahun: Rp 40.000 (weekend Rp 50.000)Ada wisata museum lain yang menarik perhatian, yaitu Magic Art 3D Museum. Dilansir dari situs resminya, museum ini menyuguhkan berbagai lukisan dan seni tiga dimensi.Di dalamnya terdapat 17 zona dan 104 spot foto. Zona di museum ini antara lain zona lukisan, satwa, laut, rutinitas, dinosaurus, horor, dan petualangan. Selain itu, terdapat wahana menarik di dalamnya, yakni seperti labirin rumah kaca, ruang laser, ruang ames, ruang miring, kursi ilusi, ruang penjara, dan ruang ajaib.11. Museum WayangMuseum Wayang. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)Lokasi: Jalan Pintu Besar Utara No 27 Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta BaratJam buka: 09.00-15.00 WIB (Senin tutup)Harga tiket masuk:Dewasa: Rp 5.000 per orangMahasiswa: Rp 3.000 per orangAnak-anak/Pelajar: Rp 2.000 per orangSatu lagi tempat wisata museum di Kota Tua, yaitu Museum Wayang. Di dalamnya terdapat aneka koleksi wayang, seperti wayang kulit, wayang golek, dan wayang beber. Selain wayang, ada koleksi berupa topeng, lukisan, patung kayu, dan gamelan.Museum Wayang menggunakan bangunan kuno yang didirikan VOC pada 1640 dengan nama 'de oude Hollandsche Kerk'. Dulu gedung ini sempat hancur karena gempa bumi, tetapi dibangun kembali dan diserahkan kepada Stichting Oud Batavia untuk dijadikan museum dengan nama 'de Oude Bataviasche Museum' atau Museum Batavia Lama.Dikutip dari situs Asosiasi Museum Indonesia (AMI), pada masa Indonesia merdeka, pemerintah menyerahkan gedung ini kepada Lembaga Kebudayaan Indonesia dan namanya diubah menjadi Museum Jakarta.Pada 1968, bangunin ini diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta dan diubah fungsinya menjadi Museum Wayang pada 13 Agustus 1975.12. Kawasan Kali BesarKawasan Kali Besar Kota Tua. (Agung Pambudhy/detikcom)Jika traveler sudah melihat Toko Merah dan Museum Wayang, maka kalian pasti melihat Kali Besar. Kawasan sungai ini telah ditata rapi dan modern.Banyak orang menyebut kawasan Kali Besar mirip dengan Sungai Cheonggyecheon yang ada di Seoul, Korea Selatan. Saat sore menjelang malam, suasana di sini semakin terlihat gemerlap oleh lampu Kota Tua.13. Jembatan Kota IntanJembatan Kota Intan. (Ari Saputra/detikcom)Lokasi: ujung utara Jalan Kali Besar, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Kota Jakarta Barat.Di sepanjang Kali Besar terdapat beberapa penghubung antara Jalan Kali Besar Barat dan Jalan Kali Besar Timur, salah satunya adalah Jembatan Kota Intan. Jembatan ini unik karena bergaya kolonial.Jembatan dibangun pada 1628 dan merupakan salah satu jembatan tertua di Indonesia. Sebelumnya, nama jembatan Engelse Burg (Jembatan Inggris), Hoenderpasarburg (Jembatan Pasar Ayam), dan Het Middelpunt Burg (Jembatan Pusat).Dikutip dari situs Kemdikbud, Jembatan Kota Intan memiliki struktur unik karena dapat diangkat untuk lalu lintas perahu dan untuk mencegah banjir.14. Pasar Petak Sembilan GlodokPasar Petak Sembilan. (Hafidz Mubarak A/Antara)Lokasi: Jalan Kemenangan Raya No 40, Kelurahan Glodok, Kecamatan Taman Sari, Jakarta BaratJam buka: 06.00-15.30 WIBHarga tiket masuk: gratisDari Kota Tua, detikers bisa mampir ke selatan, yakni di kawasan Glodok. Glodok merupakan kawasan pecinan terbesar sejak masa pemerintahan Hindia-Belanda. Hingga kini, mayoritas warga Glodok merupakan keturunan Tionghoa.Di Glodok terdapat beberapa pasar, salah satunya Pasar Petak Sembilan. Di pasar ini dijual aneka barang, seperti baju, lampion, alat peribadatan untuk umat Buddha dan Konghucu, hingga berbagai perlengkapan rumah tangga.Selain itu, banyak penjual makanan khas seperti mipan, kue keranjang, siomay, dan aneka chinese food.15. Vihara Jin De YuanLokasi: Petak Sembilan, Jalan Kemenangan III No 19 Glodok, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.Jam buka: 06.00-16.00 WIBHarga tiket masuk: gratisMasih di Glodok, terdapat Vihara Jin De Yuan atau Vihara Dharma Bhakti berdiri sejak sekitar 400 tahun silam dan merupakan vihara terbesar di Jakarta. Tempat ibadah ini menjadi bukti kompleksitas kehidupan masyarakat etnis Tionghoa di Indonesia.Pemandu dari Jakarta Good Guide, Huans Sholehan, menjelaskan kelompok Tionghoa pernah menjadi korban pembantaian pada 1740, yang membuat vihara ini ikut terbakar.Kebakaran pernah terjadi di vihara ini pada 2015. Lalu, pada 2019 tempat ini pun ditata ulang agar menjadi tempat ibadah yang nyaman bagi umat Konghucu maupun Buddha.Sejarah Kota Tua JakartaDikutip dari situs Pemprov DKI Jakarta, Kota Tua Jakarta dulunya disebut Oud Batavia atau yang berarti Batavia Lama. Oleh Belanda, kawasan ini digunakan sebagai pusat pemerintahan Hindia-Belanda yang memiliki luas 1,3 km persegi.Peristiwa penting banyak terjadi di tempat ini. Pada 1528, Fatahillah dikirim Kesultanan Demak untuk menyerang Pelabuhan Sunda Kalapa pada zaman Kerajaan Hindu, Pajajaran.Fatahillah yang berhasil merebut Pelabuhan Sunda Kalapa, mengganti namanya menjadi Jayakarta yang dalam bahasa Sanskerta berarti 'kemenangan penuh' atau 'kemenangan mutlak'.Kemudian pada 1819, Belanda (VOC) di bawah Komando Gubernur Jenderal Jaan Pieterszoon Coen (JP Coen) merebut wilayah Jayakarta dari Fatahillah. Nama Jayakarta lalu diubah menjadi Batavia untuk menghormati leluhur mereka bernama Batavieren. Dari kata Batavia inilah masyarakat di sini disebut sebagai Betawi.VOC mendirikan pusat pemerintah Hindia Belanda di Kali Besar (Groote River). Pada 1635, VOC memperluas Batavia hingga ke tepi barat Sungai Ciliwung di reruntuhan pusat pemerintahan Jayakarta.Pada 1942, Belanda pergi dari Indonesia dan berganti dengan kependudukan Jepang. Nama Batavia kemudian diubah menjadi Jakarta. Setelah Indonesia merdeka pada 1945, nama Jakarta masih terus dipakai.Pada 1972, Gubernur Provinsi DKI Jakarta Ali Sadikin menjadikan Kota Tua sebagai situs cagar budaya melalui dekrit. Terdapat 12 gedung tua yang terancam ambruk, sehingga dilakukan revitalisasi dan hingga kini masih beroperasi dan digunakan untuk berbagai kegiatan.Demikian tadi informasi lengkap mengenai Kota Tua Jakarta, mulai dari sejarah dan 15 tempat wisata di Kota Tua yang menarik dikunjungi. Sebelum berkunjung, jangan lupa pastikan destinasi wisata pilihan kamu dapat dikunjungi publik.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya