10 Fakta Kisah Intan, Si Gadis Tangguh dari Sukabumi

10 Fakta Kisah Intan, Si Gadis Tangguh dari Sukabumi

ral2024/03/10 08:46:35 WIB
Intan bocah tangguh dari Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).

Seorang anak SD bernama Intan (9), asal Kampung Cukang Lemah, Desa Warnajati, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, menyita perhatian di media sosial. Di balik senyum cerianya, Intan sukses menjelma menjadi gadis yang tangguh untuk membantu perekonomian orang tuanya di rumah.Berikut ini rangkuman detikJabar mengenai kisah Intan, si gadis tangguh asal Sukabumi:Baca juga: Semangat Intan yang Menyala dalam Gelap1. Viral di Medsos Jualan Es Sepulang SekolahSosok intan terungkap setelah sejumlah fotonya viral di media sosial Facebook. Ia dinarasikan sebagai anak yatim yang berjualan es mambo sepulang sekolah, sebagian hasilnya ia berikan kepada sang ibu yang terbaring sakit.Rumahnya, ternyata berada jauh dari permukiman penduduk di daerah pegunungan kawasan Perkebunan Sukamaju. Hanya ada dua rumah di tempat itu. Rumah pertama ditinggali Intan, kakaknya, dan sang ibu. Satu rumah lagi ditempati neneknya. Ketika malam tiba, kedua rumah itu gelap gulita tanpa adanya aliran listrik untuk penerangan."Sekolah jauh, satu jam jalan kaki. Pulang jam 11.00 WIB langsung jualan es mambo dulu, kalau jualan habis pulang jam 12.00 WIB kalau belum habis pulang ke rumah jam 13.00 WIB," tutur Intan kepada detikJabar, Kamis (7/3/2024).2. Dapat Uang Rp 15 Ribu dari Jualan EsDari hasil menjual es, Intan bisa mendapatkan uang Rp 30 ribu sehari. uang itu dibagi dua dengan pemilik es mambo, yakni gurunya sendiri."Jual es mambo, punya pak guru. Muter-muter kampung dulu, keuntungannya buat mamah, karena mamah kan kondisinya sakit," lirih Intan.3. Semangat Belajar Meski Rumah Tak Dialiri ListrikMeski berjualan, Intan tak pernah melupakan aktivitas belajarnya hingga ke rumah. Bahkan, meski adanya aliran listrik, Intan tetap belajar menggunakan lampu sentir, lampu lilin bersumbu dengan bahan bakar minyak sayur."Kalau malam belajar pakai lampu centir, karena nggak ada listrik. Keinginan saya punya rumah yang bagus ada listrik, jangan di gua, tapi di kota, karena capek kalau mau ke sekolahnya," ujar Intan polos menyebut rumahnya sebagai gua, karena ketika malam rumah itu gelap hanya diterangi lampu minyak."Harus semangat belajar, cita-cita menjadi guru makanya ingin pintar. Meskipun keadaannya sedih begini," lirihnya seraya beranjak mengambil pensil dan buku tulis, ia menyebut ada tugas sekolah yang harus diselesaikan.4. Manfaatkan Waktu Siang untuk BelajarIntan memanfaatkan sinar matahari yang masuk ke sela-sela rumahnya. Karena kurang yakin dengan cahayanya ia menyalakan lampu centir. Tidak lama, ia larut dengan soal-soal yang diberikan gurunya. "Harus siang, kalau malam gelap banget," tuturnya.Senyum lebar pun terpancar dari wajah Intan. Ia masih mengenakan pakaian seragam sekolahnya. Ia lalu merapikan sepatu miliknya untuk dipakai besok hari.5. Bercita-cita Jadi GuruIntan bercerita ia ingin ada penerangan di rumahnya, ia juga berkeinginan untuk punya rumah yang layak. Keinginan itu sementara ini dia pendam dalam-dalam, namun cita-citanya tetap tinggi untuk mengubah kehidupan ibu dan keluarganya kelak."Ingin sekolah sampai tinggi, ingin jadi guru, ingin membahagiakan ibu dan keluarga," tuturnya setengah berbisik.Intan sengaja mengambil korek ke dapur, lampu minyaknya ternyata mati, jari-jarinya terlihat penuh dengan bekas minyak sayur. "Ingin ada penerangan biar enggak gelap kalau belajar malam hari. Kalau malam di sini gelap, karena tidak ada lampu,"tuturnya lagi.6. Ibu Intan Kerja SerabutanSementara itu, tatapan Erna (47), ibunda Intan, terlihat nelangsa. Ia mengelap sisa keringat yang menetes di dahinya. Sebagian rambutnya ia biarkan terurai menutup sebagian wajahnya. Sesekali ia melihat aktivitas putri bungsunya."Baru ngored (ngarit) dari kebun, sama emak. Ya nanam apa saja, kadang kuli bersihkan kebun orang," kata Erna.7. Perjalanan Intan ke Sekolah Satu JamSesekali wajahnya berpaling melihat ke arah Mak Ebet (65), ibunya yang juga tinggal di tempat itu. Erna tinggal bersama anak laki-lakinya Galuh (17) dan Intan adalah putri bugsunya. Menurut Erna, semangat putri bungsunya untuk belajar luar biasa bahkan mengalahkan Galuh sang kakak yang berhenti sekolah di bangku kelas 2 SMP."Pulang pergi jalan kaki, satu jam. Pulang sekolah Intan suka jualan es mambo. Menjual punya orang, kadang di sekolah kadang di perkampungan. Memang semangatnya luar biasa," ujar Erna.8. Intan Ditinggal Pergi Mendiang Ayahnya 5 Tahun SilamSuami Erna bernama Hasan, meninggal dunia pada usia 72 tahun, sekitar 5 tahun silam. Selepas itu, Erna hidup bersama ibu dan anak-anaknya di rumah yang dibangun di atas tanah milik perkebunan."Suami juga dulu ngebon, sekarang saya juga ngebon aja. Galuh sekarang anak yang laki-lki juga bantu-bantu ngebon. Dia putus sekolah saat kelas 2 SMP. Ya mungkin karena capek dan kedua persoalan biaya," lirihnya.9. Ibu Intan Alami SakitErna tidak menampik, ia lebih banyak terbring sakit karena beban pikiran yang menerpanya. Ia kebingungan soal keperluan anak-anaknya, belum lagi kebutuhan sehari-hari. Ketika ia memikirkan itu, ia kerap jatuh sakit."Saya sering sakit-sakitan, batuk, iya suka stres juga bingung menghadapi kehidupan, masalah uang, pusing dengan keadaan. Namina oge jelema teu gaduh (namanya juga orang tidak punya)," ucapnya.Baca juga: Intan si Bocah Tangguh dari Sukabumi10. Punya Harapan Bahagiakan IntanLirih Erna mengungkapkan rasa lelahnya, air mata menetes di sudut matanya. Keinginan terbesarnya yaitu membahagiakan Intan hingga ia bisa mencapai cita-citanya."Ingin saya sehat tidak sakit-sakitan, ingin punya rumah bagus. Ingin membahagiakan anak, jangan seperti saya selama ini enggak pernah merasakan senang. Tapi bagaimanapun saya harus bertahan buat anak-anak saya," tangisnya nyaris meledak, namun tercekat melihat kedatangan Intan putrinya.

Klik untuk melihat komentar
Lihat komentar
Artikel Lainnya