Pemerintah Kota (Pemkot) Medan membangun kolam retensi di beberapa titik. Kolam retensi dibangun sebagai upaya penanggulangan banjir.Berikut detikSumut hadirkan informasi lengkap tentang kolam retensi. Simak sampai akhir ya!Pengertian Kolam RetensiDilansir dari laman resmi Kementerian PUPR, kolam retensi adalah bagian dari sistem polder, yang merupakan satu kesatuan pengelolaan untuk menangani banjir dengan kelengkapan bangunan sarana fisik, meliputi saluran drainase, kolam retensi, dan pompa air. Sistem polder digunakan untuk daerah rendah, di mana air tidak mengalir secara alami menuju sungai agar daerah tersebut tidak tergenang.Cara Kerja Kolam RetensiKolam retensi (Retarding Basin) adalah bak atau kolam resapan untuk penampungan air sementara diwaktu hujan, yang kemudian akan dibiarkan meresap atau dialirkan ke sungai.Menurut Kementerian PUPR, kolam retensi sendiri berfungsi memotong puncak banjir yang terjadi dalam badan sungai. Kolam retensi atau yang kerap disebut embung ini merupakan suatu cekungan atau kolam yang dapat menampung atau meresapkan air didalamnya, tergantung dari jenis bahan pelapis dinding dan dasar kolam.Baca juga: Desain Kolam Retensi yang Akan Dibangun untuk Atasi Banjir di Medan2 Jenis Kolam RetensiKolam retensi sendiri terbagi menjadi kolam alami dan kolam non alami. Kolam retensi alami, sesuai namanya, merupakan cekungan atau lahan resapan yang terbentuk secara alami. Kolam retensi alami seharusnya dapat dimanfaatkan baik pada kondisi aslinya, atau setelah dilakukan penyesuaian.Kolam retensi non alami, seperti yang sedang gencar di bangun di Kota Medan ini, adalah kolam retensi yang dibuat sengaja didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan sebelumnya dengan lapisan bahan material yang kaku, seperti beton.Pada kolam retensi non alami, air yang masuk melalui inlet (jalur masuk) harus mampu menampung air sesuai dengan kapasitas yang direncanakan. Hal tersebut agar dapat dapat mengurangi debit banjir puncak (peak flow) pada saat over flow (aliran berlebih). Prinsipnya agar air memiliki penambahan waktu untuk mengalir di permukaan, dan akan dialirkan kembali setelah puncak banjir terlewati.Dalam sistem drainase sendiri fasilitas untuk penahan hujan dibagi atau tipe penyimpan dan tipe peresapan. Karena kolam retensi memiliki kedua fungsi tersebut. membuatnya menjadi alternatif unggulan dalam hal penanganan dan pengendalian banjir.Pada acara peletakan batu pertama pembangunan kolam retensi di Medan selayang, Wali Kota Medan, Bobby Nasution sempat menyebutkan perkiraan pengurangan debit air setelah pembangunan kolam retensi seluas 4 hektare tersebut nantinya.Baca juga: Jalan Dr Mansyur Penuh Tanah Usai Pembangunan Kolam Retensi, Bobby GeramBobby menjelaskan bahwa daya tampung dari Sungai Sei Selayang adalah 14 m3, sedangkan debit air yang masuk adalah 29 m3. Untuk itu pembangunan kolam retensi di Medan selayang tersebut diharapkan akan mengurangi 6 m3 debit air yang masuk. Dan nantinya 9 m3 lagi akan ditampung di kolam retensi yang akan dibangun di Sempakata."Kolam ini akan mengurangi debit air masuk ke Sei Selayang sebanyak 6 meter kubik per detik, yang hari ini memang sudah melebihi kapasitas tampungnya, yaitu lebih dari 100 persen dari area tampungnya (14 meter kubik). Hari ini existing yang terjadi 29 (meter kubik) makanya banjir di jalan, di pemukiman. Akan mengurangi 6 meter kubik karena area kolamnya hanya 4 hektar. Untuk menutupi kekurangannya 9 meter kubik lagi ini akan dibangun di Sempakata. Kedalaman kolamnya variasi 5 sampai 3 meter," di Medan, Jumat (6/10/2023).Artikel ini ditulis Rindi Antika, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.